Kisah Tamara Olah Cokelat Sintang dan Kapuas Hulu dengan Buah Maram, Kini Bidik Pasar Eropa

Memanfaatkan kakao Sintang dan Kapuas Hulu serta buah Maram, Tamara Sukses membuat kuliner yang enak. Kini dia membidik pasar Erpoa, khususnya Belanda

Penulis: Tri Pandito Wibowo | Editor: Nasaruddin

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Siapa sangka, di balik rimbunnya hutan Kalimantan Barat (Kalbar), tersimpan cita rasa cokelat yang unik dan lezat.

Kalara Borneo, sebuah UMKM yang dirintis oleh Yohana Tamara Yunisa, berhasil mengolah biji kakao lokal menjadi cokelat berkualitas tinggi dengan sentuhan khas Kalimantan, yaitu buah maram.

Berawal dari pengalamannya sebagai project manager koperasi untuk kursus kakao di Sintang, Tamara melihat potensi besar biji kakao lokal yang belum tergarap optimal.

Ia pun terinspirasi untuk mengolahnya menjadi cokelat, ditambah dengan buah maram yang memiliki rasa unik, manis dan asam.

"Buah maram itu punya potensi nilai ekonomi tinggi, meskipun dulu belum banyak yang melirik," ujar Tamara, saat diwawancarai tribunpontianak.co.id, di Rumah Produksi Kalara Borneo, Jalan Reformasi, Kota Pontianak, pada Rabu, 15 Januari 2025.

Kalara Borneo, Cokelat Maram dengan Cita Rasa Khas Kalimantan

Kalara Borneo berdiri sejak Agustus 2021 dan telah memiliki 7 varian rasa cokelat, termasuk single origin dari Sintang dan Kapuas Hulu, serta cokelat susu dengan campuran kelapa, maram, kacang mete, dan kopi.

"Coklat Kalara Borneo tersedia dalam dua ukuran, yaitu 40 gram seharga Rp40.000 dan 75 gram seharga Rp75.000," katanya. 

"Varian milk coklat dihargai Rp72.000, best seller kami cokelat maram dan cokelat kopi," ungkap Tamara.

Uniknya, cita rasa cokelat dari kedua daerah tersebut berbeda.

Cokelat Kapuas Hulu yang ditanam dengan sistem agroforestri memiliki rasa yang lebih kuat.

Sementara cokelat Sintang yang ditanam di tengah kebun karet memiliki sentuhan rasa kacang-kacangan.

Selain cokelat, Kalara Borneo juga mengolah buah maram menjadi sirup.

Buah yang tumbuh di rawa gambut ini memiliki rasa asam manis yang segar.

101 Coffee House UMKM Binaan PLN Berhasil Raih Penghargaan Bergengsi Siddhakarya 2024

Tantangan dan Kisah Unik

Kalara Borneo berencana memasuki pasar Eropa, khususnya Belanda.

Meski belum memiliki izin ekspor, Tamara optimis bisa merambah pasar internasional. 

Tahun lalu, produk Kalara, termasuk sirup maram, diterima baik di Belanda karena rasanya yang mirip minuman musim panas Eropa.

"Sirup maram kami sangat diminati di Belanda, rasanya mirip dengan minuman musim panas di sana,” katanya.

Kesuksesan Kalara Borneo dalam mengolah cokelat lokal tidak terlepas dari berbagai tantangan.

Tamara menyebut, modal usaha sebagai hambatan terbesar dalam bisnis ini.

"Pengolahan cokelat tidak bisa dilakukan secara manual dan membutuhkan mesin khusus yang sebagian besar tidak tersedia di Indonesia," jelas Tamara.

Selain investasi mesin, biaya produksi, perizinan, dan pembangunan rumah produksi juga cukup besar.

Tantangan lainnya datang dari petani kakao, yang kurang percaya pada pasar kakao dan terbiasa menanam secara monokultur.

Untuk mengatasinya, Kalara Borneo aktif mengedukasi dan mensosialisasikan cara baru kepada petani.

"Kami memberikan pemahaman tentang pengolahan kakao yang baik dan keuntungan yang bisa mereka peroleh dengan bermitra dengan kami," ujar Tamara.

Kini, Kalara Borneo telah bermitra dengan 30 hingga 100 petani di Sintang dan Kapuas Hulu.

Setiap bulan, para petani menyuplai 30 hingga 100 kilogram biji kakao ke Kalara Borneo.

Tamara juga berbagi kisah unik selama merintis usaha cokelat ini.

Banyak petani yang terkejut ketika mencoba cokelat hasil olahan mereka sendiri.

"Padahal pada faktanya coklat yang asli itu adalah rasanya pahit bukan manis," katanya.

"Jadi sebenarnya mereka tidak gagal, hanya mereka tidak tahu saja bahwa rasa coklat yang asli itu pahit,” cerita Tamara.

Dukungan Pemerintah dan Harapan ke Depan

Tamara menyebut Kalara Borneo mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi dan UMKM, serta Dinas Perindustrian Kalbar.

Tamara berharap pemerintah dapat terus mendukung dan memfasilitasi UMKM seperti Kalara Borneo agar dapat berkembang dan naik kelas.

Untuk saat ini, pemasaran Kalara Borneo dilakukan secara online melalui Tokopedia dan menyasar hotel, restoran, dan kafe.

"80 persen penjualan kami berasal dari hotel, restoran, dan kafe. Namun, kami juga ingin menjangkau masyarakat luas,” harapnya.

Ke depannya, Kalara Borneo akan terus berinovasi dan mengembangkan produk turunan maram, seperti selai dan fruit leather.

Tamara bermimpi untuk mengangkat produk lokal Kalimantan ke mata dunia dan memperkenalkan cita rasa asli Kalimantan kepada masyarakat luas.

"Kalau mau merasakan maram dan cokelat yang sesungguhnya, ayo ke Kalimantan," ajaknya. (Tribun Pandito Wibowo)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved