Ramadhan Kareem
Tips Agar Puasa Ramadan Diterima Allah SWT
Sebagaimana janji Allah, bahwa seluruh amal ibadah di bulan suci Ramadhan akan dilipatgandakan termasuk puasa. Terlebih puasa memang secara khusus dip
Penulis: Ramadhan | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kalimantan Barat, Ustadz Susanto, memberikan tips-tips agar puasa Ramadan yang dijalankan umat muslim Insyaallah bisa diterima Allah SWT.
Sebagai seorang muslim yang memiliki kewajiban menjalankan puasa ramadhan, tidak boleh skeptis atau penuh keraguan atas ibadah yang kita jalankan, diterima syukur, tidak diterima pun juga tidak apa-apa.
Sikap ini yang tidak boleh terjadi, dan sudah semestinya dalam menunaikan ibadah puasanya berusaha agar bisa sah dan diterima Allah SWT.
Karena jika pelaksanaannya tidak sah maka puasanya tidak bernilai ibadah dan tidak akan diterima Allah. Begitu juga sebaliknya, jika puasanya sah, maka akan mendapatkan predikat ibadah dan dibalas pahala oleh Allah.
Sebagaimana janji Allah, bahwa seluruh amal ibadah di bulan suci Ramadhan akan dilipatgandakan termasuk puasa. Terlebih puasa memang secara khusus dipersembahkan untuk Allah sebagaimana dalam sebuah Hadits Qudsi “Puasa untukku (Allah), dan aku (Allah) yang akan membalas atas puasa seseorang” (HR Ibnu Majah).
Puasa bisa sah apabila memenuhi syarat yang disyari’atkan dan memenuhi rukun puasa. Adapun syarat diwajibkannya berpuasa ialah muslim, baligh/dewasa, sehat akal, bermukim.
Adapun syarat wajib menjalankan puasa ialah:
1. Berniat.
Niat puasa ramadhan merupakan syarat sah, karena puasa adalah ibadah dan ibadah tidaklah sah kecuali dengan niat, sebagaimana ibadah lainnya. Sabda Rasulullah SAW “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya” (HR Bukhari dan HR Muslim).
• 5 Tips Travelling Menyenangkan saat Berpuasa, Jangan Lupa Cek Cuaca Ya
Kapan waktu berniatnya?. Sebuah hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu menceritakan dari Hafsoh (istri Rasulullah) bahwasanya Nabi SAW bersabda “Barang siapa yang tidak berniat sebelum fajar, maka puasanya tidak sah” (HR Abu Daud).
Berbeda halnya dengan puasa sunah, berniat bisa saja dilakukan setelah terbit fajar, bahkan disaat hari sudah siang, sementara sejak dari subuh belum terisi makanan dan minuman bisa langsung berniat untuk puasa sunah.
Namun dalam berniat ada ihtilaf (perselesihan) diantara para ulama, apakah berniat cukup dalam hati atau niatnya dilafadzkan, keduanya pendapat ini tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah wajib berniat puasa ramadhan sebelum fajar tiba.
2. Bersih dari Hadas Besar.
Haid dan nifas menjadi syarat wajibnya seorang muslimah berpuasa, dan juga menjadi syarat sahnya berpuasa. Jika kedatangan haid saat menjalankan puasa, maka puasanya tidak sah dan dihukumi batal puasa, serta wajib mengganti di bulan lain selain ramadhan.
Sedangkan pasangan suami istri yang melakukan hubungan intim (jimak) di malam hari di bulan Ramadhan, maka wajib mandi junub sebelum melaksanakan puasa atau sebelum terbit fajar.
Bagaimana jika keluarnya sperma disebabkan karena tanpa unsur kesengajaan, seperti mimpi disaat siang hari? Apabila keluarnya sperma tanpa unsur kesengajaan maka tidak membatalkan puasa dan cukup mandi junub serta melanjutkan puasanya.
3. Meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan zalim
Melaksanakan puasa tapi tidak meninggalkan perkataan dusta, cacian dan hujatan maka Allah tidak ada hajat untuk menerima puasa seseorang, sebagaimana sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka tidak ada hajad bagi Allah (untuk memberi pahala) dalam meninggalkannya orang itu terhadap makanan dan minuman (berpuasa)” HR. Bukhori.
Memang ucapan dusta, cacian tidak membatalkan puasa, namun pahala puasa seseorang menjadi hilang, alias hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Sebagaimana diriwayatkan dalam Hadist Ibnu Khuzaimah bahwa “Berpuasa itu bukanlah sekedar meninggalkan makan dan minum, akan tetapi berpuasa itu meninggalkan dari lahan dan pelanggaran, maka jika seseorang memaki atau berbuat bodoh atas kalian maka katakanlah sesungguhnya aku orang yang berpuasa”.