Bedah Buku PBI FKIP UNTAN: Mengupas Cara Berpikir Sejarah dan Arah Gerak Peradaban Manusia

Memahami sejarah tidak sekadar sebagai deretan peristiwa masa lalu, tetapi juga sebagai ruang refleksi untuk semua kalangan

Christian Alka Dwi Tama
FOTO BERSAMA - Foto bersama kegiatan Bedah Buku berjudul Filsafat Sejarah Spekulatif yang digelar Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) FKIP Universitas Tanjungpura (UNTAN), pada hari Minggu 25 Mei 2025. Acara yang berlangsung di Gedung Kuliah Bersama UNTAN tersebut bertujuan untuk meningkatkan literasi dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa terhadap arah gerak sejarah peradaban manusia. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) FKIP Universitas Tanjungpura (UNTAN) menyelenggarakan kegiatan Bedah Buku berjudul Filsafat Sejarah Spekulatif, pada hari Minggu 25 Mei 2025.

Acara yang berlangsung di Gedung Kuliah Bersama UNTAN tersebut bertujuan untuk meningkatkan literasi dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa terhadap arah gerak sejarah peradaban manusia. 

"Bedah buku ini sebenarnya dalam rangka normalisasi kembali kegiatan literasi di kalangan mahasiswa. Sebagai insan akademik, bedah buku  membantu mereka untuk mengetahui  cara pandang orang lain terutama ahli dalam mengintepretasikan makna dalam buku sehingga dapat memperkaya cara pandang mereka terhadap buku," ujar dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, Mariyadi.

Kegiatan ini menghadirkan Kristoforus Bagas Romualdi sebagai pembicara. 

Ia memilih buku Filsafat Sejarah Spekulatif karya Sutardjo Adisusilo karena menurutnya buku tersebut memaparkan dengan rinci tentang teori arah gerak sejarah peradaban manusia.

Dalam pemaparannya, Kristoforus Bagas mengajak peserta untuk memahami sejarah tidak sekadar sebagai deretan peristiwa masa lalu, tetapi juga sebagai ruang refleksi untuk semua kalangan yang mencintai sejarah serta terbuka bagi penafsiran dan pemikiran spekulatif.

"Pendekatan ini penting untuk membuka wawasan dan memperluas cara pandang terhadap dinamika dan arah gerak sejarah manusia secara objektif," ungkapnya. 

Kristoforus Bagas yang merupakan dosen FKIP Pendidikan Sejarah UNTAN juga menekankan pendapat Ibn Khaldun bahwa sejarah harus ditulis dengan prinsip kebenaran yang tidak terikat dengan kepentingan ideologi, politik, ataupun identitas tertentu. 

Dengan demikian, sejarah akan hidup benar-benar sebagai ilmu pengetahuan bukan sebagai narasi ego sentimentil.

Salah satu mahasiswa PBI UNTAN, Hamidan, menyebutkan bahwa kegiatan bedah buku ini telah memberikan wawasan baru terutama terkait dasar-dasar filsafat. 

"Pembahasannya agak berat tapi berkat itu kami jadi tahu dasar-dasar ilmu filsafat. Karna saya juga sering nonton filsafatnya Rocky Gerung, tetapi setelah di pelajari langsung dan se-wow itu, membuat kami benar-benar merenung," ujarnya.

(*/Christian Alka Dwi Tama Mahasiswa FKIP UNTAN)

• Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
• Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved