Eks Tentara Bayaran Wagner Group Ungkap Fakta Mengejutkan di Balik Kegagalan Invasi Rusia ke Ukraina
Pada awal invasi, serangan Rusia menyasar langsung ke ibu kota Ukraina, Kiev . militer Rusia akhirnya balik badan dan mundur dari kawasan Kiev .
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Wagner Gruop adalah satu di antara kelompok tentara bayaran yang dilibatkan dalam invasi Rusia ke Ukraina 2022 .
Para petempur Wagner Group tak jarang menjadi satu di antara pasukan pendobrak yang bertempur di garis depan menghadapi milisi dan tentara Ukraina .
Pada awal invasi, serangan Rusia menyasar langsung ke ibu kota Ukraina, Kiev .
Setelah berpekan-pekan pertempuran, militer Rusia akhirnya balik badan dan mundur dari kawasan Kiev .
• Joe Biden Sebut Presiden Rusia Vladimir Putin Terjebak Perang Tanpa Jalan Keluar di Ukraina !
Termasuk di antaranya dari bandara Hostamel atau Gostamel yang direbut 'mati-matian' di awal-awal invasi Rusia ke Ukraina .
Pasukan tempur Rusia kemudian difokuskan ke wilayah Donbass , yang berada di timur Ukraina.
Terkait kegagalan Militer Rusia merebut ibu kota Ukraina itu, eks anggota tentara bayaran anggota Wagner Gruop membeberkan alasan di balik peristiewa tersebut.
• Perang Rusia Vs Ukraina Terkini, Ukraine Pukul Mundur Militer Rusia dari Desa-desa Sekitar Kharkiv
Menurutnya, hal itu adalah perkara yang tidak dapat dihindari !
Eks tentara bayaran tersebut, Marat Gabidullin mengungkpakan fakta bahwa Rusia pada tahun-tahun sebelumnyatidak pernah secara langsung menghadapi musuh yang kuat.
Situasi itu, menurut mantan tentara bayaran Wagner Group yang terkait dengan Kremlin, membuat Militer Rusia justru kewalahan di medan perang sebenarnya.
Marat Gabidullin mengambil bagian dalam misi Grup Wagner atas nama Kremlin di Suriah.
Dan dalam konflik sebelumnya di Ukraina, sebelum memutuskan untuk mengumumkan pengalamannya di dalam perusahaan militer swasta rahasia.
• Nyawa Elon Musk Terancam Karena Bantu Ukraina Lawan Invasi Rusia , Unggah Tulisan Dmitry Rogozin
Dia keluar dari kelompok Wagner Group pada 2019 lalu.
Tepat beberapa bulan sebelum Rusia meluncurkan invasi pada 24 Februari, Marat Gabidullin, 55 tahun, mengatakan dia menerima telepon dari seorang perekrut yang mengundangnya untuk kembali berperang sebagai tentara bayaran di Ukraina.
Dia menolak, sebagian karena, katanya, dia tahu pasukan Rusia tidak mampu melakukan pekerjaan itu.