Demi Jadi Fisioterapis dan Akupunturis, Owner Stroke Center by Najwa Pernah Pinjam Uang Teman
"Alhamdulillah pasien stroke yang datang silih berganti. Dulunya enggak bisa berjalan jadi bisa berjalan dan akhirnya orang tua menyarankan buka klini
Penulis: Tri Pandito Wibowo | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
"Nah yang terakhir kita juga ada untuk konsultasi kesehatan maupun kecantikannya, jadi memang semua pelayanan ada di sini," ujarnya.
Pinjam Uang Teman
Tidak ada kata berhenti untuk belajar, itulah kata yang tepat menggambarkan seorang Gita. Kuliah jurusan fisioterapi, pengenalan Gita dengan akupuntur berawal dari kerjasama dosen di kampus dengan lembaga akupuntur.
Ia yang mengambil fisioterapi tetapi tertarik belajar akupuntur.
"Saya tidak ada biaya untuk masuk akupuntur akhirnya saya telepon ayah, tapi ayah melarang takut kurang konsentrasi menyelesaikan fisioterapi. Akhirnya saya pinjam ke beberapa teman saya waktu SMA untuk DP waktu itu sekitar Rp 1,5 juta, biayanya Rp 6 juta," ujarnya.
Untuk melunasi hutang, sambil kuliah dan belajar akupuntur Gita juga bekerja. Diakuinya aktivitas yang ia lalui full siang dan malam.
"Saya sambil kerja, saya visit apapun saya lakukan, mulai jualan produk yang penting bisa melunasi biaya akupuntur sampai selesai. Alhamdulillah saat sarjana menjadi seorang fisioterapis 2009 diwaktu bersamaan juga menjadi seorang akupunturis," ujarnya.
Umrahkan Orang Tua dan Ingin Buka Tahfiz Qur'an Gratis
Sukses merintis karier menjadi fisioterapis dan akupunturis by Najwa, tak membuat Gita Aditia melupakan perannya untuk lebih bermanfaat bagi sesama.
Dari awal berbisnis, Gita bertujuan ingin membahagiakan orangtua. Sang ayah yang merupakan sopir taksi dan sang ibu yang merupakan ibu rumah tangga menjadi motivasi Gita untuk memenuhi keinginan orang tua agar mereka bahagia.
"Dari awal memang pengen umrahkan orang tua. Alhamdulillah tercapai. Pengen punya rumah tanpa kredit Alhamdulillah tercapai. Tapi ada satu mimpi yang membuat saya on fire terus untuk berbisnis dan mengembangkan diri karena ingin punya Pasentren Tahfidz Quran untuk orang-orang yang gak mampu," ujarnya.
Memutuskan untuk berbisnis dengan tanggungjawab mengurus anak dan rumah saat itu bukanlah keputusan yang mudah. Namun Gita berpikir ia tidak akan sepenuhnya bisa memenuhi keinginan orang tuanya dan mencapai cita-cita dengan hanya jadi pegawai.
"Saya bilang ke orang tua mau apa aja, kasi tau ntar saya kasih. Artinya tidak selamanya kalau saya jadi pegawai bisa bahagiakan orang tua. Akhirnya saya berpikir untuk berbisnis salah satu produk kesehatan. Jatuh bangun bisnis produk kesehatan lah yang menjadi bekal hingga membuka klinik Najwa," ujarnya.
Untuk mencapai cita-cita membuka sebuah pasentren kata Gita diperlukan biaya yang tidak sedikit yang tidak bisa ia dapatkan hanya dengan menjadi pegawai. Sembari mengembangkan klinik by Najwa ia juga tetap fokus mengembangkan bisnis produk kecantikan yang juga menjadi pendukung kesembuhan pasien.
"Saya ingin klinik saya menjadi wasilah untuk orang-orang. Targetnya kalau pasien nyeri susah shalat kita program pasien bisa mengerjakan shalat dan bisa beraktivitas dengan baik. Harapannya bisa menjadi amal jariyah," ujarnya.