PLTU Sintang Nyalakan Listrik 100 Persen Gunakan Bahan Bakar Cangkang Sawit dan Wood Chip
PLTU yang berada di Sungai Ringin, Kabupaten Sintang ini menjadi pioner PLTU di Indonesia yang melaksanakan Firing 100 persen.
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Faiz Iqbal Maulid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Sintang, berhasil menjadi pembangkit fosil pertama yang mampu menyalakan listrik menggunakan 100 persen bahan bakar cangkang sawit dan Wood Chip.
PLTU yang berada di Sungai Ringin, Kabupaten Sintang ini menjadi pioner PLTU di Indonesia yang melaksanakan Firing 100 persen menggunakan cangkang sawit sebagai pengganti batubara selama 20 hari selama 24 jam non-stop dimulai pada 13 Desember 2023 - 2 Januari 2024.
PLN EPI sebagai Sub-Holding Penyedia Energi Primer menyiapkan bahan bakar biomassa sebesar 1000 ton cangkang sawit dan woodchip sebanyak 250 ton dengan pasokan harian cangkan sawit sebanyak 150 ton.
“100 persen kontinu di PLTU sintang. Tapi kalau uji coba saya yakin semua unit PLTU sudah uji coba menggunakan biomassa. Yang 100 persen kontinu di kita, tapi baru 1 unit. Dua lainnya masih full batubara” kata Tantan Rustamdi, Manager Unit PLN Indonesia Power PLTU Sintang, Senin 18 Desember 2023.
PLN Indonesia Power PLTU Sintang merupakan Pembangkit Listrik tenaga Uap memasok kebutuhan listrik di Sistem Khatulistiwa, dengan daya terpasang pembangkit 3 x 7 MW.
Pembangkit listrik ini yang mulai beroperasi sejak tahun 2019 dan telah melaksanakan Co-firing Biomassa sejak tahun 2021.
• Pemkab Sintang Dorong Dunia Usaha Bangun Taman Kota Ramah Anak Gunakan CSR
Hasil implementasi Firing biomass 100 persen menunjukkan hasil yang positif. Pemakaian rata-rata bahan bakar turun 10 persen, biaya bahan bakar turun menjadi 20 persen dan penurunan kadar emisi SOx, NOx dan CO2.
“Khusus kebutuhan bahan bakar pembangit ini kan 3x7 MW artinya satu unit mesin itu dibutuhkan batubara 200 ton per hari. Dengan implementasi firing 100 persen ini dari tanggal 13 desember ini, rata-rata pemakaian 160-180 ton per hari, bisa menurunkan tonase pemakaian bahan bakar batubara 20-40 ton per hari,” ungkap Tantan.
Selama ini, pasokan batubara di PLTU Sintang dikirim dari Provinsi Jambi menggunakan kapal Tongkang. Pengiriman bahan baku energi fosil itu memakan waktu 20 hari. Proses pengiriman seringkali terhambat pasang-surut air sungai.
“Dengan firing biomassa bisa menjaga stok, Soalnya kalau pasang air tidak bisa lewat, surut apalagi. Artinya kami harus menyimpan batu bara lebih banyak daripada umumnya,” ujar Tantan.
Dari hasil riset PLTU Sintang, kalori yang dimiliki cang sawit 4.100 kcal/kg lebih tinggi dibandingkan batu bara 3.700 kcal/kg. Selain itu,untuk kalori bauran biomassa cang sawit dan woodchip juga masih lebih tinggi yaitu sebesar 3.732 kcal/kg.
PLTU Sintang bersama PLN Energi Primer Indonesia (CPI) telah bekerjasama dengan Pemda dan stakeholder terkait termasuk Pabrik Kelapa Sawit di radius 50 kilometer dari area PLTU untuk menjaga ketersediaan pasokan cangkang sawit untuk firing biomassa.
Hasil kerjasama itu, satu PKS dalam setiap bulannya mampu mengirimkan 300-400 ton cangkang sawit. Pasokan ini, disebut masih kurang. Karena, ada tiga unit pembangkit di PLTU Sintang. Namun, yang sudah menerapkan biomassa 100 persen baru satu unit.
“Ada 29 PKS yang ada di sekitar PLTU. Sudah ada yang ngirim ke PLTU. Satu PKS bisa ngirim 300-400 ton per bulan, pasokan masih kurang, kalau full 3 unit, sekarang implementasi baru satu unit, 2 unitnya masih full batubara. Kedepan harapannya kalau biomassa ada, kami akan menggunakan semua unit. Bukan hanya dari cangkang sawit, tapi juga pelet tankos, pellet sampah, Woodchip,” harap Tantan.
Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara mengatakan, PLTU Sintang akan menjadi percontohan untuk implementasi Firing Biomassa 100 persen menggunakan biomassa berkualitas tinggi dan menjadi PLTU Hybrid yang bisa secara flexible switching dari bahan bakar batubara ke bahan bakar biomassa.
PLN EPI akan memasok kebutuhan biomassa dari cangkang sawit dan woodchip. PLN EPI menyediakan stock 1000 ton cangkang sawit dan woodchip sebesar 250 ton.
"PLN EPI sebagai Sub Holding Penyediaan Energi Primer mensupport pelaksanaan Firing Biomassa 100 persen ini dengan menyediakan pasokan harian cangkang sawit sebesar 150 ton dan woodchip sebesar 15 ton," kata Iwan dalam keterangan tertulis yang diterima Tribun Pontianak.
Pelaksanan firing biomassa ini membutuhkan total 180 ton biomassa per hari. Dengan volume penyediaan dan stok biomassa yang tersedia maka implementasi firing biomassa 100 persen direncanakan selama 20 hari atau sampai dengan tanggal 2 Januari 2024.
"PLN EPI akan mendukung Program Transisi Energi PLN Grup melalui program Co-firing PLTU PLN dengan penyediaan pasokan bahan bakar biomassa dengan kualitas dan volume yang cukup," kata Iwan.
Cangkang Sawit Bersaing dengan Harga Ekspor
Erfan julianto, VP Pelaksana Pengadaan, Pengendalian Kontrak Dan Logistik Biomassa PLN Energi Primer Indonesia merasa optimis potensi cangkang sawit yang ada di seluruh Indonesia, khususnya di Kalimantan, dapat membantu program PLN dalam melakukan transisi energy.
Namun, belum adanya regulasi yang mengatur harga cangkang sawit membuat PLN EPI harus bersaing dengan pasar ekspor untuk keberlanjutan pasokan bahan baku biomassa.
“Kita harus bersaing dengan pasar ekspor karena belum ada regulasi yang mengatur terkait dengan harga cangkang sawit ini,” kata Erfan di Sintang.
Khusus batubara, pemerintah menetapkan aturan penjualan untuk kepentingan dalam negeri melalui Domestick Market Obligations (DMO). Namun, cangkang sawit belum ada regulasinya. Sehingga, perusahan swasta akan lebih melirik pasar ekspor karena harga yang cenderung lebih tinggi.
“Sawit ini industrinya sebagian besar swasta dan mereka tentunya orientasi ke bisnis. Jadi cangkang sawit ini sebagian besar dijadikan komoditi ekspor untuk juga sebagai bahan bakar pembakit PLTU di luar negeri, seperti di Jepang, Korea, Thailand dan Vietnam,” ujar Erfan.
Untuk memastikan ketersediaan pasokan suplai energi biomassa, PLN EPI kata Erfan tidak hanya melirik cangkang sawit. Masih ada Wood chip, tandan kosong (Tankos) kelapa sawit dan pellet sampah.
Woodchip atau serbuk kayu, Erfan melirik kebun karet yang tak lagi produktif di Sintang. Potensi ini, bisa dijadikan firing untuk biomassa di PLTU Sintang. “Kebetulan di sintang ada beberapa perkebunan karet yang memang tidak produktif. Dan ini tanaman ini akan dilakukan replanting atau diganti tanaman baru,” katanya.
PLN EPI juga melirik pellet tankos. Bahkan, pihaknya sudah bekerjasama dengan mitra untuk menyediakannya untuk memenuhi kebutuhan Co-Firing PLTU di Kabupaten Bengkayang.
“Pellet tankos juga memiliki potensi sebagai bahan bakar biomassa, yang selama ini di PKS ditumpuk di pinggir jalan atau juga ada yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar PLTBM mereka, karena sebagian besar PKS ada PLTBM untuk kebutuhan mereka menggunakan limbah turunan kelapa sawit,” beber Erfan.
Biomassa dan Ekonomi Kerakyatan
Kementerian BUMN menargetkan nol emisi karbon pada tahun 2060. Salah satunya dengan cara Co-Firing. Pada tahun 2023, PLN harus menyediakan 1 juta ton biomassa untuk bahan bakar. Jumlahnya akan naik berkali lipat di tahun 2025 menjadi 10 juta ton.
“Tujuan co-firing menggunakan biomassa ini memang salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah dalam rangka Net Zero emission tahun 2060. Jadi untuk co-firing ini sendiri PLN berkomitmen untuk mengurangi emisi di tahun 2025 sebesar 3,4 persen dari co firing,” kata Erfan julianto, VP Pelaksana Pengadaan,Pengendalian Kontrak Dan Logistik Biomassa PLN Energi Primer Indonesia.
Selain itu, PLN juga akan membangun pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk mengganti pembangkit yang memiliki emisi karbon tinggi, seperti pembangkit batu bara. Namun, dengan menggunakan biomassa, biayanya lebih rendah banding membangun pembangkit EBT. Sehingga, PLTU dapat menggunakan bahan bakar biomassa, mensubstitusi batubara dengan biomassa untuk menurunkan kadar emisi karbon.
Efran mengungkapkan, PLN sudah memetakan manfaat ekonomi dari program co-firing ini, yaitu prinsipnya ekonomi kerakyatan. Menurutnya, Biomassa ini beda dengan energy primer lain, batu bara atau gas sebagian besar pemasoknya korporasi besar atau perusahan besar yang sudah berkecimpung lama di tekolongi energy.
“Untuk biomassa melibatkan masayarakat secara luas, artinya ekonomi kerakyatan melibatkan UMKM, bumdes, organisasi masyarakat desa, sehingga ini bisa meningkatkan ekonomi kerakyatan, seperti kegiatan cangkang sawit ini, melibatkan mitra lokal yang mereka membantu mengumpulkan cangkang sawit dari PKS yang ada di sekitar PLTU. Kalau Wood Chip juga kita melibatkan masyarakat untuk membantu memproduksi Wood Chip dari replanting tanaman karet yang ada di kabupaten sintang. ini akan lebih luas peningkatan ekonomi kerakyatan masyarakat di sekitar PLTU,” ungkap Erfan.
Selain berdampak pada ekonomi kerakyatan, penggunaan biomassa sebagai pembangkit listrik juga lebih efisien dari pemakain bakarnya, otomatis cos biaya penggunaan bahan bakar rendah, dengan adanya firing 100 persen biomassa ini, dan emisinya juga turun secara drastis.
“Jadi ada 3 manfaat kelebihan positif yang kita ambil pelaksanaan replacing batu bara ke biomassa ini. Harapannya memang pasokannya continue dan kita bisa terus kerjasama dengan mitra lokal dan PKS untuk bisa lebih meningkatkan firing 100 persen di PLTU sintang . Kendala hanya soal harga. Pertimbgan harga menjadi pertimbangan pertama, untuk cangkang sawit ini, kita harus bersaing dengan pasar ekspor,” tukasnya.
Pemkab Komitmen Olah Sampah Jadi Biomassa
Bupati Sintang, Jarot Winarno mengucapkan selamat kepada PLN Indonesia Power atas keberhasilannya uji coba 100 persen pembakaran biomassa dan uji coba co firing kayu cacah di PLTU Sinang.
Pemkab Sintang kata Jarot, sangat mengapresiasi upaya PLN Grup dalam mengurangi jumlah limbah kelapa sawit yang diolah menjadi energi listrik.
“Kami akan selalu mendukung pelaksanaan cofiring. Yang penting adalah energy bersih, hijau kita pelihara,” kata Jarot.
Pada tahun 2022 lalu, Pemkab Sintang menandatangani perjanjian kerjasama dengan PT Kusuma Jaya Agro dan PLN Indonesia Power. Kerjasama ini dalam bentuk pengolahan sampah, limbah perkebunan dan pertanian diolah dengan teknologi terbarukan sebagai substitusi sebagian bahan bakar batubara di PLTU.
Tindak lanjut (MoU) hingga kini masih menunggu Kajian teknis dari Fakultas Teknik Untan.
"Berdasarkan informasi dari Kadis LH yang lama bahwa untuk pemanfaatan sampah yang di TPA masih menunggu Kajian teknis yg dilakukan oleh pihak Fakultas Teknik UNTAN, sebagai bagian dari pihak yang ada pada MoU," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sintang, Igor Nugroho.
Nantinya di kawasan Industri PLTU Sungai Ringin akan di bangun pabrik pengolahan limbah sampah tersebut. Untuk tahap awal bersama Untan Pontianak, PT. Indonesia Power dan Pemkab Sintang serta Pemkot Pontianak akan dilakukan penelitian awal bagi pengembangan limbah tersebut menjadi bahan baku cofiring. "Jadi kita masih menunggu tindak lanjutnya," kata Igor Nugroho.
Ini Penyebab Jaringan Listrik Gangguan di Putussibau |
![]() |
---|
KONI Sintang Gelar Musorkablub, Percepat Pemilihan Ketua Baru |
![]() |
---|
40 DAFTAR Anggota DPRD Kabupaten Landak Lengkap Ketua dan Wakil Ketua DPRD Landak Terbaru 2024-2029 |
![]() |
---|
Daftar Anggota DPRD Kabupaten Sintang Kalbar Lengkap Komisi hingga Banggar Periode 2024-2029 |
![]() |
---|
DAFTAR 45 Anggota DPRD Kubu Raya 2024-2029 Lengkap Unsur Pimpinan, Nasdem Ketua |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.