Warga Desak Perbaikan Infrastruktur dan Ketersediaan Jaringan Telekomunikasi di Sintang
Warga di Jalan Cadika, tak minta muluk-muluk. Mereka hanya memohon pada Pemkab Sintang untuk membuatkan drainase yang layak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Warga yang tinggal di kawasan Jalan Cadika, Desa Baning Kota, Sintang, Kalimantan Barat, nekat menanam tiga pohon pisang di tengah jalan sebagai bentuk protes pada pemerintah, karena jalan tersebut rusak dan selalu digenangi air.
"Hampir 10 tahun ndak ada perbaikan sama sekali. Datang cuma foto ukur," sesal Julia, Senin 4 Juli 2022.
Warga di Jalan Cadika, tak minta muluk-muluk. Mereka hanya memohon pada Pemkab Sintang untuk membuatkan drainase yang layak supaya air bisa mengalir keluar, tidak menggenangi jalan cadika.
"Kami sudah gak mampu. Permintaan kami cuma satu betulkan drainase supaya air lancar ngalir. Kalau ditimbun masyarakat kasihan, air ndak bisa keluar," harap Julia.
Berlumut dan tergenang air. Itulah jalan Cadika di Sintang. Meski panjangnya kurang dari 1 kilometer, ruas jalan ini dulunya menjadi pilihan warga melintas memangkas waktu tempuh.
Jalan ini menjadi tempat langganan genangan air. Saking lamanya terendam air, banyak rumput liar dan berlumut.
Sudah hampir 10 tahun warga yang tinggal di sekitaran Jalan Cadika, hidup di antara genangan air. Air tidak hanya merendam sebagian jalan, tapi juga masuk ke dalam rumah.
Ular Masuk Rumah
Warga terpaksa membuat panggung di dalam rumah untuk tidur, tidak hanya menghindari genangan air, tapi juga binatang buas, seperti ular.
"Ndak tenang tidurnya. Ular sering masuk," kata Julia, Senin 4 Juli 2022.
Setiap kali turun hujan. Julai selalu was-was. Meskipun durasinya hanya setengah jam, genangan air di Jalan Cadika sudah masuk ke dalam rumah.
"Tilam ngapung dalam rumah. Tempat tidur kayak kandang. Bikin panggung. Dalam rumah licin. Hujan bentar air masuk," ungkapnya.
Genangan air tak hanya merendam ruas Jalan Cadika, tapi juga rumah warga. Tak hanya di pekarangan rumah, bahkan masuk ke dalam. Cukup lama warga tertekan, bahkan ada yang sampai pindah.
"Rumah rusak. Dalam rumah ada panggung. Air ndak pernah surut dalam rumah. Bahkan tetangga kami sampai pindah, udah setengah tahun lebih, ndak betah air masuk rumah ada panggung dalam rumah," kata Julia.
Sebabkan Kecelakaan
Saking lamanya terendam genangan air, membuat jalan berlubang. Tak sedikit pengendara yang jadi korban. Mereka jatuh, terjerembab.
"Banyak yang jatuh kemarin bawa ke rumah sakit. Tengah malam jatuh korban jiwa ada orang ndak kami kenal, tabrak batu. Jungkir balik," cerita Julia.
Kekhawatiran yang sama juga dirasakan Tuti. Dalam rumahnya, juga ada panggung setinggi setengah meter. Setiap hujan, air masuk lebih dari mata kaki. Padahal, Jalan Cadika jauh dari bantaran sungai, bahkan pada saat banjir besar melanda Sintang, warga setempat tidak kebanjiran. Mereka hanya terdampak genangan air.
"Tempat tidur naik setengah meter. Air masuk bisa lebih dari mata kaki. Kalau keluar rumah pakai sepatu boot," ujar Tuti.
Perhatian Dewan
Ketua Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang, Hikman Sudirman mendorong pemerintah agar segera mencari solusi persoalan genangan air di jalan Cadika. Apalagi, kondisi ini sudah terjadi berlarut-larut dan menimbulkan keresahan di masyarakat.
"Kami mendorong pemerintah supaya mengatasi genangan air di jalan cadika," ujar Sudirman kepada Tribunpontianak, Senin 4 Juli 2022.
Menurut politisi Partai Demokrat ini, drainase yang ada di sekitar Jalan Cadika kondisinya tak terawat. Banyak tumpukan sampah dan rumput menutupi drainase. Selain itu, saluran pembuangan yang ada juga kurang besar sehingga aliran air menjadi lambat.
"Solusi jangka pendek drainase yang ada harus dibersihkan. Kemudian pemerintah desa setempat bersama warga perlu membuat atau merintis drainase baru yang terhubung dengan drainase yang sudah ada agar tidak terputus," kata Hikman Sudirman.
Sudiman menilai, perlu dirintis drainase baru agar pembuangan air lancar, sehingga tidak menimbulkan genangan di Jalan Cadika.
"Kalau sudah ada, kita minta dinas PU dan Perkim agar drainase tersebut dipermanenkan," katanya.
Selain itu, Sudirman juga sudah mendorong pemkab Sintang melalui Dinas PU agar berkoordinasi dengan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) supaya mengganti gorong gorong saluran pembuangan dengan ukuran diameter yang lebih besar supaya air dapat mengalir maksimal.
"Saluran pembungan itu memotong jalan nasional, kita tidak punya kewenangan. Untuk solusinya Kita koordinasi dengan BBPJN supaya gorong gorong itu diganti dengan diameter yang lebih besar," saran Sudirman.
Selain itu, anggota DPRD Kabupaten Sintang, Welbertus juga menerima banyak keluhan dari warga Kecamatan Sintang, saat reses di lima desa. Ada dua hal yang menjadi keluhan masyarakat, soal minimnya ketersediaan jaringan telekomunikasi dan juga infrastruktur jalan.
Jaringan telekomunikasi dan infrastruktur jalan dikeluhkan warga Desa Mungguk Bantok, Anggah Jaya, Tebing Raya, Mail Jampong dan Merti Guna. Lima desa ini berada di Kecamatan Sintang.
“Desa Anggah Jaya mengeluhkan jaringan PLN yang rendah. Padahal di situ dekat dengan PLTU Sungai Ringin. Di samping itu, tiang-tiang PLN juga masih menggunakan kayu, terutama di RT 1,” ujar politisi PDIP dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunpontianak, Selasa 5 Juli 2022.
Menurut Welbertus, warga memohon agar pemerintah Kabupaten Sintang merespon keinginan masyarakat untuk melakukan pengeraasan jalan menuju kantor desa dari Tugu Jam.
“Warga juga berharap agar perusahaan terutama pabrik yang ada di wilayah Anggah Jaya dapat memberikan kepada masyarakat di sini dalam penggunaan CSR untuk kesejahteraan masyarakat," ujar Wel.
Selain Anggah Jaya, untuk desa lain seperti Mail Jampong infrastruktur jalannya sangat memprihatinkan.
Menurutnya, desa ini berada di Kecamatan Sintang yang notabene berada dekat dengan ibu kota kabupaten Sintang, tetapi infrastruktur jalan sangat buruk hingga ke Desa Mungguk Bantok dan Tebing Raya, apalagi ini satu arah.
"Maka masyarakat meminta untuk segera ditinjau dan direalisasikan," jelasnya.
Mewakili kegelisahan masyarakat terkait infrastruktur jalan yang rusak, Welbertus meminta dengan tegas Pemkab Sintang tidak boleh diam dan segera merealisasikan harapan warga.
“Kami memohon kepada pemerintah Kabupaten Sintang memiliki konsep dan pembangunan yang jelas terkait dengan pembangunan jalan dan akses telekomunikasi ini,” tegasnya.
Selain itu, warga Desa Mugguk Bantok dan Tebing Raya berharap adanya pembangunan terkait infrastrktur jaringan telekomunikasi karena desa trersebut susah sekali sinyal.
“Kita sudah tahu, masyarakat sangat memerlukan jaringan telekomunikasi baik untuk pekerjaan maupun pelayanan dasar lainnya. Di sisi lain juga warga sangat berharap agar dibangunnya kantor desa, dan jalan-jalan gang," paparnya.
Hal lain yang disoroti Welbertus adalah salah satu jembatan Sei Kelinau yang memiliki panjang sekitar 40 meter juga memerlukan pembangunan terlebih jembatan tersebut merupakan akses utama yang menghubungkan Desa Mungguk Bantok dan Tebing Raya.
“Ini juga yang butuh perhatian, karena akses utama yang menghubungkan desa Mungguk Bantok. Menurut tokoh masyarakat Desa Tebing Raya, jembatan ini pernah diukur oleh Dinas Pekerjaan Umum pada tahun 2018 dan katanya mau dikerjakan tapi sampai sekarang tidak ada realisasinya,” Jelasnya.
Menurut Welbertus, untuk desa Merti Guna sendiri juga mengeluhkan hal yang sama.
Dikatahui, jalan di Sungai Labi masih belum ada perbaikan dan jaringan PLN masih menggunakan kayu.
Dengan kondisi tersebut, Welbertus kembali mempertegas agar Pemkab Sintang tidak tinggal diam atas kondisi jaringan PLN yang tiang-tiangnya masih menggunakan kayu.
“Ini sudah lama kami sampaikan kepada pemerintah untuk diperhatikan, tetapi hingga hari ini belum terealisasi. Kami mohon dengan sangat agar pemerintah Kabupaten Sintang bisa mendengar aspirasi kami," harap Wel.