Sejarah Terbentuknya Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta Yang Mau Ditutup Anggota DPR RI

Perjalanan sejarah terbentuknya Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta memerlukan proses panjang. Setidaknya proses itu dimulai sejak abad ke-17.

KOLASE/TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta. Perjalanan sejarah terbentuknya Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta memerlukan proses panjang. Setidaknya proses itu dimulai sejak abad ke-17. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Perjalanan sejarah terbentuknya Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta memerlukan proses panjang.

Setidaknya proses itu dimulai sejak abad ke-17.

Kala itu wilayah Bandara Halim Perdana Kusuma merupakan daerah Cililitan.

Daerah Cililitan merupakan sebuah tanah partikelir yang dimiliki oleh Pieter van der Velde.

Tanah tersebut dinamakan Tandjoeng Ost.

Kemudian sekitar tahun 1924, sebagian tanah tersebut dijadikan sebuah lapangan terbang pertama di kota Batavia.

Lapangan terbang tesebut dinamakan Vliegveld Tjililitan atau Lapangan Terbang Tjililitan.

Mengapa Bandara Halim Perdana Kusuma Mau Ditutup Anggota DPR RI? Begini Kronologinya

Pada tahun yang sama, lapangan terbang ini menerima kedatangan pesawat dari Amsterdam yang kemudian menjadi penerbangan internasional pertama di Hindia Belanda.

Sebelum mendarat di Cililitan, pesawat Fokker ini memerlukan waktu cukup lama di perjalanan.

Karena pernah jatuh dan mengalami kerusakan di Serbia hingga harus didatangkan suku cadang dari pabriknya di Amsterdam.

Lapangan terbang ini juga turut andil dalam peresmian Bandar Udara Internasional Kemayoran yaitu dengan cara menerbangkan pesawat berjenis Douglas DC-3 menuju Kemayoran yang baru saja diresmikan.

Pada tanggal 20 Juni 1950, Belanda sepenuhnya menyerahkan lapangan terbang ini kepada pemerintah Indonesia.

Ketika itu lapangan terbang ini langsung dipegang oleh AURI dan dijadikan pangkalan udara militer.

Kemudian bertepatan dengan 17 Agustus 1952, lapangan terbang ini berganti nama menjadi Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk mengenang almarhum Abdul Halim Perdanakusuma yang gugur dalam menjalankan tugasnya.

Disamping sebagai pangkalan militer, Halim juga digunakan sebagai bandar udara sipil utama di kota Jakarta bersamaan dengan Kemayoran.

Pada tahun 1974, bandar udara ini harus berbagi penerbangan internasional dengan Kemayoran karena padatnya jadwal penerbangan disana.

Halim juga sempat ditunjuk menggantikan peranan Kemayoran yang semakin padat.

Namun hasilnya justru tertuju kepada pembangunan sebuah bandar udara baru di daerah Cengkareng.

Kelak bandar udara tersebut dinamakan Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta.

Setelah Kemayoran ditutup, Bandar Udara Halim Perdanakusuma mulai mengurangi jadwal penerbangan sipil untuk berfokus guna kepentingan militer.

Namun pada tahun 2013, Halim memberikan 60 slot/jam untuk penerbangan berjadwal domestik maupun internasional.

Hal tersebut dikarenakan untuk mengurangi padatnya jadwal penerbangan di Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta seperti disadur dari angkasapura2.co.id, Selasa 11 Juli 2023.

Siapa Anggota DPR RI yang Minta Bandara Halim Perdana Kusuma Ditutup? Berikut Profilnya

Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta yang juga digunakan sebagai markas Komando Operasi Angkatan Udara I (Koops AU I) TNI-AU ini mau ditutup anggota DPR RI Mulyadi.

Alasan Mulyadi karena fasilitas dan pelayanan bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta dinilai seperti di daerah tertinggal.

Baginya Bandara Halim adalah simbol negara yang sangat terbelakang.

Anggota Komisi V DPR RI juga menyebut Halim itu seperti bandara di daerah tertinggal.

Bahkan seperti bandara perintis mulai dari Crowded, fasilitas maupun tata kelolanya.

Dirinya terakhir kali ke Halim adalah saat pulang dari Malang.

Saat landing, hujan besar turun.

"Saya nggak tahu itu. Apakah tidak ada garbarata di darat atau bagaimana," katanya.

Ia juga menyinggung Crowdednya bagaimana.

Lalu saat hujan besar, petugasnya menyiapkan payung seperti parade.

Penumpang diminta berbaris turun dari Garbarata.

Penumpang harus berbagi payung dan yang pegang payung sesama penumpang.

Namun tetap saja kena hujan. Belum lagi yang mau berangkat atau yang pakai kursi roda.

“Ini Jakarta apa mana?," katanya.

Baginya bandara halim adalah simbol negara yang sangat terbelakang..

"Maka saya mohon izin ibu dirjen, saya rekomendasikan, sebagai anggota Komisi V, kaji itu Halim. Tutup. Apa katanya direnovasi? Hasilnya seperti itu. Tutup saja itu. Malu saya lihatnya," kata Mulyadi.

Diminta Tutup Saja! Nasibmu Kini Bandara Halim Perdanakusuma, Dulunya Lapangan Terbang Tjililitan

(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved