Cerita di Balik Layar Drama 'Toleransi Anak Cerlang' yang Dipentaskan di Gaia Mall Kubu Raya

Sebelum menuliskan cerita, anak-anak mendata terlebih dahulu berapa orang siswa SD yang akan memainkan peran.

Editor: Marlen Sitinjak
Cerita di Balik Layar Drama 'Toleransi Anak Cerlang' yang Dipentaskan di Gaia Mall Kubu Raya - pentas-toleransi-anak-cerlang-1.jpg
Dok.Sekolah Alam Terpadu Cerlang/Dian Lestari
Drama “Toleransi Anak Cerlang” dipentaskan di Gaia Mall, Kubu Raya, Minggu 26 September 2021 sore.
Cerita di Balik Layar Drama 'Toleransi Anak Cerlang' yang Dipentaskan di Gaia Mall Kubu Raya - pentas-toleransi-anak-cerlang.jpg
Dok.Sekolah Alam Terpadu Cerlang/Dian Lestari
Drama “Toleransi Anak Cerlang” dipentaskan di Gaia Mall, Kubu Raya, Minggu 26 September 2021 sore.

Bersama-sama datang, makan, minum, dan mengucapkan selamat hari raya kepada temannya yang berbeda agama, merupakan bagian dari adegan dalam drama “Toleransi Anak Cerlang”.

Setelah menentukan ide, Kea, Maisya, Nathan bersepakat masing-masing menulis skenario.

Nantinya tiga babak tersebut akan digabungkan.

Sedangkan satu anak lainnya, Wildan, bertugas mengedit naskah skenario.

Sebelum menuliskan cerita, anak-anak mendata terlebih dahulu berapa orang siswa SD yang akan memainkan peran.

Ternyata ada 10 anak SD kelas 1 hingga kelas 4. Jalannya cerita dan karakter tokoh mereka buat sesuai latar belakang masing-masing pemeran.

Anak-anak Cerlang Sampaikan Pesan Indahnya Keberagaman dan Rawat Toleransi

Drama “Toleransi Anak Cerlang” dipentaskan di Gaia Mall, Kubu Raya, Minggu 26 September 2021 sore.
Drama “Toleransi Anak Cerlang” dipentaskan di Gaia Mall, Kubu Raya, Minggu 26 September 2021 sore. (Dok.Sekolah Alam Terpadu Cerlang/Dian Lestari)

Misalnya Nathan yang merayakan Imlek, menuliskan babak cerita tentang teman-temannya yang berkunjung ke rumahnya.

Dalam proses menyatukan tiga babak drama, anak-anak belajar bagaimana mengkolaborasikan karya mereka.

Penambahan adegan sebagai peralihan per babak, menjadi pilihan mereka. Akhirnya ketiga babak tersebut menjadi satu kesatuan.

Selanjutnya Wildan yang berperan sebagai editor, mengecek dan memperbaiki penulisan naskah.

Didapati beberapa kekeliruan penulisan seperti tanda baca dan nama tokoh.

Tahap berikutnya adalah latihan dialog para tokoh.

Anak-anak mempraktikkan bagaimana cara membaca dengan intonasi, supaya cerita drama tidak kaku.

Masukan dari tiap anak tentang gaya pengucapan dari dialog ke dialog, menjadi ajang bagi anak untuk melatih dirinya menyimak ide teman-temannya demi menampilkan drama secara maksimal.

Proses persiapan drama dilanjutkan dengan perekaman suara para tokoh.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved