Khazanah Islam
Sejarah Kerajaan Tidore di Maluku Utara Materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas 9 SMP
Setelah masuk Islam bersama para pembesar kerajaan lainnya, ia mendapat gelar Sultan Jamaluddin.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kerajaan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara.
Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan Ternate.
Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Tidore pertama adalah Syahadati alias Muhammad Naqal yang naik tahta sekitar tahun 1081 M.
Baru pada raja yang ke-9, yaitu Cirililiati yang kembali ingin memeluk agama Islam, berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.
Setelah masuk Islam bersama para pembesar kerajaan lainnya, ia mendapat gelar Sultan Jamaluddin.
Putra sulungnya juga masuk Islam karena dakwah Syekh Mansur. Agama Islam masuk pertama kali di Tidore sekitar tahun 1471 M. (menurut catatan Portugis).
• Kerajaan Gowa-Tallo dan Penyebaran Islam di Sulawesi Materi PAI dan Budi Pekerti Kelas 9 SMP
Setelah Ternate berhasil meluaskan wilayahnya dan membentuk persekutuan yang disebut Uli Lima, Kerajaan Tidore juga berhasil memperluas pengaruhnya ke Halmahera, Pulau Raja Ampat, Seram Timur, dan Papua yang dipersatukan dalam persekutuan Uli Siwa.
Demikian juga Kerajaan Bacan dan Jailolo juga tenggelam dalam pengaruh Kerajaan Tidore. Kerajaan Tidore merupakan penghasil cengkih yang besar dan sangat laku di pasaran Eropa.
Sehingga Akibatnya banyak bangsa Eropa yang datang ke Tidore untuk mencari cengkih, misalnya bangsa Portugis, Spanyol, dan Belanda.
Pada awalnya ,Kerajaan Ternate dan Tidore dapat hidup berdampingan dan tidak pernah terjadi konflik.
Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran penting dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang ingin menguasai Maluku.
Seiring berjalannya waktu, kedua kerajaan ini justru bersaing memperebutkan kekuasaan politik di Maluku.
Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempahrempah, seperti pala dan cengkih, sehingga daerah ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah.
Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Papua dikuasai oleh kerajaan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao (Filipina) dikuasai oleh Kerajaan Ternate.
Namun, setelah kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Maluku, mulailah terjadi pertentangan karena Ternate dan Tidore bersaing menawarkan harga rempah-rempah, serta pendirian benteng yang dihadiahkan kepada partner dagang sebagai penghargaan.
Pada tahun 1512 M, bangsa Portugis dan Spanyol memasuki Maluku. Portugis pada saat itu memilih bersahabat dengan Ternate, sedangkan Spanyol yang datang kemudian bersahabat dengan Sultan Tidore.
• Kerajaan Pajang dan Penyebaran Islam di Jawa Materi PAI dan Budi Pekerti 9 SMP
Sejak saat itulah, benih-benih permusuhan mulai timbul. Pada tahun 1529 M. Portugis yang dibantu oleh Ternate dan Bacan menyerang Tidore dan Spanyol.
Dalam peperangan ini, Portugis mengalami kemenangan sehingga Portugis dapat menguasai perdagangan rempah-rempah di seluruh Maluku.
Setelah menguasai Maluku, Portugis mulai melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap rakyat Maluku.
Kedua kerajaan tersebut akhirnya sadar bahwa keduanya harus bersatu untuk mengusir penjajahan Portugis di Maluku.
Berkat kerja sama kedua kerajaan tersebut, akhirnya, Portugis mengalami kekalahan tahun 1575 M. dan menyingkir ke Ambon.
Pada tahun 1605 M. Belanda berhasil mendesak Portugis di Ambon dan menguasainya. Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1789-1805 M), yaitu seorang penguasa yang berani dan cerdas.
Pada tahun 1801 M, beliau menyerang Ternate sehingga Ternate dan Tidore berhasil dipersatukan.
Di samping itu, Sultan Nuku berhasil mengadu domba antara Belanda dan Inggris sehingga Belanda dapat diusir dari Tidore.
Setelah Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate, Inggris tidak mendapatkan apa-apa kecuali hubungan dagang biasa.
Sejak itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, dan Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat.
Pelayaran dan perdagangan maju pesat sehingga waktu itu Maluku mengalami zaman keemasan dan tidak terikat oleh bangsa mana pun.
Wilayahnya cukup luas, yaitu meliputi Seram, Halmahera, Kepulauan Kai, dan Papua.
Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya sendiri, Zainal Abidin (1805-1810 M). (*)
Disclamair : Isi redaksi dan pembahasan materi diatas dilansir dari buku siswa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas 9 SMP Terbitan Kemendikbudristek tahun 2017.
Simak Berita terkait Khazanah Islam Tribun Pontianak.