Doa Katolik

Renungan Harian Katolik Senin 7 November 2022, Menjadi Pribadi yang Hidupnya tidak Menyesatkan Orang

Lihat bacaan renungan harian Katolik Senin 7 November 2022 hari Minggu biasa XXXII dengan bacaan injil diambil dari Lukas 17:1-6.

KOLASE/TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
Lihat bacaan renungan harian Katolik Senin 7 November 2022 hari Minggu biasa XXXII dengan bacaan injil diambil dari Lukas 17:1-6. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Lihat bacaan renungan harian Katolik Senin 7 November 2022 hari Minggu biasa XXXII.

Lihat bacaan pertama, bacaan injil dan Mazmur tanggapan renungan harian Katolik Senin 7 November 2022.

Lihat bacaan pertama diambil dari Titus 1:1-9 dan bacaan injil diambil dari Lukas 17:1-6.

Sementara Mazmur tanggapan 24:1-2.3-4ab.5-6 dan bait pengantar injil: Alleluya.

Kalender Liturgi Katolik Selasa 8 November 2022 Lengkap Bacaan Injil dan Biarawan BcO 1Mak. 1:41-64

Lihat bacaan pertama Titus 1:1-9

“Angkatlah penatua-penatua seperti yang telah kupesankan kepadamu.”

Dari Paulus, hamba Allah dan rasul Yesus Kristus untuk memelihara iman orang-orang pilihan Allah dan pengetahuan akan kebenaran seperti yang nampak dalam ibadah kita.

Dan berdasarkan pengharapan akan hidup yang kekal yang sebelum permulaan zaman sudah dijanjikan oleh Allah yang tidak berdusta.

Dan yang pada waktu yang dikehendaki-Nya telah menyatakan firman-Nya dalam pemberitaan Injil yang telah dipercayakan kepadaku sesuai dengan perintah Allah, Juru selamat kita.

Kepada Titus, anakku yang sah menurut iman kita bersama.

Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Juruselamat kita, menyertai engkau.

Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini.

Supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota.

Seperti yang telah kupesankan kepadamu, yakni orang-orang yang tak bercacat.

Yang mempunyai hanya satu isteri, yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib.

Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh.

Bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, melainkan suka memberi tumpangan.

Suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat.

Supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya.

Demikianlah sabda Tuhan.

U. Syukur kepada Allah.

Mazmur 24:1-2.3-4ab.5-6

Ref. Berbahagialah yang mendiami rumah Tuhan

atau Itulah angkatan yang mencari wajah-Mu, ya Tuhan.

1. Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya, jagat dan semua yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan, dan menegakkan di atas sungai-sungai.

2. Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan diri kepada penipuan dan tidak bersumpah palsu.

3. Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah, penyelamatnya. Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.

Bait pengantar injil

U : Alleluya, alleluya, alleluya

S : (Flp 2:15-16) Hendaknya di dunia ini kalian bersinar seperti bintang-bintang sambil berpegang pada sabda kehidupan.

Lihat bacaan injil Lukas 17:1-6

“Jika saudaramu berbuat dosa terhadapmu tujuh kali sehari dan tujuh kali kembali kepadamu dan berkata, ‘Aku menyesal’, engkau harus mengampuni dia.”

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.

Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya.

Lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini.

Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia.

Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.”

Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: “Tambahkanlah iman kami!”

Jawab Tuhan: “Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini.

Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Mengenal Sakramen Baptis dalam Tradisi Gereja Katolik

Lihat renungan harian Katolik

Beberapa waktu yang lalu muncul orang-orang yang menyebut dirinya pemuka agama/pengajar agama, tetapi pekerjaannya tidak lebih hanya menjelek-jelekkan agama lain.

Inilah model pemimpin agama yang 'menyesatkan'.

Karena bukannya mengajak umat untuk saling menghargai, saling mengasihi dan saling mengampuni, tetapi sebaliknya dia berlaku seperti 'kompor' yang siap memanas-manasi umatnya untuk membenci penganut agama lain.

Jelas ini bertolak belakang dengan hakikat agama mana pun.

Paulus melalui pesannya kepada Titus, mengingatkan kita untuk benar-benar memilih para penatua (pemuka agama) dengan kriteria/syarat yang ketat.

Yaitu orang-orang tak bercacat, yang hanya mempunyai satu istri, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah melainkan suka memberikan tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri, dll.

Paulus menekankan hal ini dengan sangat keras, karena seorang pemimpin harus bisa menjadi teladan dan panutan.

Maka, menjadi sangat memprihatinkan dan sangat miris, kalau sekarang ini ditemukan banyak para pembicara/pengajar agama yang hari-hari hanya menjelekkan agama lain.

Kita bisa menilai kualitas mereka seperti apa dan mau dibawa ke mana umat mereka?

Nurani kita bisa menilai hal itu.

Dalam bacaan Injil, Yesus menegaskan kembali bahwa kita semua tanpa terkecuali dipanggil untuk menjadi seorang pribadi yang hidupnya tidak menyesatkan orang lain terutama yang lemah, melainkan menjadi berkat bagi sesama.

Maka, jika ada saudara kita yang salah, tegurlah dia, jika dia menyesal, ampunilah dia.

Bahkan, 'jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau 7 kali sehari dan 7 kali ia kembali kepadamu dan berkata, "Aku menyesal," engkau harus mengampuni dia.

Apakah kita siap mengampuni sesama?

Ya Allah, bentuklah kami menjadi pribadi yang bijak, yang siap menjadi berkat bagi sesama tanpa memandang SARA.

Dengan demikian, hidup kami menjadi sumber sukacita di mana pun kami berada. Amin.

Sumber: adiutami.com

(*)

[Update informasi seputar Katolik]

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved