Berita Viral

Sinyal Bisnis Pertalite Segera Dihapus dan Alasan Subsidi Energi Pindah Pertamax

Sinyal keberadaan Bahan Bakar Minyak BBM Subsidi Pertalite segera dihapus hingga alasan pengalihan Susidi enegr ke Pertamax kini semakin ramai disorot

Editor: Rizky Zulham
KOLASE TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/RIZKY ZULHAM
Sinyal Bisnis Pertalite Segera Dihapus dan Alasan Subsidi Energi Pindah Pertamax. 

“Secara sederhana, seharusnya anggaran kompensasi energi akan lebih besar karena harga BBM Pertamax lebih mahal dari Pertalite yang RON-nya lebih rendah. Namun, segala sesuatunya masih tergantung subsidinya dan seperti apa mekanismenya,” ujarnya saat dihubungi terpisah.

Sejatinya, pergeseran konsumsi ke RON 92 tentu akan sejalan dengan yang diamanatkan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengenai baku mutu emisi gas buang.

Pada Permen itu, intinya mensyaratkan konsumsi BBM berkadar oktan di atas 91.

Artinya, Pertamax memenuhi baku mutu itu.

Dari sisi lingkungan, menurut Komaidi, dampak peningkatan konsumsi Pertamax terhadap penurunan emisi tidak terlalu signifikan lantaran kadar oktannya hanya selisih dua, dari RON 90 ke RON 92.

Jika penurunan emisinya mau lebih signifikan, lanjut Komaidi, konsumsi energi fosil bisa digeser ke bahan bakar gas (BBG) yang beremisi paling rendah jika dibandingkan BBM dan batubara.

Analis Energi Institute of Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), Putra Adhiguna menambahkan, wacana pemberian subsidi ke Pertamax harus berhati-hati.

Realitanya, penikmat subsidi BBM sebagian besar adalah golongan mampu sehingga perlu diperjelas target yang disasar Pemerintah.

Meski nantinya sudah dikucurkan subsidi, Putra melihat, sangat mungkin harga jual BBM Pertamax tetap lebih mahal dari Pertalite karena kadar oktannya yang lebih tinggi.

“Meski instrumen harga adalah faktor terkuat, namun pemerintah juga harus terus menelusuri mekanisme kendali lainnya,” ujarnya.

Putra memaparkan, menggeser konsumsi Pertalite ke Pertamax akan memberikan dampak bagi penurunan emisi di sektor transportasi.

Tetapi menurutnya, juga penting untuk pemerintah mencoba lebih berani membatasi standard efisiensi konsumsi BBM kendaraan (fuel economy).

Berubah Harga BBM Resmi Naik Lagi Mulai Hari Ini: Beda Harga di SPBU Pertamina, Shell dan BP

Berdasarkan studi, rata-rata kendaraan ringan Indonesia sekitar 40 persen lebih boros BBM dibanding di India dan ada korelasi erat antara konsumsi BBM dan emisi di jalanan.

“Tren semakin banyaknya mobil-mobil pribadi besar di jalanan Jakarta juga patut dipertanyakan bila Indonesia serius dalam mengendalikan konsumsi BBM-nya.

Konsumen adalah aktor penting dalam konsumsi BBM namun produsen otomotif juga penting jadi sorotan karena merekalah ‘pembentuk’ dari pasar kendaraan,” ungkapnya.

Sumber: Kontan
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved