Siapakah Orang yang Pertama Kali Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW?

Abu Sa`id Kukburi - kelahiran 549 Hijriyah dan wafat pada 630 Hijriyah - adalah raja Irbil yang saat ini masuk dalam wilayah Irak.

Editor: Nasaruddin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
Ilustrasi Maulid Nabi Muhammad SAW. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Maulid Nabi Muhammad SAW adalah peringatan lahirnya Rasulullah SAW ke muka bumi.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dilakukan setiap tanggal 12 Rabiul Awwal.

Adapun di tahun 2021 ini, Maulid Nabi Muhammad SAW diperingati pada tanggal 19 Oktober.

Berdasarkan catatan sejarah, peringatan Maulid Nabi SAW yang meriah pertama kali digelar Raja Al-Mudhaffar Abu Sa`id Kukburi ibn Zainuddin Ali bin Baktakin.

Abu Sa`id Kukburi - kelahiran 549 Hijriyah dan wafat pada 630 Hijriyah - adalah raja Irbil yang saat ini masuk dalam wilayah Irak.

Abu Sa`id Kukburi dikenal sebagai raja Salih yang berakidah ahlus sunnah wal jamaah.

Mengapa Tahun Kelahiran Nabi Muhammad SAW Disebut Tahun Gajah?

Dirinya berbaiat dengan Salahuddin Al Ayyubi, bahkan berbesan dengannya.

Pada saat itu, dirinya merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW denga bersedekah tidak kurang dari 300.000 dinar pada hari peringatan maulid.

Sumber lain menyatakan, peringatan Maulid Nabi SAW yang pertama kali dilakukan oleh Raja Irbil terjadi pada awal abad ke 7 Hijriyah.

Ibnu Katsir dalam kitab Tarikh menyatakan bahwa Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal.

Dia merayakannya secara besar-besaran.

Dia adalah seorang yang berani, pahlawan, alim dan seorang yang adil – semoga Allah merahmatinya.

Dijelaskan oleh Sibth (cucu) Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama dari berbagai disiplin ilmu.

Baik ulama dalam bidang ilmu Fiqh, ulama Hadits, ulama dalam bidang ilmu kalam, ulama usul, para ahli tasawuf, dan lainnya.

Sejak tiga hari, sebelum hari pelaksanaan Maulid Nabi, dia telah melakukan berbagai persiapan.

Bacaan Niat Puasa Senin Kamis dan Doa Buka Puasa di Bulan Maulid Nabi Muhammad SAW

Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan para hadirin yang akan hadir dalam perayaan Maulid Nabi tersebut.

Segenap para ulama saat itu membenarkan dan menyetujui apa yang dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut.

Mereka semua berpandangan dan menganggap baik perayaan Maulid Nabi yang digelar untuk pertama kalinya itu.

Dikutip dari laman MUI, sejak itu ada tradisi memperingati hari kelahiran Nabi SAW di banyak negeri Islam.

Inti acaranya sebenarnya lebih kepada pembacaan sajak dan syi`ir peristiwa kelahiran Rasulullah SAW untuk menghidupkan semangat juang dan persatuan umat Islam dalam menghadapi gempuran musuh.

Lalu bentuk acaranya semakin berkembang dan bervariasi.

Di Indonesia, terutama di pesantren, para kyai dulunya hanya membacakan syi’ir dan sajak-sajak itu, tanpa diisi dengan ceramah.

Namun kemudian ada muncul ide untuk memanfaatkan momentum tradisi maulid Nabi SAW yang sudah melekat di masyarakat ini sebagai media dakwah dan pengajaran Islam.

Akhirnya ceramah maulid menjadi salah satu inti acara yang harus ada, demikian juga atraksi murid pesantren.

Menurut Nur Azizah dalam Pro Kontra Maulid Nabi: Mencari Titik Kesepahaman, mengungkapkan, teori lain menyatakan bahwa perayaan Maulid Nabi SAW sudah dilaksanakan pada tahun 579.

Teori ini berdasarkan pendapat Ibnu Jubair yang mengaku mendapati pendudukan Mekah merayakan Maulid kala itu.

Ibnu Jubair sendiri adalah ulama asal Andalusia yang hidup dalam rentang waktu 539 hingga 614 hijriyah.

Dosen Tafsir Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta, Ahmadi Fathurrohman Dardiri SThI MHum menjelaskan lebih lanjut terkait peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

"Maulid artinya kelahiran, sementara Maulud itu artinya orang yang dilahirkan," ujarnya, seperti dilansir Tribun Solo.

Hukum memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada dasarnya mubah.

"Jadi ini hal-hal yang bukan sebuah keharusan, mendapatkan pahala dalam level-level tertentu juga tidak," jelasnya.

"Ada ayat yang menjelaskan tentang Allah SWT dan Malaikat itu bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW, kenapa kita tidak?," ujarnya.

Surah Al-Ahzab (33) Ayat 56:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

"innallāha wa malā`ikatahụ yuṣallụna 'alan-nabiyy, yā ayyuhallażīna āmanụ ṣallụ 'alaihi wa sallimụ taslīmā"

Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.

Masih banyak hal-hal lainnya yang tergolong sunnah.

"Maulid dalam bentuk fisiknya, ada beberapa abad kemudian, di zaman Abbasiyah baru ada," jelasnya.

Menurutnya, itu merupakan budaya, ulama-ulama muslim yang sepakat bahwa kebiasaan baik perlu dilestarikan.

Dalam hadist nabi dinyatakan bahwa "barang siapa yang mewariskan sunnah atau kebiasaan yang baik ketika ada seorang yang meniru, kita mendapatkan pahala dua kali lipat".

"Kita mendapatkan pahala dari apa yang kita lakukan, lalu kita mendapatkan pahala dari orang yang melakukan karena kita pernah melakukannya dan dicontoh oleh orang tersebut," ungkapnya.

Keutamaan Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW

Ahmadi mengambil pernyataan dari Kyai Adam Kosasih asal Subang mengenai keutamaan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

1. Syukur

"Kita merasa bersyukur atas hadirnya Nabi Muhammad SAW di muka bumi ini," ujarnya.

Lebih menyenangkan lagi, semua terekam baik dalam Alquran, hadist, sunnah, dan informasi-informasi dari para sahabat.

2. Memuji

"Bukan berarti Nabi suka dipuji," ungkapnya.

Fakta di balik kelahiran Nabi Muhammad SAW sangat luar biasa, dan karenanya kita harus melakukan pujian kepadanya.

Kalau bukan karena kamu Muhammad, Kalau bukan karena kamu Muhammad, Aku tidak menciptakan alam raya, itu kata Allah SWT dalam hadits Qudsi.

"Artinya, alasan keberadaan Nabi Muhammad sendiri itu adalah alasan yang bukan saja rasional, tetapi juga intelektual. Bahkan Allah menyatakan pentingnya sosok Muhammad, mungkin itu sulit dipercayai, tetapi itulah yang terjadi," jelasnya.

Sebagai pengikutnya, orang yang melihat Nabi Muhammad SAW sebagai figur, akan lebih sering memujinya.

"Untuk lebih melihat sosok Beliau untuk bisa masuk dalam diri kita," tambahnya.

3. Tholabul ilmi

Pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pasti ada pengajian.

"Di titik tertentu, ini adalah momen mengembangkan pengetahuan," jelasnya.

Ketika wasiat takwa itu disampaikan, seringkali informasi yang ada mampu menimbulkan hikmah.

"Hikmah ini menjadi semangat tersendiri, hikmah itu kumpulan dari pengalaman, dalil, informasi tercampur jadi sampai. Dengan hikmah kita bisa merubah berbagai hal, mungkin adanya hikmah melalui pengajian-pengajian itu, level keimanan, pengetahuan dan kebaikan mungkin akan naik," ungkapnya.

4. Teladan

Hubungan meneladani Nabi, melihat Nabi sebagai tuntunan, itu adalah cara menuju kepada Allah.

Menurut Ahmadi, Nabi Muhammad SAW bisa dibilang sebagai wasilah kita kepada Tuhan kita.

"Nah ini merupakan empat keutamaan memperingati Maulid Nabi, sisanya dapat bersifat personal," tambahnya.

"Maulid Nabi merupakan cara kita melihat figur Nabi Muhammad, di balik figur ini terdapat latar belakangnya, pengalamannnya, dan semuanya."

"Kita memahami figur Nabi Muhammad tidak boleh sedikit-sedikit, misal hanya cara makan atau berpakaiannya saja."

"Itu boleh, tidak salah, namun sifatnya parsial. Akan lebih menarik dan membahagiakan lagi jika kita meniru Nabi Muhammad secara keseluruhan."

"Kita menjadi jujur saja, itu sudah luar biasa," jelasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved