Hasil Langsung Presidensi G20, Pariwisata Bali Kembali Bergeliat
Perekonomian Bali yang terpuruk akibat minimnya kunjungan wisatawan karena pandemi, perlahan namun pasti kembali bangkit.
Penulis: Nasaruddin | Editor: Faiz Iqbal Maulid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, BALI - Presidensi G20 Indonesia tak sekadar berhasil mengesahkan Deklarasi Pemimpin G20 atau G20 Bali Leaders Declaration. Di balik itu, KTT G20 yang digelar di Bali juga membuat pariwisata di tanah dewata kembali bergeliat.
Perekonomian Bali yang terpuruk akibat minimnya kunjungan wisatawan karena pandemi, perlahan namun pasti kembali bangkit.
"KTT G20 yang digelar di Bali jelas berpengaruh ke pariwisata Bali. Selain peserta, turis juga semakin banyak datang ke Bali," kata Putu Eri, tour guide yang menemani peserta Diseminasi Presidensi G20 napak tilas ke sejumlah tempat yang dikunjungi kepala negara G20 sepeti Tahura Ngurah Rai dan GWK Cultural Park, Kamis 8 Desember 2022.
Bli Eri mengatakan, selama dua tahun terjadinya pandemi, kunjungan wisatawan ke Bali sangat minim. Padahal pariwisata merupakan mata pencaharian utama masyarakat.
"Orang mau ke Bali juga susah. Selain tiket mahal, tesnya juga lebih mahal dari tiket. Sebagai warga Bali, kita benar-benar merasakan dampak itu," ceritanya.
• Diskusi Hasil Presidensi G20 di Bali
Kelonggaran aturan yang dikeluarkan pemerintah setelah pandemi agak mereda, membuat perubahan ke arah normal. Wisatawan mulai berdatangan. Perekonomian Bali akhirnya kembali tumbuh.
"Kemudian pemerintah menggelar G20 di Bali, sehingga saya dan teman-teman yang lain bisa kembali bekerja," katanya seraya tertawa.
Dampak presidensi G20 terhadap perekonomian Bali juga disampaikan Arditya Dinar Fiskiawan dari Bank Indonesia.
Menurutnya, saat meeting pertama rangkaian G20 pada Desember 2021, kondisi Bali masih sepi. Okupasi-okupasi hotel masih kecil sekali.
"Saya ingat ketika survei itu, satu hotel itu mungkin isinya cuman kami saja. 15, 20 orang. Padahal total kamarnya untuk 400-500 orang. Jadi kondisinya sangat-sangat menurun sekali dibanding kondisi normal. Kondisi hotel juga masih kurang terurus. Semak belukar tinggi," ceritanya.
Pertemuan pertama G20 tingkat deputi di 2021 itu, menurut Dinar, menjadi pertaruhan. Keberhasilan di pertemuan pertama ini akan membentuk persepsi positif dari stake holder.
"Jadi Desember itu merupakan pertaruhan, sebenarnya. Kita bisa melaksanakan atau tidak. Ketika kita bisa melaksanakan di bulan Desember itu mengcreate sebuah persepsi positif dari stake holder. Bahwa Indonesia bisa melaksanakan sebuah event berskala internasional di tengah pandemi," katanya.
Dirinya bersyukur, semua rangkaian G20 di Bali bisa terlaksana sukses.
Menurutnya, hal ini menjadi modal bagi Indonesia untuk menggelar pertemuan-pertemuan internasional selanjutnya, juga meningkatkan kunjungan wisata.
"Kehadiran peserta G20 secara fisik itu menjadi promosi bagi kita. Ini sebagai modal kita untuk meningkatkan devisi dari adanya kunjungan-kunjungan. Tak hanya Bali, tapi juga semua daerah di Indonesia," katanya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bali, Trisno Nugroho mengatakan, G20 adalah berkah untuk Bali. Sebab 20 tahun yang akan datang, G20 belum tentu digelar di tempat yang sama.
Selain itu, puncak G20 menyumbang 1 persen PDB Bali.
"Kondisi Bali saat ini mulai pulih. Sepertiga turis mulai berlibur lagi ke Bali," katanya.
• Apa Dampak Ekonomi yang Langsung Dirasakan Indonesia Usai Presidensi G20 Bali? Ini Penjelasannya
Indikasi Keberhasilan Presidensi G20 Bali
Guru besar Hukum Internasional Universitas Indoesia, Hikmahanto Juwana mengatakan Presidensi G20 di Bali berhasil digelar. Dirinya mengungkap sejumlah indikasi keberhasilan presidensi G20 Indonesia.
Pertama, hampir semua kepala negara dan kepala pemerintahan serta pimpinan organisasi internasional hadir.
Kedua, Selama penyelenggaraan KTT G20 keamanan terkendali dan keselamatan kepala negara dan kepala pemerintahan terjamin.
Terakhir, berbagai program dari tiga fokus tema yg diusung oleh Indonesia “Recover Together, Recover Stronger” selama 1 tahun berhasil disepakati sebagai terobosan bagi pertumbuhan perekonomian dunia.
"Presiden Jokowi mendapat apresiasi dari dunia, terkait upaya untuk menyelesaikan perang di Ukraina meski hingga saat ini masih berlangsung," katanya.
Hikmahanto mengatakan, selain itu banyaknya bilateral meeting yang dilakukan di sela-sela KTT G20.
"Dan yang menjadi bilateral meeting terpenting adalah pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jin Ping yang berkomitmen untuk bersaing tanpa melibatkan penggunaan senjata dan kekerasan," paparnya.
"Tidak ada negara yang kehilangan muka dalam Leaders' Declaration meski Rusia mendapat kecaman dari sebagian anggota G20 yang merujuk pada Resolusi Majelis Umum mengingat dalam deklarasi disebutkan bahwa Forum G20 bukan tempat pembahasan masalah politik," ujarnya.
• Peserta Diseminasi G20 Bank Indonesia Ikuti Napak Tilas di GWK Bali, Lihat Langsung Lotus Pond
Dampak Ekonomi
Sementara itu, ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi mengungkapkan, di bidang ekonomi, dampak langsung penyelenggaraan
Presidensi G20 ialah peningkatan penerimaan visa negara melalui kehadiran delegasi dan peserta internasional.
Kegiatan Presidensi G20 dapat berkonribusi secara signifikan terhadap sektor-sektor yang berhubungan langsung terhadap sektor akomodasi dan makan minum, sektor transportasi, dan sektor pariwisata.
Berbagai pertemuan internasional dalam mekanisme G20 selama masa presidensi Indonesia juga dapat meningkatkan perekonomian lokal baik yang berskala kecil maupun menengah.
"Dalam jangka menengah, peningkatan kegiatan ekonomi tersebut diproyeksikan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sebesar 33.000 tenaga kerja dan memberi sinyal positif bagi masyarakat," katanya.
Penyelenggaraan Presidensi G20 oleh Indonesia tahun 2022 diestimasikan mampu memberi manfaat ekonomi 1,502 kali lebih besar dari forum pertemyan IMF-WB yang diselenggarakan Indonesia tahun 2018.
Presidensi G20 diestimasikan akan meningkatkan PDB nasional sebesar Rp7,43 triliun.
Dalam jangka panjang, keketuaan Indonesia di G20 dalam meningkatkan kerjasama multilateralime yang bermanfaat bagi pembangunan Indonesia.
Analytical Hierarchy Process memperlihatkan bahwa forum G20 adalah kerjasama multilateral paling strategis dengan nilai 65.1 persen.
Urutan ini diikuti oleh OECD dengan nilai 20,5 persen dan Kerjasama Selatan Selatan dan Triangular (KSST) dengan nilai 14.4 persen.
Forum G20 unggul di semua aspek kriteria kecuali pada aspek biaya.
Kerja sama dalam G20 yang anggotanya merupakan ekonomi terbesar dari seluruh kawasan di dunia dapat mendorong kerjasama antar-kawasan.
Sebagai Presiden G20 tahun 2022, Indonesia dapat mengusung isu-isu strategis dengan menyelaraskan agenda kerja sama dalam G20 dengan arah kepentingan negara melalui agenda setting.
Berdasarkan hasil Pairwise comparison, isu strategis yang harus muncul dalam forum G20 adalah infrastruktur, regulasi keuangan, perubahan iklim serta isu ketimpangan dan kemiskinan.
Keketuaan Indonesia di G20 juga memberi manfaat di bidang perdagangan dan investasi.
"Sumber investasi dunia berasal dari Jepang, China, US, dan Uni Eropa yang semuanya anggota G20," ungkapnya.
Negara-negara anggota G20 menguasai 80 persen perekonomian dunia, 79 persen perdagangan dunia dan mewakili 60 persen penduduk dunia, sehingga forum ini dipandang signifikan dan sistemik.
Peningkatan aktivitas perdagangan dan investasi melalui keterlibatan Indonesia di G20 pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang dibutuhkan di tengah upaya Indonesia untuk melepaskan diri dari middle income trap.
Kerjasama perdagangan dan investasi dapat difokuskan pada keunggulan komparatif Indonesia yang dapat diidentifikasikan melalui indeks Revealed Comparative Advantage (RCA).
Cek berita dan artikel mudah diakses di Google News