Idul Adha

Khutbah Idul Adha Terbaru Tentang 6 Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim yang Wajib Diamalkan

Naskah khutbah ini mengingatkan umat Muslim tentang berbagai macam praktik kesalehan Nabi Ibrahim dan keluarganya sehari-hari.

Kolase / Tribunpontianak.co.id / sid
Ilustrasi Khutbah Idul Adha 2022 - Khutbah Idul Adha 2022 bertema '6 Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim' 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Berikut contoh naskah khutbah Idul Adha 2022 bertema 6 Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim yang wajib diamalkan sehari-hari.

Naskah khutbah ini mengingatkan umat Muslim tentang berbagai macam praktik kesalehan Nabi Ibrahim dan keluarganya sehari-hari.

Nabi Ibrahim dan keluarganya adalah keluarga yang berilmu, taat, beriman dan penuh kepasrahan kepada Allah SWT.

Berikut naskah Idul Adha 2022bertema '6 Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim' dikutip dari laman resmi NU Online:

Bolehkah Sholat Idul Adha Sendirian di Rumah Tanpa Khutbah & Bacaan Niatnya

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbhah id pada pagi hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kapan pun dan di mana pun kita berada serta dalam keadaan sesulit apa pun dan dalam kondisi yang bagaimana pun, dengan cara melaksanakan segenap kewajiban dan menjauhi segala larangan Allah ta’ala.

Allahu Akbar (3x) walillahilhamdu,

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Keluarga Nabi Ibrahim adalah keluarga yang saleh. Sang ayah, yaitu Ibrahim, serta istri dan kedua putranya, semuanya adalah hamba-hamba yang saleh. Saleh (shalih) artinya memenuhi hak Allah dan hak sesama hamba. Kesalehan tidak akan dicapai kecuali dengan ilmu dan amal. Tanpa ilmu, seseorang tidak akan mampu beramal dengan benar sesuai tuntunan syariat. Dan ilmu tanpa amal tidak akan mendekatkan diri kepada Allah dan tidak akan mengantarkan seseorang menjadi pribadi yang saleh.

Ada banyak sekali sisi kesalehan keluarga Nabi Ibrahim yang dapat kita teladani.

Di antaranya adalah hal-hal sebagai berikut.

Hukum Meninggalkan Khutbah Sholat Idul Adha, Begini Sikap Nabi Muhammad SAW Setelah Sholat Idul Adha

Pertama,

Nabi Ibrahim sangat kuat memegangteguh akidah dan syariat.  

Allah ta’ala berfirman:   مَاكَانَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَانِيًّا وَّلٰكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ (آل عمران: ٦٧)  

Maknanya: “Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, melainkan dia adalah seorang yang memegang teguh Islam. Dia bukan pula termasuk (golongan) orang-orang musyrik.” (QS Ali ‘Imran: 68)  

Nabi Ibrahim sebagaimana nabi-nabi yang lain adalah ma’shum (selalu dijaga oleh Allah) dari kufur atau syirik, dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil yang menunjukkan kehinaan jiwa, baik sebelum maupun setelah diangkat menjadi nabi.

Kedua, 

berdakwah dengan penuh hikmah.

 Hal itu tercermin tatkala Nabi Ibrahim mengajak ayahnya untuk masuk ke dalam agama Islam sebagaimana diceritakan dalam QS al-An’am ayat 41-44. Nabi Ibrahim dengan menjaga adab seorang anak kepada orang tuanya menjelaskan dengan santun kepada ayahnya yang menyembah berhala bahwa berhala tidaklah dapat mendengar doa penyembahnya dan tidak dapat melihat penyembahnya. Yang demikian itu, bagaimana mungkin ia dapat memberi manfaat kepada penyembahnya, memberi rezeki kepadanya atau menolongnya. Ibrahim mengajak ayahnya untuk menyembah kepada Allah semata, satu-satunya Tuhan yang berhak dan wajib disembah.

 Ketiga, 

berilmu, memiliki hujjah yang kuat dan beramar ma’ruf nahi mungkar dengan penuh keberanian.

 Nabi Ibrahim telah diberi hujjah yang kuat oleh Allah ta’ala sehingga selalu dapat mematahkan berbagai dalih yang dilontarkan oleh musuh-musuh Islam ketika berdebat. Allah ta’ala berfirman:

 وَتِلْكَ حُجَّتُنَآ اٰتَيْنٰهَآ اِبْرٰهِيْمَ عَلٰى قَوْمِهٖۗ (الأنعام: ٨٣)

Maknanya: “Itulah hujjah yang Kami anugerahkan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya” (QS al-An’am: 83).

 وَلَقَدْ اٰتَيْنَآ اِبْرٰهِيْمَ رُشْدَهٗ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهٖ عٰلِمِيْنَ (الأنبياء: ٥١)

Maknanya: “Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan kepada Ibrahim petunjuk sebelum masa kenabiannya dan Kami telah mengetahui dirinya” (QS al-Anbiya’: 51).

Contoh Teks Khutbah Idul Adha 1443 H Tahun 2022 Terbaru Tema Tentang Qurban

Perkataan Nabi Ibrahim: هذا ربي ketika melihat bulan, bintang dan matahari adalah bermakna istifham inkari, yakni beliau bertanya kepada kaumnya dengan maksud mengingkari bukan dengan tujuan menetapkan: “Inikah Tuhanku?”.

Seakan-akan beliau ingin mengatakan: “Wahai kaumku, inikah tuhanku seperti yang kalian sangka?.

Ini jelas bukan tuhanku karena ia berubah, terbit lalu terbenam.” Demikianlah yang dikatakan oleh para ulama tafsir.

Ibrahim adalah seorang nabi yang ma’shum dari kemusyrikan sebelum maupun setelah menjadi nabi.

Keempat, 

dalam berjuang menegakkan agama Allah, tidak ada yang perlu ditakuti dan dikhawatirkan. Rezeki telah diatur.

Ajal sudah termaktub.

 Hal itu dibuktikan ketika Raja Namrud hendak melemparkannya ke dalam api yang berkobar-kobar, Nabi Ibrahim tidak gentar sedikit pun. Ia yakin sepenuhnya bahwa Allah akan menolong hamba-Nya yang memperjuangkan agama-Nya.

Kelima, 

tawakal sepenuhnya kepada Allah tanpa meninggalkan ikhtiar.

Hal itu tercermin pada peristiwa di mana Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail yang masih bayi di Makkah yang tandus dan tiada sumber air. Karena takwa dan tawakal yang tertanam kuat di hati Ibrahim dan Hajar, akhirnya Ibrahim meninggalkan keduanya karena menjalankan perintah Allah, dan Hajar rela ditinggal di tempat itu.

Keenam, 

Bersegera menjalankan perintah Allah, seberat dan sebesar apapun resikonya.

Setelah penantian yang begitu panjang, akhirnya Allah mengaruniakan kepada Ibrahim seorang putra yang kemudian diberi nama Ismail.

Putra yang sangat dicintainya itu setelah tumbuh menjadi seorang remaja, Ibrahim diperintahkan Allah untuk menyembelihnya.

Dengan ketundukan yang total kepada Allah, Ibrahim bersegera menjalankan perintah itu tanpa ada keraguan sedikit pun.

Sang putra juga menyambut perintah itu dengan kepasrahan yang total tanpa ada protes sepatah kata pun.

Sayyidah Hajar, sang ibu juga dengan kelapangan jiwa menyilakan Nabi Ibrahim bersegera menjalankan perintah itu. 

Ma sya Allah!. 

Sebuah potret keluarga saleh yang lebih mengutamakan perintah Allah dibandingkan dengan apa pun selainnya.

Ayah dan anak saling menolong dan menyemangati untuk melaksanakan perintah Allah.

Dialog indah antara keduanya terekam dalam al-Qur’an sebagaimana dikisahkan oleh Allah:

 قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ (الصافات: ١٠٢)

 Maknanya: “..... Ibrahim berkata: “Duhai putraku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?”  (QS ash-Shaffat: 102).

Contoh Khutbah Idul Adha Terbaru 2022 Tentang Kurban, Ikhtiar, Keteladanan dan Ujian Kesabaran

Sebagaimana kita tahu bahwa mimpi para nabi adalah wahyu.

Sedangkan perkataan Nabi Ibrahim kepada putranya, “Maka pikirkanlah apa pendapatmu?,” bukanlah permintaan pendapat kepada putranya apakah perintah Allah itu akan dijalankan ataukah tidak, juga bukanlah sebuah keragu-raguan.

Nabi Ibrahim hanya ingin mengetahui kemantapan hati putranya dalam menerima perintah Allah subhanahu wa ta’ala.

Lalu dengan kemantapan dan keteguhan hati, Nabi Ismail menjawab dengan jawaban yang menunjukkan bahwa kecintaannya kepada Allah jauh melebihi kecintaannya kepada jiwa dan dirinya sendiri:

 قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ (الصافات: ١٠٢)

 Maknanya: “Ismail menjawab: “Wahai ayahandaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, in sya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS ash-Shaffat: 102).

 Jawaban Ismail yang disertai “In sya Allah” menunjukkan keyakinan sepenuh hati dalam dirinya bahwa segala sesuatu terjadi dengan kehendak Allah. Apa pun yang dikehendaki Allah pasti terjadi, dan apa pun yang tidak dikehendaki Allah pasti tidak akan terjadi.

 Allahu Akbar (3x) walillahilhamdu,

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

 نِعْمَ الْعَوْنُ أَنْتَ يَا بُنَيَّ عَلَى أَمْرِ اللّٰهِ

 “Engkaulah sebaik-baik penolong bagiku untuk menjalankan perintah Allah, duhai putraku.”

Contoh Khutbah Idul Adha Terbaru 2022 Tentang Kurban, Ikhtiar, Keteladanan dan Ujian Kesabaran

 Nabi Ibrahim kemudian mulai menggerakkan pisau di atas leher Ismail. Akan tetapi pisau itu sedikit pun tidak dapat melukai leher Ismail. Hal ini dikarenakan pencipta segala sesuatu adalah Allah subhanahu wa ta’ala. Pisau hanyalah sebab terpotongnya sesuatu. Sedangkan pencipta terpotongnya sesuatu dan pencipta segala sesuatu tiada lain adalah Allah ta’ala. Sebab tidak dapat menciptakan akibat. Baik sebab maupun akibat, keduanya adalah ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala.

 Hadirin yang berbahagia,

Berkat takwa, sabar dan tawakal serta ketundukan total yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail serta Hajar, Allah kemudian memberikan jalan keluar dan mengganti Ismail dengan seekor domba jantan yang besar dan berwarna putih yang dibawa malaikat Jibril dari surga. Hal itu dikisahkan dalam QS ash-Shaffat: 106-107.

 Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Akhirnya kita berdoa, semoga Allah menganugerahkan kepada kita kekuatan untuk meneladani kesalehan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Amin Ya Rabbal ‘alamin. 

(*)

Cek berita dan artikel mudah diakses di Google News

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved