Dinkes Landak Beri Tips Cara Pencegahan DBD, Minta Warga Punya Kesadaran

Lanjutnya, bahkan termasuk Fogging itu sebenarnya bisa dilakukan mandiri dengan membeli alat semprot nyamuk, seperti baygon dan hit.

Penulis: Alfon Pardosi | Editor: Faiz Iqbal Maulid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Kompas.com
Ilustrasi nyamuk Aedes Aegypti penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD). 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, LANDAK - Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Landak dr Pius Edwin menuturkan penanganan Demam Berdarah Dengue (DBD) itu sebenarnya tidak sulit.

"Dari dulu sampe sekarang masih sama, apa itu ya 3M. Cuma 3M ini kadang orang terlalu manja, tidak mau gotong royong, tidak mau kerja sendiri maunya orang lain," ujar dr Pius kepada TribunPontianak.co.id pada Rabu 6 Maret 2024.

Lanjutnya, bahkan termasuk Fogging itu sebenarnya bisa dilakukan mandiri dengan membeli alat semprot nyamuk, seperti baygon dan hit.

"Itukan sudah bagian dari Fogging, dan lebih simple dan lebih sederhana," katanya.

Gerakan 3M plus itu menurut Pius yang harus dilakukan, seperti menaburkan abate ke tempat-tempat yang tidak bisa dikuras karena genangan air itu harus dikuras seminggu sekali supaya tidak menjadi sarang nyamuk. 

"Kalau tidak dikuras tetap ada nyamuk. Tapi kalau dikasi abate, mungkin berbulan-bulan tidak akan ada nyamuk disitu," jelas dr Pius yang pernah menjabat Direktur RSUD Landak ini.

"Jadi kita sendiri yang harus melakukan. Jangan tunggu orang lain, jangan tunggu ada korban meninggal karena DBD, baru besibuk, tuduh sana tuduh sini tidak bergerak, sementara kita sendiri tidak mau bergerak," ungkapnya.

Kapolres Landak beri Kenaikan Pangkat Pengabdian pada Kanit Binmas Polsek Kuala Behe IPDA Petrus Len

Sedangkan upaya dari pihaknya di kesehatan sudah mencoba menyadarkan dengan melakukan edukasi.

"Bapak ibu, kalau ada pakaian tolong jangan digantung dalam rumah, simpan di luar. Rumah kalau bisa pada jam 4 jam 5 sudah di tutup, karena jam-jam segitu nyamuk demam berdarah masuk, begitu juga di pagi hari," katanya

Kedua, Pius menyarankan untuk menggunakan lotion anti nyamuk terutama kepada anak-anak.

Pius juga meminta untuk mengecek segala genangan-genakangan yang ada di sekitar lingkungan sekitar.

Pius menyebut ada 14 kasus sepanjang tahun 2023 yang meninggal karena DBD.

"Jadi kejadian itu karena terlambat dibawa mendapatkan pertolongan. Sudah dalam kondisi DSS, baru sibuk," bebernya.

"Memang puncak dari kejadian itu pada bulan Oktober-Desember, di penghujung tahun. Bulan November paling tinggi kasusnya, dan beranjak turun di bulan Desember kemudian Januari turun drastis, sampai pada bulan Februari," lanjutnya.

"DBD ini selalu menjadi perhatian, ya memang ketika tidak ada kematian yang angkanya tinggi, orang mengangap biasa-biasa saja. DBD sebenarnya ada sepanjang tahun," terang dr Pius.

Kades Sepangah Landak Bersyukur, Koramil/07 Air Besar Bikin Sumur Bor untuk Masyarakat

Pius mengatakan kalau Dinkes Landak selalu melakukan sosialisasi hingga melakukan kegiatan-kegiatan Promkes di Puskesmas.

"Karena kita punya jejaring di bawah, lewat Puskesmas lah kita informasikan itu," tambahnya.

Pius menyebut Puskesmas telah banyak mempromosikan informasi mengenai DBD, mulai dari cara pencegahan DBD, banyak di Medos, tergantung kita lagi rajin apa tidak.

"Abate di Puskesmas ada dibagikan, tapi bukan masalah dibagikan, namun apakah abate yang diberikan ini ditaburkan ke tempat air yang tergenang. Kalau dibagikan, saya tidak yakin abate yang diterima masyarakat ini benar ditaburkan," sebutnya.

Pius menyarankan untuk meminta abate yang sekarang ini berbentuk cair bukan lagi bubuk ke Puskesmas.

Kalau pun tidak ada di Puskesmas, nanti Puskesmas akan melakukan amprahan di Dinas Kesehatan.

Pius meminta masyarakat tak perlu khawatir soal DBD karena tenaga kesehatan selalu standby di seluruh Puskesmas.

"Rata-rata terlambat datang ke Puskesmas, karena apa, keluarga pasien itu kurang tanggap dengan kondisi demam si anak. Sudah hari ke empat ke lima baru datang di masa kritis yakni sudah DSS," kata dr Pius lagi.

Kapolres Landak Hadiri Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu Tahun 2024

Pius menjelaskan kalau DBD punya ciri khusus.

"Biasanya dia dikasi obat penurun panas ndk mau turun panasnya, tetap di angka 38-39 derajat, Kalau sudah begitu, demam tidak turun-turun perlulah kita curigai itu demam berdarah," katanya.

"Walau pun misalnya setelah pemeriksaan ternyata bukan, tapi antisipasi lebih baik demikian. Makanya perlu observasi, cek lab secara berkala, dan pastikan tidak ada penurunan trombositnya," 

"Jadi memang yang harus dilakukan ketika ada anggota keluarga yang alami demam dan dicurigai demam berdarah, cek sejak kapan dia demam, cek ada apa tidak bintik merah di tubuhnya," bebernya.

"Tapi kalau anak gemuk susah kelihatan karena tertutup lemak. Jadi curiga saja kalau anak demam. Jadi kasus kematian itu rata-rata karena terlambat tau kalau anak ini demam,"

"Februari 2024 hanya 2 kasus yang terlaporkan, belum terupdate. Sedangkan Januari 7 kasus. Jadi dari Januari-Februari ini ada 9 kasus yang terlaporkan, meninggal dunia tidak ada," pungkasnya.

(*)

Dapatkan Informasi Terkini dari Tribun Pontianak via SW disini

Ikuti Terus Berita Terupdate Seputar Kalbar Hari Ini disini

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved