Masalah Mental dan Kejiwaan, Seorang Pria di Sungai Rasau Mempawah Kakinya Terpaksa Dirantai

"Itulah kondisinya semakin parah saat ibu meninggal. Karena tidak ada yang merawat, maka sampai harus dirantai seperti ini," kata Kurnia.

Penulis: Ramadhan | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Istimewa/(Dok. Dinsos Mempawah)
Kabid Sosial Dinas Sosial Kabupaten Mempawah, Heru Agung, saat berbincang dengan Murjani (35), warga Desa Sungai Rasau, Kecamatan Sungai Pinyuh, yang kakinya dirantai selama bertahun-tahun karena gangguan jiwa, pada kunjungannya Selasa 26 Juli 2022 lalu. (Dok. Dinsos Mempawah) 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Murjani (35), salah seorang warga Desa Sungai Rasau, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, kakinya telah dirantai bertahun-tahun.

Murjani terpaksa dirantai karena masalah kejiwaan yang dialaminya. Meskipun sudah tidak bisa berjalan dan hanya mengesot, Murjani dikhawatirkan akan berjalan jauh, serta sewaktu waktu bisa mengganggu orang lain.

Hal tersebut dibenarkan oleh adik angkat Murjani, yakni Kurnia Sari. Dirinya menyatakan meskipun abangnya sudah tidak bisa berjalan, namun apabila mengesot masih kuat.

"Biasa abang masih suka mengamuk apabila lagi tidak normal. Dia juga biasanya pandai mengamuk. Jadi kalau dibiarkan bebas dia bisa mengesot bahkan hingga ke sekitar pasar Pinyuh," ujarnya, Jumat 5 Agustus 2022.

Bupati Erlina Ikuti Senam Bersama dan Jumat Bersih di Kawasan Pasar Mempawah

"Jadi takutnya apabila dibiarkan bebas bisa menganggu orang lain," tambahnya lagi.

Kurnia Sari menjelaskan, Murjani mulai mengalmi masalah kejiwaan pasca kecelakaan bersama ayahnya pada tahun 2008 silam.

Ayahnya meninggal langsung di lokasi kecelakaan, sedangkan Murjani harus dirawat di rumah sakit hingga selama 2 bulan bahkan menjalani 2 kali operasi.

"Waktu itu abang kecelakaan sama bapak, bapak langsung meninggal dan abang dirawat di rumah sakit. Bahkan sempat 2 kali di operasi, setalah itulah mulai gelagat tak normal dari abang, rupanya kejiwaannya terganggu," ujarnya.

Lebih lanjut disampikan Kurnia, kondisi Murjani semakin parah sejak ibunya meninggal pada tahun 2016 lalu. Sehingga sampai saat ini hanya Kurnia dibantu warga yang merawat Murjani sehari-hari.

"Itulah kondisinya semakin parah saat ibu meninggal. Karena tidak ada yang merawat, maka sampai harus dirantai seperti ini," kata Kurnia.

Saat ini, Murjani tinggal sendiri di rumah mendiang orang tuanya. Meksi terikat dengan rantai yang panjangnya sekitar 5 meter, Murjani masih bisa makan hingga mandi sendiri.

"Jadi dirantai dengan rantai sekitar 5 meter, biar dia bisa bergerak di dalam rumah saja," tutupnya. (*)

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved