Breaking News

Khazanah Islam

2 Teks Khutbah Jumat Bulan Muharram Tentang Makna Puasa Muharram hingga Peristiwa Hari Asyura

Materi Khutbah Jumat Bulan Muharram di bawah ini dapat direnungi dan disebarkan ke sesama Muslim di media sosial.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Kompas TV
Ilustrasi Khotbah Jumat. Bulan Juli ini adalah Bulan Muharram dalam Islam, berikut 2 teks Khotbah Jumat Bulan Muharram tentang Pelajaran dari Peristiwa Penting di Hari Asyura dan Memaknai Puasa di Bulan Muharram. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Berikut 2 teks Khutbah Jumat Bulan Muharram yang bisa dipakai saat Sholat Jumat.

Materi Khutbah Jumat Bulan Muharram di bawah ini dapat direnungi dan disebarkan ke sesama Muslim di media sosial.

Menyebarkan teks Khutbah merupakan salah satu ibadah.

Di bawah ini ada 3 teks Khutbah Jumat Bulan Muharram di antaranya Pelajaran dari Peristiwa Penting di Hari Asyura dan Memaknai Puasa di Bulan Muharram.

Berikut 2 teks Khutbah Jumat Bulan Muharram dilansir dari NU Online:

Kumpulan Ucapan Belasungkawa dalam Bahasa Jawa Penuh Makna Lengkap dengan Artinya

1. Khutbah Jumat Bulan Muharram: Pelajaran dari Peristiwa Penting di Hari Asyura

اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ (سورة القصص: 83)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dengan segenap keteguhan hati dan kemantapan jiwa, dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan dengan penuh ketabahan dan kesabaran. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Sabtu besok, kita akan memasuki hari kesepuluh di bulan Muharram yang biasa kita kenal dengan sebutan hari Asyura. Banyak peristiwa penting dan bersejarah yang terjadi pada hari Asyura. Pada khutbah yang singkat ini, khatib akan menceritakan beberapa peristiwa penting yang pernah terjadi pada hari ‘Asyura. Peristiwa masa lalu tidak hanya untuk dikenang. Tapi untuk diambil pelajaran bagi kehidupan kita di masa sekarang dan masa mendatang. Untuk diambil ibrah dalam urusan dunia dan akhirat kita. Untuk diambil hikmahnya agar kita dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat yang kekal. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu bahwa ia berkata:

مَرَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِأُنَاسٍ مِنَ الْيَهُوْدِ قَدْ صَامُوْا يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ: مَا هٰذَا مِنَ الصَّوْمِ، قَالُوْا: هٰذَا الْيَوْمُ الَّذِيْ نَجَّى اللهُ مُوْسَى وَبَنِيْ إِسْرَائِيْلَ مِنَ الْغَرَقِ وَغَرِقَ فِيْهِ فِرْعَوْنُ، وَهٰذَا الْيَوْمُ اسْتَوَتْ فِيْهِ السَّفِيْنَةُ عَلَى الْجُوْدِيِّ، فَصَامَهُ نُوْحٌ وَمُوْسَى شُكْرًا لِلِه تَعَالَى، فَقَالَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: أَنَا أَحَقُّ بِمُوْسَى وَأَحَقُّ بِصَوْمِ هٰذَا الْيَوْمِ، فَأَمَرَ أَصْحَابَهُ بِالصَّوْمِ

“Suatu hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan melewati sekelompok orang Yahudi yang tengah berpuasa hari Asyura, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Puasa hari apa ini?,” mereka menjawab: Hari ini adalah hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan Bani Isra’il dari tenggelam, sedangkan Fir’aun di hari ini tenggelam. Hari ini adalah hari ketika perahu Nabi Nuh berlabuh di bukit al Judiy. Karena itu, Nuh dan Musa berpuasa di hari ini karena bersyukur kepada Allah ta’ala. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku lebih berhak terhadap Musa dan lebih berhak untuk berpuasa hari ini,” kemudian Nabi memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa.” (HR Imam Ahmad).

Saudara-saudara seiman,

Dalam hadits di atas, disebutkan dua peristiwa dari sekian banyak peristiwa penting yang terjadi di hari Asyura. Yaitu berlabuhnya perahu Nabi Nuh dengan selamat di bukit Judiy dan selamatnya Nabi Musa dari kejaran Raja Fir’aun beserta bala tentaranya.

Hadirin rahimakumullah,

Nabi Nuh ‘alaihissalam diutus oleh Allah kepada kaum yang kafir. Beliau-lah nabi dan rasul pertama yang diutus oleh Allah kepada orang-orang kafir. Para nabi dan rasul sebelumnya, yaitu Nabi Adam, Nabi Syits dan Nabi Idris ‘alaihimussalam diutus oleh Allah kepada kaum Muslimin. Umat ketiga nabi tersebut semuanya beragama Islam. Tidak ada satu pun yang kafir. 

Dengan penuh kesabaran, Nabi Nuh ‘alaihissalam berdakwah kepada mereka siang dan malam, secara rahasia dan terang-terangan. Kadangkala dengan menyampaikan kabar gembira (targhib) dan terkadang dengan memberi peringatan (tarhib). Beliau konsisten dalam berdakwah selama 950 tahun. Akan tetapi kebanyakan kaumnya tidak beriman. Mereka tetap pada kesesatan dan kekufuran. Mereka memusuhi Nabi Nuh, menyakitinya, melecehkannya bahkan memukulinya. Mereka tidak berhenti memukuli Nabi Nuh ‘alaihissalam sampai beliau pingsan karena pukulan yang bertubi-tubi dan sangat keras, sehingga mereka mengiranya telah mati, lalu Allah menyembuhkannya. Itu semua tidak mengendorkan dan mematahkan semangatnya dalam berdakwah. Berkali-kali Nabi Nuh ‘alaihissalam mengalami siksaan demi siksaan, tapi beliau tetap kembali mengajak mereka agar beriman. 

Hal ini dilakukan oleh Nabi Nuh ‘alaihissalam secara terus menerus tanpa patah semangat dan tanpa bosan, hingga Allah mewahyukan kepadanya bahwa tidak akan beriman kepadanya di antara kaumnya kecuali orang-orang yang telah beriman. Maka Nabi Nuh ‘alaihissalam berdoa agar orang-orang kafir dimusnahkan semuanya. Allah ta’ala berfirman: 

وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا  (سورة نوح: ٢٦)

Maknanya: “Nuh berkata: Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.”  (QS Nuh: 26)

Lalu Allah kirimkan kepada mereka adzab-Nya. Allah timpakan kepada mereka banjir besar sehingga tidak menyisakan satu orang pun di antara orang-orang kafir. Allah selamatkan Nabi-Nya dan orang-orang beriman di antara  kaumnya dengan perahu yang dibuat oleh Nabi Nuh dengan perintah Allah. Allah pun menjaga perahu tersebut dengan pemeliharaan dan perhatian-Nya hingga berlabuh dengan selamat di bukit Judiy.

Saudara-saudara seiman,

Sedangkan Sayyidina Musa, beliau hidup di masa raja yang zalim dan melampaui batas, yaitu Fir’aun yang mengaku sebagai tuhan. Allah memerintahkan Sayyidina Musa agar pergi kepada Fir’aun untuk mengajaknya masuk ke dalam Islam, mentauhidkan Allah dan menyucikan-Nya dari sekutu dan serupa. Maka Nabi Musa pergi dan memperlihatkan kepadanya mukjizat-mukjizat yang sangat menakjubkan dan membuktikan bahwa beliau benar-benar utusan Allah ta’ala. Meskipun begitu, Fir’aun tetap kafir kepadanya, menolak dan bersikap congkak serta menyiksa dan menindas kaum Nabi Musa yang beriman. Akhirnya Nabi Musa ‘alaihissalam dan para pengikutnya dari kalangan Bani Isra’il keluar dari Mesir dengan jumlah 600 ribu orang. Fir’aun mengejarnya bersama 1.600.000 pasukan karena ingin memusnahkan Musa dan orang-orang yang bersamanya. Akan tetapi Allah menolong Rasul-Nya. Allah ta’ala berfirman: 

فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ (سورة الشعراء: ٦٣)

Maknanya: “Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu,” maka terbelah-lah lautan itu dan tiap-tiap belahan seperti gunung yang besar.”   (QS asy-Syu’ara’: 63) 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Laut terbelah menjadi 12 belahan dan setiap belahan seperti gunung yang besar. Di antara setiap dua belahan ada jalan yang kering. Nabi Musa ‘alaihissalam dan orang-orang yang bersamanya masuk ke laut. Fir’aun dan pasukannya pun mengejar mereka. Allah subhanahu wa ta’ala kemudian menenggelamkan mereka semua dan Allah selamatkan Nabi Musa ‘alaihissalam dan orang-orang yang bersamanya. Allah ta’ala berfirman: 

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (سورة يونس: ٩٠ - ٩١) 

Maknanya: “Dan Kami menyelamatkan Bani Isra’il melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir´aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir´aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Isra’il, dan saya termasuk orang-orang yang memeluk Islam.” Apakah sekarang (kamu baru percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan”  (QS Yunus: 90-91).

Yakni ketika Fir’aun hampir tenggelam dan mati, ia menyatakan taubat. Padahal taubat tidak lagi bermanfaat dan tidak diterima dalam keadaan seperti itu. Karena di antara syarat taubat adalah dilakukan sebelum seseorang putus asa dari hidup seperti ketika akan tenggelam dan tidak ada kemungkinan selamat. Inilah yang terjadi pada Fir’aun. Allah ta’ala berfirman: 

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (سورة النساء: ١٨)

Maknanya: “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang  mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka dalam kekufuran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih”  (QS an-Nisa’: 18).

Saudara-saudaraku yang kami cintai,

Para nabi Allah telah memberikan kepada kita contoh dan teladan dalam  berdakwah kepada Allah dan bersabar untuk itu. Di atas garis  perjuangan mereka inilah para sahabat dan para ulama berjalan. Mereka mendarmabaktikan jiwa dan raga untuk membela agama Allah. Teladan Sayyidina al-Husain radliyallahu ‘anhu yang gugur syahid pada hari Asyura selalu lekat dalam ingatan kita. Ketika beliau melihat orang yang tidak cakap memimpin kaum muslimin ingin meraih puncak kepemimpinan tanpa bai’at dari tokoh-tokoh pembesar kaum muslimin yang berilmu dan bertakwa, maka beliau terang-terangan menentang hal itu dan menolak untuk diam.

Al-Husain berpegang teguh dengan kebenaran dan konsisten dengannya, menegakkan amar makruf nahi mungkar hingga ia terbunuh padahal beliau adalah putra dari putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau gugur syahid secara zalim di tangan pasukan seorang  yang fasiq dan melanggar aturan-aturan agama. 

Kita memohon kepada Allah ta’ala agar memberikan taufiq kepada kita untuk mengambil pelajaran dari sepak terjang dan sejarah hidup orang-orang shalih tersebut dan berjalan di atas manhaj mereka.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Terakhir, di antara perkara yang diriwayatkan dari Nabi adalah kesunnahan puasa hari Asyura sebagaimana terdapat dalam hadits yang telah kami sebutkan di awal khutbah. Demikian pula disunnahkan puasa hari Tasu’a’, yaitu tanggal 9 Muharram yang jatuh pada hari ini, berdasarkan sabda Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam

لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُوْمَنَّ التَّاسِعَ (رواه مسلمٌ) 

Maknanya: “Jika aku masih hidup tahun depan, niscaya aku akan berpuasa tanggal sembilan”  (HR Muslim)

Hikmah dari puasa tanggal 9 di samping berpuasa pada tanggal 10 Muharram sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama adalah menyalahi orang-orang Yahudi, karena mereka hanya berpuasa di tanggal 10 saja. Jika seseorang tidak berpuasa tanggal 9 bersama tanggal 10, maka disunnahkan berpuasa tanggal 11 Muharram bersama tanggal 10. Bahkan Imam Syafi’i dalam kitab al-Umm menegaskan kesunnahan puasa tiga hari sekaligus, yaitu tanggal 9, 10 dan 11 Muharram

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Kumpulan Ucapan Selamat Sidang Skripsi Bahasa Inggris Singkat dan Instagramable di WA/IG Story

2. Khutbah Memaknai Puasa di Bulan Muharram

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Saat ini kita berada di bulan Muharram tahun baru Hijriah 1442. Disebut bulan Muharram, karena Allah ﷻ mengharamkan peperangan dan konflik di bulan ini. Selain itu, bulan ini juga termasuk salah satu dari bulan-bulan yang mulia, yaitu Muharram, Dzulhijjah, Dzulqa’dah, dan Rajab. Sebagaimana firman Allah dalam surat at-Taubah:36:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ 

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu (lauhul mahfudh). Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.” (QS at-Taubah: 36) 

Imam Fakhruddin ar-Razi dalam Tafsir al-Fakhrir Razi menjelaskan bahwa perbuatan maksiat di bulan haram lebih dahsyat siksanya. Begitu pula ketaatan kepada Allah lebih banyak pahalanya. Beliau menyatakan:

وَمَعْنَى الْحَرَمِ: أَنّ الْمَعْصِيَةَ فِيْهَا أَشَدُّ عِقَاباً ، وَالطَّاعَةُ فِيْهَا أَكْثَرُ ثَوَاباً

“Maksud dari bulan haram adalah sesungguhnya kemaksiatan di bulan-bulan itu memperoleh siksa yang lebih berat dan ketaatan di bulan-bulan tersebut akan mendapat pahala yang lebih banyak.”

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Di bulan Muharram ini kita disunnahkan untuk mengerjakan beberapa amal kebaikan, salah satu amalan yang baik adalah memberikan kelapangan dan kebahagiaan pada keluarga di hari Asyura. Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam ath-Thabrani dalam Mu’jam al-Kabir, juz 10 halaman 77: 

مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ لَمْ يَزَلْ فِي سَعَةٍ سَائِرَ سَنَتِهِ

“Barang siapa yang melapangkan keluarganya di hari Asyura, maka ia selalu dalam kelapangan di tahun tersebut” (HR ath-Thabrani). 

Maksudnya di hari Asyura kita dianjurkan untuk bersedekah dengan harta halal pada keluarga dengan mencukupi segala kebutuhannya, sehingga dapat membuat hati seluruh anggota keluarga menjadi tenang dan bahagia. 

Selain itu, di bulan Muharram ini kita disunnahkan untuk berpuasa di hari Asyura. Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ، فَوَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَسُئِلُوا عَنْ ذَلِكَ؟ فَقَالُوا: هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْهَرَ اللهُ فِيهِ مُوسَى، وَبَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى فِرْعَوْنَ، فَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا لَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَأَمَرَ بِصَوْمِهِ»

Dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata: Rasulullah ﷺ hadir di kota Madinah, kemudian beliau menjumpai orang Yahudi berpuasa di bulan Asyura, kemudian mereka ditanya tentang puasanya tersebut, mereka menjawab: hari ini adalah hari dimana Allah ﷻ memberikan kemenangan kepada Nabi Musa AS dan Bani Israil atas Fir’aun, maka kami berpuasa untuk menghormati Nabi Musa. Kemudian Nabi bersabda: Kami (umat Islam) lebih utama dengan Nabi Musa dibanding dengan kalian, Kemudian Nabi Muhammad memerintahkan untuk berpuasa di hari Asyura. 

Di hari Asyura ini segenap umat Islam disunnahkan untuk melaksanakan puasa. Bahkan Nabi juga memberikan penjelasan tentang keutamaan bagi orang yang berpuasa di hari Asyura. Sebagaimana hadits sahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam kitab Sunan Ibnu Majah, Juz 1 halaman 553:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ»

Berpuasa di hari Asyura, sesungguhnya saya mengira bahwa Allah akan menghapus kesalahan di tahun yang telah lalu (HR Ibnu Majah). 

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Yang perlu kita ketahui, puasa yang bagaimana yang akan mendapatkan keutamaan dan pahala dari Allah ﷻ? 

Puasa sunnah Asyura merupakan puasa sunnah yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad ﷺ. Namun kita juga perlu tahu bahwa esensi puasa tidak hanya menahan diri dari makan, minum, dan sebagainya. Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam Sunan Ibnu Majah juz 1 halaman 539:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ

“Banyak orang berpuasa, puasanya hanya mendapatkan lapar” (HR Ibnu Majah).

Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin juz 1 halaman 236 menjelaskan, banyak orang berpuasa, tapi ia tidak puasa. Maksudnya adalah orang yang puasa, menahan diri dari lapar dan dahaga, namun tidak dapat mengendalikan anggota badannya. Ia tidak dapat mengendalikan mulutnya dari menggunjing orang lain, mencela orang lain, dan tidak dapat mengendalikan diri dari maksiat. Inilah yang disebut orang puasa, namun tidak puasa. 

Selanjutnya, Imam al-Ghazali sebagaimana dikutip Syekh Zainuddin al-Manawi dalam kitab Faidlul Qadir juz 3 halaman 459 menjelaskan bahwa hakikat puasalah yang diterima dan diberikan pahala secara sempurna, bukan orang yang hanya menahan makan, minum, dan hal yang membatalkan puasa. Kesempurnaan puasa diperoleh oleh orang yang dapat menahan diri dari hal yang dibenci Allah ﷻ. Yaitu seseorang yang dapat menahan lisan dari ujaran tercela, menahan mata dari pandangan hina, menghindarkan telinga dari pendengaran yang terlarang, dan menahan segenap anggota tubuh dari kemaksiatan. Dengan mengetahui hakikat puasa, semaksimal mungkin kita melatih diri dengan optimal, karena puasa secara hakiki merupakan dasar ibadah dan kunci untuk menjernihkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah ﷻ. 

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Mengapa kita perlu berpuasa? Menurut Abdurrahman bin Khalaf dalam kitab Bulughul Ghayah juz 1 halaman 74, beliau menjelaskan bahwa puasa memiliki pengaruh yang luar biasa dalam menjaga kesehatan jiwa dan raga. Beberapa penelitian tentang kesehatan menjelaskan bahwa puasa berguna untuk menjaga kesehatan, seperti menurunkan gula darah, mengurangi peradangan, meningkatkan kesehatan jantung, meningkatkan kesehatan otak, menurunkan berat badan, dan memperbaiki suasana hati. Puasa juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, karena puasa mendidik seseorang tidak hanya menahan makan dan minum, namun mendidik untuk menahan diri dari penyakit hati, seperti menggunjing, mencela dan berbuat dusta. Puasa merupakan sarana yang ampuh untuk meningkatkan kesehatan tubuh, kesehatan jiwa, dan yang lebih utama menjadi orang yang bertaqwa dan mendekatkan diri kepada Allah yang maha kuasa.

Dengan Kesehatan jiwa dan raga, jasmani dan rohani, harapannya di bulan yang mulia ini kita menjadi manusia yang bertakwa, menjadi manusia yang semakin baik, baik secara vertical maupun horizontal, baik kepada Allah dan baik kepada sesama manusia. Karena pahala di bulan mulia ini lebih banyak. Sebaliknya selalu menghindari terhadap gunjingan, permusuhan, perceraian, kejahatan lainnya. Karena kejahatan dan kejelekan di bulan mulia ini lebih dahsyat siksanya. Na’udzubillah. Semoga kita dapat menjadi orang yang selalu diberi rahmat Allah dalam kebaikan dan dijauhkan dari kejelekan. Allahumma Aamiin.

جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ: أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا 

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

(*)

Informasi Terkini Tribun Pontianak Kunjungi Saluran WhatsApp

Ikuti Terus Berita Terupdate Seputar Kalbar Hari Ini disini

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved