Tekankan Pentingnya Dana Darurat, BRI Ajak Masyarakat Berinvestasi
BRI mengimbau masyarakat melakukan financial check-up dengan memperhatikan alokasi dana darurat, termasuk berinvestasi.
Penulis: Inang Jalaludin Shofihara | Editor: AMALIA PURNAMA SARI
TRIBUNPONTIANAK.co.id – Seiring kondisi ekonomi yang semakin menantang, penting bagi masyarakat untuk disiplin dalam mengatur personal financial management.
Setidaknya, terdapat dua tantangan ekonomi, yakni inflasi global dan ancaman krisis pangan serta energi karena konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
Direktur Bisnis Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) (BRI) Tbk Handayani mengatakan, masyarakat perlu melakukan financial check-up dengan memperhatikan alokasi dana darurat.
Dia menjelaskan, instrumen likuid seperti tabungan yang dapat menjadi dana darurat untuk 6-12 bulan, kini perlu diperpanjang 12-24 bulan ke depan.
Dengan memperpanjang dana darurat, masyarakat pun dapat memilih instrumen term deposit atau surat berharga negara.
“Karena itu, surat berharaga negara (SBN) dijamin 100 persen yang bisa ada windows-nya. Dalam hal ini, kita bisa menjual di secondary market dan itu likuid. Maka kita juga membahas mengenai ORI022,” ujarnya.
Dia mengatakan itu dalam acara literasi rutin yang digelar BRI, yakni Diskusi Taman BRI dengan tema “Personal Financial Management”, Rabu (12/10/2022).
Handayani menyebutkan, berinvestasi pada instrumen ORI bisa dimulai dari nominal Rp 1 juta.
Masyarakat dapat mengalokasikan dana darurat untuk membeli SSBN yang tenornya memang dikategorikan menengah.
Instrumen keuangan yang dijamin pemerintah, seperti ORI 022, bisa menjadi alternatif pilihan investasi yang dapat diandalkan.
Handayani juga mengimbau masyarakat supaya bijak sehingga tidak terburu-buru memilih instrumen investasi bersifat high risk high return yang tidak dijamin negara karena memiliki risiko yang relatif tinggi.
“Maka pengelolaan keuangan menjadi penting, termasuk pemahaman tentang alokasinya. Saya sampaikan bahwa mengelola aset itu tidak perlu jadi kaya raya dulu,” jelasnya.
Dia mengatakan, yang perlu dilakukan dalam berinvestasi adalah memastikan diri memiliki penghasilan dari gaji dan disiplin melakukan alokasi.
Setelah rutin melakukan financial check-up dan dana darurat sudah mencukupi, kata Handayani, selanjutnya harus ditindaklanjuti dengan alokasi untuk perencanaan yang lebih panjang lagi.
Bagi nasabah BRI, perseroan sudah memiliki instrumen yang mumpuni.
“BRI memiliki super apps BRImo yang memungkinkan kita membuat keputusan untuk mengubah pola perencanaan keuangan,” terangnya.
Handayani menyebutkan, aplikasi tersebut bsia mengalihkan nasabah dari instrumen satu ke instrumen keuangan lainnya, misalnya dari tabungan ke instrumen lain, atau sebaliknya.
“Maka itu bisa dilakukan kapan saja melalui aplikasi super apps BRImo. Jadi dengan adanya BRImo ini semuanya menjadi lebih gampang,” imbuhnya.
Dalam acara tersebut, hadir pula Kepala Sub-Direktorat Pengembangan dan Pendalaman Pasar Surat Utang Negara Direktorat Surat Utang Negara Kementerian Keuangan RI Chandra A S Wibowo dan Direktur Keuangan Bank Raya Indonesia yang juga menjabat Ketua Umum Perhimpunan Pedagang Surat Utang (Himdasun) Akhmad Fazri.

Senada dengan Handayani, Chandra mengungkapkan, berinvestasi harus legal dan logis. Oleh karena itu, pemerintah menerbitkan salah satu instrumen investasi bagi masyarakat, yaitu SBN Retail yang salah satunya adalah ORI022.
ORI022 memiliki karakteristik dijamin pemerintah dan pembayaran kupon maupun pokoknya dijamin Undang-undang (UU) Surat Utang Negara dan risiko gagal bayar sangat kecil.
Karakteristik berikutnya dari ORI022 memiliki rate yang menguntungkan, dan kompetitif dibandingkan dengan instrumen investasi sejenis. Selain itu, ORI022 bagi masyarakat Indonesia karena mudah diakses.
Chandra mengatakan, dari penjualan SBN Retail sejauh ini, komposisi investor generasi milenial cukup mendominasi dengan porsi sebesar 40 persen.
“Kami berharap tren ini terus berlanjut sehingga Indonesia bisa meraih kemandirian pembiayaan dalam pembangunan,” ujar Chandra.
Sementara itu, mengutip data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Akhmad menambahkan, pertumbuhan nasabah individual meningkat pesat, terutama setelah pandemi Covid-19.
Saat ini, kurang lebih investor individual di pasar modal mencapai sekitar 7,48 juta. Jumlah ini meningkat signifikan terutama pada 2 tahun terakhir.
Hal itu seiring dengan kepemilikan nasabah investor individual di surat berharga yang semakin meningkat. Hampir 60 persen nasabah capital market usianya di bawah 30 tahun.
Walaupun secara nominal investasi relatif kecil, tetapi hal ini menunjukkan kesadaran generasi muda saat ini terhadap investasi semakin baik.
“Jadi, kebutuhan nasabah ini semakin tinggi seperti tadi yang disampaikan datanya. Anak-anak muda itu sekarang sudah melek investasi. Di capital market pertumbuhannya sudah luar biasa. Di surat berharga juga pertumbuhannya sangat signifikan.
Akhmad menegaskan, BRI Group akan terus memanfaatkan kebutuhan-kebutuhan nasabah melalui layanan-layanan yang disediakan.