BNNP Sebut Pengguna Narkoba di Kalbar Lebih 1 Juta yang Jalani Rehabilitasi Hanya Seribuan Orang

Pada tahun 2020 tercatat terdapat 1.500 warga yang menjalani rehabilitasi narkoba dari rawat jalan maupun rawat inap, pada tahun 2021 terdapat 1.200

Penulis: Ferryanto | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK/Ferryanto
Talk Show di Aula Kanwilkumham Kalbar pada peringatan Hari Anti Narkoba bertemakan mengatasi Narkoba dalam krisis kesehatan dan kemanusiaan, Selasa 5 Juli 2022 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Barat, diperkirakan Pengguna narkotika di Kalimantan Barat mencapai lebih dari 1 juta orang.

Dari jumlah tersebut hanya sekira seribu orang saja yang menjalani rehabilitasi secara sukarela.

Pada tahun 2020 tercatat terdapat 1.500 warga yang menjalani rehabilitasi narkoba dari rawat jalan maupun rawat inap, pada tahun 2021 terdapat 1.200 orang dan ada tahun 2022 ini baru mencapai 500 orang yang menjalani rehabilitasi.

Prakiraan Cuaca Pontianak Hari Rabu 6 Juli 2022 & Waspada Mempawah, Sambas, Singkawang Hujan Petir

"Ini sangat kecil sekali bila kita melihat hasil penelitian yang angka prevalensi atau pengguna mencapai 1 juta lebih di Kalbar, berarti dengan demikian ada sebagian besar warga kita yang sebenarnya menggunakan narkotika namun tidak ikut direhabilitasi,"ungkap Kepala BNNP Kalbar Brigjen Pol Budi Wibowo saat menghadiri Talk Show di Aula Kanwilkumham Kalbar pada peringatan Hari Anti Narkoba bertemakan mengatasi Narkoba dalam krisis kesehatan dan kemanusiaan, Selasa 5 Juli 2022.

Oleh sebab itu pihaknya menghimbau kepada seluruh warga yang mengetahui atau bila ada keluarganya yang menjadi pengguna narkoba agar mendaftarkan diri untuk direhabilitasi.

Walaupun diakuinya untuk rehabilitasi narkoba membutuhkan biaya yang tidak sedikit, rehabilitasi dari BNN memanglah gratis dalam prosesnya, namun BNN tidak menanggung biaya akomodasi orang yang hendak direhabilitasi.

Untuk warga Kalbar yang hendak menjalani program rehabilitasi rawat inap dari BNN akan diarahkan untuk menjalani rehabilitasi di Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan juga di Batam.

Kemudian, untuk program rehabilitasi dari pihak swasta juga membutuhkan biaya yang cukup mahal. Hal itulah yang dinilainya membuat para pengguna di Kalbar tetap banyak karena banyak pengguna yang tidak sanggup untuk menjalani rehabilitasi.

"Jadi secara langsung mereka ini masih menjadi penyumbang angka demand, dan dalam hukum bisnis itulah selama Demand-nya tinggi maka suplai nya akan tinggi," ujarnya.

Menurutnya saat ini Kalbar sudah harus memiliki tempat rehabilitasi yang berstandar nasional untuk mampu melayani warganya sendiri baik wanita dan laki - laki. (*)

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved