Mengapa Umar bin Abdul Aziz Dipilih Menjadi Khalifah? Apa Arti Sebuah Jabatan Baginya?
Umar bin Abdul Aziz lahir di Madinah pada tahun 63H/683M dan wafat di Dair Syam’an, Syuriah pada tahun 101H/720M.
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Umar bin Abdul Azis nama lengkapnya adalah Abu Hafs Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin As bin Umayyah bin Abdus Syams.
Ia adalah keturunan Umar bin Khattab melalui ibunya yang bernama Laila Ummu Asim binti Asim bin Umar bin Khattab.
Ia lahir ketika ayahnya Abdul Aziz menjadi Gubernur di Mesir.
Umar bin Abdul Aziz lahir di Madinah pada tahun 63H/683M dan wafat di Dair Syam’an, Syuriah pada tahun 101H/720M.
Nama panggilan atau gelar Umar bin Abdul Aziz antara lain; Abu Hafs, Umar II, Khulafaur Rasyidin ke 5.
Umar bin Abdul Azis menghabiskan sebagian besar hidupnya di Madinah hingga ayahnya wafat tahun 85H/704M.
• Prestasi Umar bin Khattab Selama Jadi Khalifah Menggantikan Abu Bakar as-Siddiq
Kemudian pamannya yang bernama Abdul Malik bin Marwan membawanya ke Damaskus dan menikahkanya dengan putrinya, Fatimah.
Umar bin Abdul Aziz memperoleh pendidikan di Madinah, yang pada waktu itu merupakan pusat ilmu pengetahuan dan gudang para ulama hadits dan tafsir.
Pendidikan yang diperolehnya sangat mempengaruhi kehidupan pribadinya dalam melaksanakan tugas yang diamanatkan kepadanya.
Awal Karier Umar bin Abdul Azis dalam bidang politik atau pemerintahan adalah menjabat sebagai Gubenur.
Yaitu pada masa pemerintahan Alwalid bin Abdul Malik, Ia diangkat menjadi Gubernur Hijaz yang berkedudukan di Madinah pada usianya baru 24 tahun.
Ketika Masjid Nabawi dibongkar atas perintah Alwalid bin Abdul Malik untuk diganti dengan bangunan baru yang lebih indah, Umar bin Abdul Aziz dipercaya sebagai pengawas pelaksanaan pembangunan itu.
Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai gubernur yang adil, bijaksana, mengutamakan dan memperhatikan kepentingan rakyat, serta mau mendiskusikan berbagai masalah penting yang berkaitan dengan Agama, urusan rakyat, dan pemerintahan.
• Biografi Singkat Abu Bakar As Siddiq: Nama Asli, Kepribadian dan Bukti Cintanya ke Rasulullah SAW
Umar bin Abdul Aziz diangkat mejadi khalifah berdasarkan wasiat Khalifah dinasti Umayyah sebelumnya yaitu Sulaiman bin Abdul Malik.
Begitu mendengar dirinya diangkat menjadi khalifah maka ia mengucapkan kalimat istirja’: “innalillahi wa inna ilaihi roojiuun”, sebagai bentuk ungkapan bahwa jabatan itu merupakan musibah baginya.
Setelah menjadi khalifah, beliau meninggalkan cara hidup bermewah-mewahan dan melakukan cara hidup yang sederhana.
Umar bin Abdul Aziz mengembalikan semua harta yang ada pada dirinya ke Baitul Mal.
Beliau mengharamkan atas dirinya untuk mengambil apapun dari Baitul Mal.
Usaha-usaha Khalifah Umar bin Abdul Azis yang merupakan prestasinya dalam memerintah.
Usaha-usaha Khalifah Umar bin Abdul Azis Pada bidang agama ini yang dilakukannya antara lain;
1).Menghidupkan kembali ajaran Al Qur’an dan Sunah Nabi SAW.
2). Menerapkan hukum Syari’ah Islam secara serius dan sistematis.
3). Mengadakan kerja sama dengan ulama-ulama besar seperti, Hasan Al Basri dan Sulaiman bin Umar.
4). Memerintahkan kepada Imam Muhammad bin Muslim Bin Syihab Az-Zuhri mengumpulkan hadist-hadist untuk ditulis.
Dalam bidang ilmu pengetahuan
Dalam bidang ini usaha yang dilakukan adalah memindahkan sekolah kedokteran yang ada di Iskandariah (Mesir) ke Antakya (Turki) dan Harran (Turki).
Dalam bidang ini usaha yang dilakukannya adalah menerapkan prinsip politik yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan yang lebih utama dari segalanya.
Melihat secara langsung cara kerja para gubernur dengan cara mengirim utusan ke berbagai negeri.
Tidak sungkan-sungkan untuk memecat gubernur yang tidak taat menjalankan agama dan bertindak dzolim terhadap rakyat.
Usaha yang dilakukan dalam bidang ekonomi antara lain:
- Mengurangi beban pajak yang dipungut dari kaun nasrani
- Menghentikan Jizyah (pajak) dari umat Islam
- Membuat aturan mengenai timbangan dan takaran
- Menghapus sistem kerja paksa,
- Menyediakan tempat penginapan bagi musyafir
- Menyantuni fakir miskin
- Memperbaiki tanah pertanian, irigasi, penggalian sumur-sumur dan pembangunan jalan.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz sosok pribadi yang mempunyai sikap terpuji bisa dijadikan suri tauladan bagi genersai sesudahnya baik Ia secara pribadi maupun sebagai pemimpin.
Umar bin Abdul Azis memiliki sifat taat kepada Allah SWT hal ini tercermin dalam sikap dan tata lakunya.
Sejak kecil Umar Bin Abdul Aziz telah diajarkan ilmu pengetahuan agama dan juga pengamalannya.
Ia telah terbiasa mengamalkan semua perintah agama, sehingga jiwanya terbentuk sebagai orang yang saleh dan taat agamanya, ketaatan
dan ketaqwaanya tidak hilang meskipun beliau telah menjadi Khalifah.
Kesopanan dan kesantunan Umar memang patut kita teladani, agar sikap dan perilaku kita terhindar dari sombong dan angkuh.
Kelebihan apapun yang dimiliki seseorang, baik itu jabatan khalifah, pemimpin, penguasa, harta kekayaan, kecantikan, ketampanan, kecerdasan, dan keberhasilan semuanya itu bersifat sementara, dan pada hakekatnya bukan milik kita, melainkan titipan Allah SWT.
Oleh karena itu hindari sikap sombong, egois, angkuh meskipun ada banyak kelebihan dalam dirimu.
Umar Bin Abdul Aziz tidak hanya cerdas melainkan seorang negarawan yang demokrat dan politikus yang demokrat.
Umar melarang seluruh keluarga menghina mencaci pihak-pihak lain yang berbeda haluan politik mereka atau berbeda paham keberagamaannya.
Sikap moderat dan demokrat hendaknya yang harus kita teladani dan kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap moderat dapat menyelesaikan suatu masalah secara bijak dan damai.
Apalagi sikap demokrat itu dibarengi dengan jiwa sportif dan jiwa besar.
Seorang Khalifah yang berhati lembut dan pemaaf akan mendatangkan kedamaian dan menimbulkan rasa aman bagi rakyatnya.
Dan itulah yang dilakukan Umar Bin Abdul Aziz dalam kepemimpinannya.
Beliau memerintahkan tentaranya agar tidak mengepung Kota Konstantinopel agar mereka tidak terperangkap.
Demikianlah kelembutan hati Umar Bin Abdul Aziz, sehingga meskipun Byzantium pernah menyerang dan membunuh tentara Islam, namun jiwa pemaafnya seakan tidak rela musuhnya itu mati dalam penderitaan.
Hati yang lembut dan jiwa pemaaf hendakya dimiliki oleh kita sebagai muslim.
Kita harus tanggap dan peduli terhadap kesusahan dan penderitaan orang lain.
Selain itu juga tidak boleh menjadi seorang pendendam.
Sumber: Buku Sejarah Kebudayan Islam MTs Kelas VII