Doa Memasuki Bulan Rajab 2022, Baca Malam Ini Setelah Sholat Maghrib Selasa 1 Februari 2022

Waktu membaca doa bulan Rajab ini bisa dimulai Selasa 1 Februari 2022 malam hingga bulan Sya'ban mendatang.

Editor: Nasaruddin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
Doa bulan Rajab. Baca malam ini setelah Solat Maghrib. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Bulan Rajab 2021 jatuh pada hari Rabu 2 Februari 2022.

Artinya, mulai Selasa 1 Februari 2022 setelah Solat Magrib, kita memasuki bulan Rajab 1443 Hijriyah.

Mulai malam ini, kita bisa membaca doa Rajab yang sangat populer di Indonesia.

Doa ini bersumber dari hadits yang lemah.

Namun demikian, setiap orang tetap boleh membacanya.

Penjelasan Puasa Rajab dari Ustadz Adi Hidayat dan Ustadz Abdul Somad

Waktu membaca doa bulan Rajab ini bisa dimulai Selasa 1 Februari 2022 malam hingga bulan Sya'ban mendatang.

Berikut bacaan doa memasuki bulan Rajab:

أللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَان

Allahumma barik lana fi rajaba wa sya’bana wa balighna Ramadhana.

Artinya: “Ya Allah, berkahilah umur kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah (umur) kami hingga bulan Ramadhan.”

M Ishom el-Saha, Dosen UIN Sultan Hasanuddin Banten mengatakan, Bulan Rajab (artinya mulai atau menahan diri) yang jatuh pada urutan ke-7 dalam deretan bulan-bulan qamariyah diyakini memiliki kemuliaan tersendiri.

Hal ini dikarenakan Rasulullah ketika menyebut urutan bulan-bulan haram (yang dimuliakan) yakni Dzul Qaidah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab, secara khusus beliau membuat kalimat penegasan:

17 Rangkaian Kata-kata Islami Menyambut Bulan Rajab 1443 Hijriyah Persiapkan Diri Menyambut Ramadhan

"Rajab mudhar yang ada di antara bulan Jumad dengan Sya'ban," tulisnya di laman resmi Kemenag.

Kalimat penegasan Rasulullah dalam hadits yang diriwayatkan Abu Bakroh itu diberikan catatan oleh ulama besar, seperti Ibnu Katsir dan Imam Nawawi.

Keduanya sama-sama membuat catatan bahwa di zaman Rasulullah, masyarakat Arab masih mengenal dua sebutan Rajab, yaitu Mudhar dan Rabi'ah.

Rajab mudhar yang mulia bagi setiap orang yang dapat menahan diri dari madarat ialah bulan yang terletak di antara Jumadil Akhir dengan Sya'ban.

Sedangkan Rajab Rabi'ah yang dipahami sangat mulia oleh orang Arab sebagai waktu mudiknya para perantau dan penggembala adalah bulan (Ramadhan dalam Islam) yang jatuh di antara Sya'ban dengan Syawwal.

Tak sedikit ulama yang menganjurkan memperbanyak amal di bulan Rajab atas dasar fadailul a'mal, seperti mengerjakan salat sunnah khusus sesudah shalat Maghrib, berpuasa sunnah sebulan penuh, memperbanyak istighfar Rajab dan shalawat Rajab.

Walaupun dalam masalah ini ada sikap pro dan kontra di kalangan ulama.

Ulama mazhab Hanbali, misalnya, berpendapat tidak ada dalil khusus yang menjelaskan ritual di bulan Rajab.

Kalau pun ingin menjalankan ritual Rajab maka di bulan-bulan yang lain juga diadakan ritual yang sama tanpa membedakan satu dengan lainnya.

Sebagai contoh jika seorang muslim berpuasa sebulan penuh di bulan Rajab maka ia hendaknya juga berpuasa penuh di bulan Sya'ban dan bulan-bulan haram lainnya.

Sedangkan ulama yang menganggap bulan Rajab memiliki rahasia kemuliaan mengamalkan dalil-dalil secara umum yang ditopang dengan hadits dhaif dari segi perawinya.

Dalil-dalil umum itu di antaranya berupa anjuran berpuasa di bulan-bulan haram bersumber dari hadits Rasulullah Saw yang diriwayatkan dari Abu Hurairah.

Beliau bersabda: "Sebaik-baiknya berpuasa sesudah Ramadhan ialah (puasa) di bulan-bulannya Allah yang dimuliakan. Dan sebaik-baiknya shalat setelah shalat fardhu ialah shalat tengah malam". (H.R. Muslim).

"Berdasarkan hadits ini, apa yang bisa mencegah seseorang memuliakan Rajab?," ungkapnya.

Adapun puasa Rajab sebulan penuh dinisbatkan kepada anjuran berpuasa di bulan Sya'ban yang bersumber dari hadits yang diriwayatkan Aisyah r.a:

"Tidak pernah Nabi berpuasa dalam bulan tertentu (di luar Ramadhan) sebanyak yang beliau lakukan di bulan Sya'ban. Beliau puasa Sya'ban sepenuhnya". (Muttafaq 'alaih).

Berdasarkan hadits ini, nyata-nyata Rasulullah berpuasa sebelum penuh di luar Ramadhan.

Sehingga mengamalkan puasa sebulan penuh di bulan Rajab, apa salahnya? Toh ini bulan yang mulia!

Sementara shalawat Rajab dinukil berdasarkan hadits yang dirujuk Imam Nawawi dari kitab Hilyatul Auliya.

Dari Ziyad al-Namiri dari Anas ra. yang berkata:

"Bahwa Rasulullah ketika memasuki bulan Rajab beliau membaca: Allahumma barik lana fi Rajab wa Sya'ban wa ballighna Ramadhan."

Dengan cacatan, hadits ini sanadnya yang dhaif bukan matan haditsnya.

Jadi, semua terserah pribadi masing-masing mau mengamalkan atau tidak.

Menurut M Ishom el-Saha, terpenting satu sama lain tidak saling menyalahkan atau membidahkan.

Bagaimanapun amalan memuliakan bulan Rajab sudah berkembang luas dari masa lalu.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved