Khazanah Islam

Apa itu Mujahadah An Nafs ? Apa Dalil Mujahadah An Nafs ? Ketahui Macam-macam Hawa Nafsu

Manusia memiliki tiga jenis nafsu seperti berikut ini:.................................

Editor: Jimmi Abraham
Pixabay/TayebMEZAHDIA
Alquran. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Mengendalikan diri dari nafsu, berprasangka baik adalah beberapa cara untuk menerapkan kehidupan untuk memperoleh kemuliaan di hadapan Allah SWT.

Mengendalikan diri dari nafsu dikenal dengan Mujahadah An Nafs.

Apa itu Mujahadah An Nafs ? Apa saja contoh dan bagaimana cara mengamalkannya ?

 Semua hal dan aktivitas dimuka bumi diciptakan bukan karena sebab atau sia-sia, melainkan berguna dan penuh kemuliaan.

Meniti hidup dengan mengikuti Al-Quran dan Sunnah Nya tidak hanya mendapat kemuliaan di dunia, namun juga kemuliaan di kehidupan selanjutnya.

Apa itu Buta Warna Parsial yang Mengakibatkan Fahri Gagal Lolos Bintara Polisi ?

Yuk simak dalam pemaparan artikel berikut ini :

1. Pengertian Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs

Menurut Ibnu Mandhur, Al-Mujahadah memiliki arti yaitu menahan dari syahwat, menjauhkan hati dari angan-angan. An-Nafs merupakan Bahasa Arab yang memiliki makna hakikat, jiwa atau ruh.

Dapat disimpulkan bahwa arti dari Mujahadah An-Nafs adalah memerangi jiwa atau ruh yang menyeru kepada kejelekan.

Pada buku Mujahadah, memiliki makna sebuah upaya untuk menggapai Ridah Allah Swt. yang merupakan amalan yang akan membuka pintu hidayah.

2. Dalil tentang Sifat Mulia Mujahadah An-nafs

Mujahadah an-nafs dibahas dalam Al-Quran surat Al-Anfal ayat 72 yang berbunyi :

Dalil Sifat Mulia Mujahadah

“Sesungguuhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (tetapi) jika mereka meminta pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah SWT Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.“

Didalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah akan memberikan derajat yang mulia untuk orang-orang yang berhijrah bersama Nabi Muhammad.

Peristiwa hijrah disini merupakan sebuah penerapan dalam agama islam tentang pentingnya menjaga, dan menegakkan nilai-nilai dalam kemanusiaan.

Umat islam yang taat hendaknya berjuang di jalan Allah SWT dengan bersedia menanggung semua risiko dan siap mengorbankan semua harta dan jiwanya.

Di dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa umat islam harus bertindak sesiao dengan ketetapan yang telah Allah SWT tetapkan, karena Allah SWT maha melihat dan maha mengetahui.

Mujahadah Nafsu juga dijelaskan dalam hadits nabi yang diriwaytkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,
“Orang yang perkasa bukanlah orang yang menang dalam perkelahian, orang yang perkasa adalah orang yang menendalikan dirinya ketika marah.”

Baca juga: Apa Arti Asmaul Husna ? Ketahui Pengertian Asmaul Husna dan 99 Lafal Asmaul Husna

3. Macam-Macam Hawa Nafsu

Dalam dinamika kehidupan manusia, seseorang tidak hanya dikarunia sifat mulia, melaikan juga hawa nafsu yang bertentangn dari sifat mulia yang bisa dimiliki oleh seseorang. Manusia memiliki tiga jenis nafsu seperti berikut ini:

a. Nafsul Ammarah

Nafsul ammarah tertera di dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 53, yang menceritakan kisah nabi Yusuf, ayatnya berbunyi :

وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan-kesalahn, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”

Nafsu ammarah adalah nafsu yang dari hati dan akal dikendalikan oleh keinginan, syahwat dan khayalan.
Maka dari itu nafsu yang seperti ini hanya cenderung pada syahwat semata.
Orang akan lebih cenderung kepada hal-hal materi, hal-hal yang hanya bisa dinikmati dengan inderawi.
Nafsu jenis ini menjadi tempat cikal bakal dari kejahatan dan akhlak tercela.
Maka dari itu, kita harus bisa mengendalikan diri sehingga nafsu ini tidak mengendalikan kita.

b. Nafsul Lawwamah

Nafsul ammarah tertera di dalam Al-Quran surat Al-Qiyamah ayat 2, ayatnya berbunyi :

وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri.”

Nafsu lawwamah adalah nafsu yang dari hati dan akal yang saling berkaitan dengan khayalan, syahwat dan keinginannya. Jenis nafsu ini memiliki kecenderungan terhadap ar-rayu’ atau rasio. orang-orang yang munafik didominasi oleh ra’yu yang membuat diri mereka berada dalam keraguan antara memilih baik atau buruk, memilih taat atau bermaksiat dan memilih untuk beriman atau kafir. Hal ini digambarkan pada Al-Quran surat An-Nisa ayat 143 yang berbunyi :

مُّذَبْذَبِيْنَ بَيْنَ ذٰلِكَۖ لَآ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ وَلَآ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ ۗ وَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ سَبِيْلًا

“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian, iman atau kafir: tidak masuk kepada golongan orang-orang beriman dan tidak pula kepada golonganorang-orang kafir, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.”

c. Nafsul Muthmainnah

Nafsul muthmainnah adalah nafsu yang dari hati dan akalnya mampu mengendalikan syahwat, kecenderungan dan khayalan. Orang yang memiliki jiwa seperti ini akan cenderung mengingat Allah SWT kapanpun dan dimanapun. Sebagaimana tertera dalam Al-Quran surat Ar-Ra’d ayat 28 yang berbunyi :

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ

“yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Nafsu jenis ini bisa mengeluarkan sifat-sifat jelek yang ada di dalam hati seorang manusia. Manusia yang senantiasa cinta kepada Allah dan memiliki jiwa yang tenang akan dimasukan ke dalam surga Allah. Hal ini berdasarkan Al-Quran surat Al-Fajr ayat 29-30 yang berbunyi :

فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْࣖ

“Wahai jiwa yang tenang! Kembali lah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

Lawanlah nafsu dengan melatih jiwa diri sendiri.

Menahan jiwa bisa dilakukan dengan menahan makan, sedikit tidur, tidak banyak cara dan bersabar jika diganggu oleh orang lain.

Dari menahan makan bisa mengurangi syahwat, dengan sedikit tidur tentunya bisa memurnikan tekad di dalam diri.

Tidak banyak bicara bisa menyelamatkan kita dari berselisih dengan orang lain.

Urutan Kerangka Proposal yang Benar dan Tepat ! Apa itu Proposal ? Apa Manfaat Membuat Proposal ?

4. Tingkatan Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs

Menurut Ibnul Qayyim, melawan nafsu ada empat tingkatan yaitu:

  • Menahan nafsu dalam ta’limul huda wa dinil haq, atau menahan dalam mengenal petunjuk dan agama yang benar.
  • Menahan nafsu dalam mengamalkan agama yang benar setelah memiliki ilmunya.
  • Menahan nafsu dalam dakwah kepada kebenaran.
  • Menahan nafsu dalam bersabar dalam menghadapi kesulitan dan kejahatan manusia.

5. Manfaat Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs

Menahan hawa nafsu dalam diri, memiliki beberapa manfaat atau kemuliaan yaitu:

  • Mengendalikan hawa nafsu bisa membawa seseorang untuk lebih taat kepada Allah SWT.
  •  Mengendalikan nafsu bisa menghindarkan seseorang dari tenggelamnya nikmat dunia.
  • Dengan mengendalikan hawa nafsu, kesabaran dalam menghadapi ujian akan bertambah dan juga dapat memusuhi kemaksiatan.
  • Mengendalikan hawa nafsu bisa membawa seseorang ke jalan yang lurus, yang membawa kepada ridho Allah SWT.
  • Mengendalikan hawa nafsu bisa memusnahkan syaitan di dalam diri seseorang tersebut.

6. Ciri-ciri dari Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs

Orang-orang yang dapat mengendalikan nafsu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Mampu mengontrol sikap dan perilaku, hal ini ditandai dengan kemampuan dalam menghadapi situasi yang tidak diinginkan.
  • Mampu menunda untuk memuaskan diri sendiri
  • Mampu mengantisipasi perilaku yang tidak diinginkan
  • Mampu menafsirkan suatu keadaan dengan cara memperhatikan atau melihat selalu ke sisi yang positif
  • Mampu mengontrol dalam mengambil keputusan.

Apa itu Psikosomatis ? Ketahui Gejala Psikosomatik dan Penyebab Psikosomatik

7. Contoh perilaku yang mencerminkan Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs

Berikut adalah beberapa contoh perilaku mengendalikan diri dari nafsu:

  • ketika ada seseorang yang mengejek, seseorang yang bisa mengendalikan diri akan bersabar dan tidak membalas ejekan atau cemooh dari orang tersebut.
  • Ketika ada orang yang berbuat salah, seseorang yang bisa mengendalikan diri akan cenderung memaafkan kesalah yang orang perbuat padanya.
  • Ketika ditimpa oleh musibah, seseorang yang bisa mengendalikan diri dari nafsunya akan menghadapi cobaan tersebut dengan ikhlas dan selalu memperbaiki dirinya menjadi lebih baik.
  • Seseorang yang bisa mengendalikan nafsu tidak akan membalas kedengkiaan seseorang terhadap dirinya sehingga dirinya dijauhkan dari sifat iri dan dengki.
  • Selalu mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan kepadanya dan tidak mengingkari nikmat tersebut.
  • Orang yang bisa mengendalikan diri dari nafsu akan menjaga lingkungannya, menjaga kesehatan tubuhnya dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal serta rajin berolahraga.

Artikel ini telah tayang di Gramedia.com dengan judul Sifat- sifat Mulia: Mujahadah An-Nafs, Husnuzan dan Ukhuwah

(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved