Hasil Survei Ganjar Pranowo Tinggi Untuk Pilpres 2021, Begini Kata Sekjend PDIP Hasto Kristiyanto
Pasalnya, sudah banyak tantangan-tantangan di masa depan yang akan menjadi tanggung jawab pemimpin yang akan datang.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menegaskan jika survei bukan satu-satunya tolak ukur untuk menentukan siapa capres dari partai berlambang banteng moncong putih itu kedepan.
Hal tersebut diutarakan Hasto sekaligus menanggapi elektabilitas Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang tinggi berdasarkan hasil survei terkait calon presiden untuk Pilpres 2024.
Hasto menyebut seorang pemimpin bagi bangsa dan negara tidak hanya ditentukan oleh survei saja.
Menurut Hasto, Indonesia mencari sosok pemimpin yang berani mengambil tanggung jawab dan keputusan.
"Seorang pemimpin bagi bangsa dan negara tidaklah semata-mata ditentukan oleh survei. Karena kalau kita lihat dulu Pak SBY surveinya juga tinggi, tapi keputusan politiknya bagaimana."
"Ini menjadi pendidikan politik bagi kita, bahwa kita mencari sosok pemimpin yang berani mengambil tanggung jawab, berani mengambil keputusan," kata Hasto dalam tayangan video di kanal YouTube Kompas TV, Minggu 24 Oktober 2021.
• Hasil Survei Pilpres 2024:Prabowo Masih Teratas, Ganjar dan Anies Menyusul, Puan, AHY dan Airlangga?
Lebih lanjut, Hasto menuturkan Indonesia bukan hanya mencari pemimpin yang menyenangkan semua pihak.
Pasalnya, sudah banyak tantangan-tantangan di masa depan yang akan menjadi tanggung jawab pemimpin yang akan datang.
Di antaranya ada tantangan internasional di Laut China Selatan dan krisis Timur Tengah.
Kemudian ada juga beban kebijakan fiskal terhadap utang akibat pandemi.
"Kita mencari bukan seorang pemimpin yang bukan hanya menyenangkan semua pihak. Tapi, pemimpin yang bertanggung jawab pada masa depan bangsa dan negara."
"Dan tanggung jawab ke depan, tantangan-tantangan di internasional di Laut China Selatan, krisis Timur Tengah yang belum selesai, kemudian beban kebijakan fiskal kita terhadap utang akibat pandemi ini, itu 'kan menjadi tanggung jawab bagi pemimpin yang akan datang," terang Hasto.
• Ganjar Pranowo Salip Prabowo dan Anies di Survei Poltracking, Puan Maharani Hanya Dapat 1,5 Persen
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Hasto Kristiyanto memastikan partainya tetap menjunjung tinggi demokrasi, tetapi mengutamakan kedisiplinan atas seluruh kebijakan, terutama mengenai Pilpres 2024.
Hasto menekankan berdasarkan Kongres PDIP, keputusan kandidat Pilpres 2024 berada di tangan Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri.
Kader partai berlambang banteng tersebut saat ini diminta fokus untuk menanggulangi pandemi Covid-19.
"Kami telah menegaskan bahwa berkaitan siapa capres dan cawapres berdasarkan Kongres V di Bali, Ibu Megawati lah yang akan mengambil keputusan," kata Hasto di sela-sela acara sunatan massal di Kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Sabtu 23 Oktober 2021.
Hasto kemudian membocorkan beberapa nama kandidat calon presiden pengganti Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Di antaranya Puan Maharani, Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, Abdullah Azwar Anas, hingga Oli Dondokambey.
Sementara, dari internal partai antara lain Prananda Prabowo dan Ahmad Basarah.
• PILPRES 2024 : Berbagai Lembaga Survei Jagokan Sosok Menteri Jokowi Ini Punya Peluang Jadi Presiden
"Partai terus menyiapkan langkah-langkah kaderisasi bagi hadirnya pemimpin untuk bangsa dan negara termasuk di dalamnya ada Mbak Puan, ada Pak Ganjar Pranowo, dari kalangan pemerintahan ada Bu Risma, kemudian ada Pak Anas dari Banyuwangi, ada Pak Oli," terang Hasto.
"Kalau dari jajaran internal partai yang tidak duduk di dalam pemerintahan, ada juga sosok seperti Mas Prananda Prabowo, Pak Ahmad Basarah, dan sebagainya," ucapnya.
Puan Punya Kapasitas
Dikesempatan berbeda sebelumnya, Pengamat politik Universitas Tanjungpura Pontianak Dr. Erdi menilai sosok Puan Maharani layak menjadi Presiden Republik Indonesia.
Dirinya menilai, politikus PDI Perjuangan itu punya kemampuan mumpuni dan memiliki sejumlah kelebihan yang tidak dimiliki oleh figur lain.
Menurut Erdi, keunggulan pertama Puan ialah memiliki rekam jejak yang lengkap di dunia politik. Seperti diketahui, Puan pernah duduk di eksekutif sebagai Menko PMK di periode pertama Presiden Jokowi dan sudah beberapa periode menjadi anggota legislatif.
Di partai tempatnya bernaung (PDI Perjuangan), Puan juga tercatat sebagai Ketua DPP selama beberapa periode kepengurusan.
"Track record Puan Maharani dalam panggung politik sudah sangat lengkap. Popularitas Puan Maharani dimulai tahun 2009; setelah ia terpilih sebagai anggota legislatif Pemilu 2009 dari Dapil Jawa Tengah V dengan perolehan suara terbanyak kedua tingkat nasional. Sebelumnya, Puan Maharani menjadi Ketua Bidang Perempuan dan Pemberdayaan Masyarakat pada DPP-PDIP periode 2005-2010. Pertama kali “nyaleg” tahun 2009 itu, Puan Maharani langsung mendapat suara terbanyak kedua dengan perolehan sebanyak 242.505 suara," katanya saat dijumpai di Pontianak, Selasa 8 Juni 2021.
"Kemudian, tahun 2014, saat kepemimpinan Presiden Jokowi, Puan Maharani dipercaya sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Selama 5 tahun berkarir di Kabinet Kerja, ia meninggalkan jabatan strategis di DPP PDI Perjuangan dan putusan ini dicatat sebagai sikap kenegarawanan dari seorang Puan Maharani. Tahun 2019 yang lalu, Puan tidak lagi mencalonkan diri sebagai menteri karena ikut kontentasi di Pileg. Hasilnya, lewat dapil yang sama, dirinya terpilih sebagai Caleg dengan suara tertinggi, yakni 404.034 suara dan pada hari Senin, 30 September 2019, PDI Perjuangan sebagai partai pemenang Pileg 2019 memutuskan Puan Maharani menjadi Ketua DPR RI tahun 2019-2024," sambungnya.
• Pilpres 2024 : Airlangga Disarankan Gandeng Cawapres Muhammadiyah atau NU
Keunggulan kedua, lanjut Erdi, ialah disokong oleh partai besar dengan militansi dan loyalitas kader yang luar biasa. Menurut Erdi, belum ada parpol di Indonesia yang loyalitas dan militansi kadernya mengalahkan PDI Perjuangan.
Hal itu dibuktikan dengan gerakan masif dari seluruh perangkat partai di semua tingkatan dalam memenangkan tiga kali Pemilu (1999, 2014, dan 2019).
"Keunggulan ketiga memiliki titisan kepemimpinan dari kakek dan ibu pemimpin. Seperti ibunya, Megawati Soekarnoputri yang dipilih Soekarno sebagai pemimpin masa depan. Puan pun mendapatkan pilihan itu dari ibunya, Megawati Soekarnoputri. Presiden Soekarno ketika menjadi Presiden RI telah membaca bakat salah satu anaknya, yakni Megawati sebagai sosok pemimpin masa depan," katanya.
"Dari 11 anak Soekarno, hanya Megawati yang sering diajak dalam acara kenegaraan sehingga kemudian hanya Megawati yang paling menonjol di panggung politik. Pengalaman yang sama juga dilakukan oleh Megawati kepada tiga anaknya. Ibunya memilih Puan untuk ikut dalam panggung politik, sementara dua anak lelakinya tidak terpilih mengikuti jejaknya di panggung politik. Puan yang merupakan anak dari Taufik Kemas satu-satunya menjadi logis dipilih Ibu Megawati karena PDI Perjuangan dibesarkannya bersama Bapak Taufik Kemas," terangnya.
Sosok Puan yang dikenal irit bicara juga dinilai Erdi sebagai sebuah kelebihan. Menurutnya, sikap yang sudah menjadi ciri melekat pada diri Puan itu menunjukkan kematangan dan kebijaksanaannya sebagai politikus dan sebagai pemimpin.
"Sosok Puan Maharani memang tidak banyak bersuara di media sosial. Ciri lainnya adalah menampakkan mimik atau wajah kalem dan tidak emosional. Namun, peran sebagai Ketua DPR tetap dipegangnya erat," tuturnya.
"Sekali dirinya muncul, beritanya langsung viral seperti urusan haji baru-baru ini. Di mana Duta Besar Arab Saudi secara khusus berkirim surat kepada DPR untuk menjelaskan persoalan secara utuh dan tuntas. Diam itu emas adalah ajaran Ibundanya Megawati Soekarnoputri. Kapan harus bersuara dan kapan harus bertindak menjadi ciri dari Puan Maharani," paparnya. (*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Soal Elektabilitas Ganjar Pranowo yang Tinggi, PDIP: Pemimpin Bangsa Tidak Ditentukan oleh Survei