Peneliti Antariksa Menduga Dentuman Misterius di Kalbar Berasal dari Pecahan Roket CZ 5 B dari China

Peneliti Pusat Riset Antariksa, Andi Pangerang Hasanuddin menjelaskan, bahwa tadi malam 30 Juli 2022 ada pecahan roket CZ 5 B milik China melintasi

Penulis: Muhammad Luthfi | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Pecahan Roket CZ 5 B yang terlihat di Kota Metro Provinsi Lampung, 30 Juli 2022. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Suara dan getaran yang dirasakan oleh sebagian besar wilayah Kalimantan Barat tanggal 30 Juli 2022 pukul 23.00 WIB kemungkinan disebabkan oleh pecahan roket CZ 5 B yang mengalami reentry (kembali ke atmosfer bumi). 

Peneliti Pusat Riset Antariksa, Andi Pangerang Hasanuddin menjelaskan, bahwa tadi malam 30 Juli 2022 ada pecahan roket CZ 5 B milik China melintasi langit Kalimantan Barat pukul 23.50 WIB. 

Melewati lintasan dg final TIP: 2022-07-30 16:51:00 UTC +/- 1 min. panah menunjukkan perkiraan posisi saat ketinggian ~10 km dpl. 

Dikatakan Andi, serpihan roket CZ 5 B tersebut juga dapat diamati di beberapa Kota, satu diantaranya Kota Metro Bandar Lampung dan Kuching Serawak. 

Dentuman Misterius di Pontianak, BMKG Sebut Tak Deteksi Petir dan Guntur

“Teramati juga di Kota Metro, Provinsi Lampung,” jelasnya, Minggu 31 Juli 2022.

Menurut penuturannya, setiap benda jatuh antariksa baik buatan (seperti pecahan roket, satelit dan wahana antariksa lainnya). 

Maupun alami (asteroid, komet, dsb) akan menimbulkan dentuman sonik (sonic boom) saat bertemu dengan atmosfer bumi. 

Oleh karena itu, kemungkinan besar suara dan getaran yang terjadi di sebagian besar wilayah Kalimantan Barat 30 Juli kemarin Disebabkan oleh serpihan roket CZ 5 B yang melintasi langit Kalimantan Barat.

“Kalau waktu terdengarnya dentuman berdekatan dengan waktu melintasnya pecahan roket, maka dentuman tersebut disebabkan oleh pecahan roket tersebut,” ungkapnya. 

Kata Andi, jatuhnya serpihan roket CZ 5 B tersebut jatuh di dekat perairan Filipina dan Formosa. 

“Dari lintasannya, jatuhnya justru di laut Tiongkok Selatan dekat perairan Filipina dan Formosa (Taiwan),” timpalnya.

Andi juga menerangkan, fenomena ini berbeda dengan hujan meteor yang diprediksi jatuh pada akhir bulan Juli 2022.

“Berbeda karena ini objeknya buatan manusia, sementara hujan meteor Alfa Capricornid, Delta Aquarid dan June Scutid adalah objek alami,” pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved