Olimpiade Paris 2024

Mantan Atlet Balap Sepeda Kalimanto Beri Support untuk Bernard yang Akan Berlaga di Olimpiade Paris

Ia mengatakan potensi atlet olahraga untuk kedepan sangat bagus, namun hal yang harus terus dilatih adalah mempunyai mental yang gigih.

Penulis: Anggita Putri | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ ISTIMEWA
Pebalap sepeda Kalbar Bernard Benyamin Van Aert. Mantan atlet Balap Sepeda Kalbar sekaligus pelatih Balap Sepeda, Kalimanto Tulus Widodo turut memberikan support kepada Bernard Benyamin van Aert, yang akan berlaga pada Olimpiade di Paris, pada Agustus 2024. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Mantan atlet Balap Sepeda Kalbar sekaligus pelatih Balap Sepeda, Kalimanto Tulus Widodo turut memberikan support kepada Bernard Benyamin van Aert, yang akan berlaga pada Olimpiade di Paris, pada Agustus 2024.

Kalimanto, yang juga sempat menjadi pelatih Bernard menyampaikan rasa bangganya bahwa ada putra daerah asal Kalimantan Barat yang telah berhasil menjadi atlet berprestasi , hingga melaju ke olimpiade.

Seperti diketahui, bahwa Olimpiade merupakan kompetisi olahraga yang diadakan empat tahun sekali dan merupakan ajang olahraga terbesar di dunia.

Lahir di Kota Singkawang, Provinsi Kalbar. - Bernard menjadi satu-satunya atlet balap sepeda yang mewakili Indonesia di Olimpiade Paris 2024.

Kalimanto mengatakan apapun hasilnya, tentu semua atlet yang akan berlaga di Olimpiade Paris sudah siap semuanya. Namun tentu, akan ada yang menang dan kalah. Semua kemungkinan itu, dikatakannya harus bisa diterima.

Baca juga: Daftar Atlet Panjat Tebing Indonesia Berpeluang Medali Emas Olimpiade 2024 Prancis

“Kalau sudah kelas dunia semuanya (atlet) tentu sudah siap, tapi tidak menutuk kemungkinan yang namanya kalah, ya namanya juga balapan. Karena kita tidak tahu kondisinya, tapi kita doakan yang terbaik untuk atlet kita,” ujarnya kepada Tribun Pontianak, Minggu 4 Agustus 2024.

Hal lainnya yang terpenting menurut Kalimanto adalah mempersiapkan mental, karena akan tampil di kompetisi olahraga terbesar dan tertinggi di dunia.

“Jadi mental harus siap dan kita harus siap, karena olimpiade ini kan kompetisi olahraga tertinggi. Jadi distulah mereka sudah siap semua,“ ujarnya.

Mantan atlet balap sepeda Indonesia di era tahun 90-an asal Provinsi Kalbar ini juga menyampikan bahwa olahraga sepeda ini tidak bisa dipastikan kemenangannya, karena harus mengejar poin.

“Jadi ada empat nomor, menjadi satu poin. Yang mana komprtisinya dilakukan empat kali dalam sehari yang selesai dalam satu hari,” ujarnya.

Ia juga turut berpesan kepada pemuda di Kalimantan Barat, mulai lah dari sekarang untuk berolaraga, dan pilih cabor sesuai hobi masing-masing.

“Karena dari jaman dulu sampai sekarang, kalau atlet nya mendapatkan juara nasional. Maka semuanya akan mendapatkan fasilitas. Bahkan karir, dan masa depan atlet terjamin. Seperti saya memilih untuk menjadi ASN, dan kini sudah pensiun,” ujarnya.

Ia mengatakan potensi atlet olahraga untuk kedepan sangat bagus, namun hal yang harus terus dilatih adalah mempunyai mental yang gigih.

“Saya lihat mental anak sekarang kurang gigih. Maka itu perlu diasah, kalau kita mau terjun harus fokus, insya allah semua bisa asal kita mau,” ujarnya.

Kalimanto menceritakan awal mula ia bertemu dan sempat menjadi pelatih atlet berprestasi Bernard Benyamin van Aert.

“Dulu Bernard sempat bergabung menjadi atlet PPLP, karena PPLP waktu itu sempat bubar dengan kondisi Bernard belum ada apa-apa. Akhirnya, ikut saya terus, dan begitu lulus SMA saya bawa ke Jogja bersama anak saya untuk ikut tim disana,” ujarnya.

Dulu, sebelum bersama Kalimanto, Bernard dilatih secara mandiri oleh ayahnya. Karena, merasa ketika latihan sendiri susah maju akhirnya Bernard Bergabung di club Kalimanto Cycling Tim.

“Jadi awalnya itu, masuk PPLP dulu, karena PPLP sempat bubar, saat selesai SMA dia ikut saya dan satu angkatan sama anak saya. Akhirnya, saya bawa ke Jogja masuk Tim Antangin Club,” ujarnya.

Setelah berlatih disana, Bernard bersama anaknya yakni Adit mengikuti kejuaraan junior nasional pada tahun 2015.

“Dengan hasil saat itu, anak saya juara 1 , dan Bernard juara 2. Lalu lanjut, pada Pelatnas seagame (2017), karena prestasi saya dan atlet binaan saya, saya dipanggil untuk melatih mereka menuju ke Pelatnas Sea Game,” ujarnya.

“Namun saat Sea Game di Malaysia, Bernard tidak bisa ikut karena terkena penyakit DBD. Dan hanya anak saya Adit yang ikut dan berhasil masuk 10 besar,“ ujarnya.

Setelah itu, keduanya lanjut ke Asian Games yang pada saat itu sudah dibina langsung dari Pelatnas. Akhirnya , karena Bernard menunjukan prestasi yang bagus sampai sekarang dilatih Pelatnas.

“Karena dia bagus jadi masuk ikut kejuaraan sampai akhirnya dia bisa berhasil menuju olompiade. Itu tidak mudah, karena dia pakai poin. Jadi Bernard masuk olimpiade murni, bukan karena penghargaan. Bernard sama kayak saya yang sempat menjadi atlet Indonesia pertama menembus olimpiade (1992) di Barcelona. Dengan raihan rangking 17 dunia,” ujarnya.

“Ahamdulillah yang saya bina ini bisa seperti saya. Dan saya selalu memberiman motiviasi ke Bernard bahwa harus ada atlet Kalbar yang tembus ke olimpiade. Dan ini sudah dilakukannya,” pungkasnya. (*)

Informasi Terkini Tribun Pontianak Kunjungi Saluran WhatsApp

Ikuti Terus Berita Terupdate Seputar Kalbar Hari Ini disini

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved