Bagaimana Sikap Para Wali Terhadap Budaya-budaya Hindhu-Budha yang Sudah Menjadi Tradisi Masyarakat
Sikap para wali terhadap budaya-budaya Hindhu-Budha yang sudah menjadi tradisi masyarakat, juga ikut menghormati.
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Wali Songo adalah sembilan penyebar agama Islam di tanah Jawa.
Kesembilan wali ini, bisa diterima dakwahnya oleh masyarakat karena toleransinya yang tinggi.
Satu di antaranya terkait toleransi dengan umat agama lain.
Sikap para wali terhadap budaya-budaya Hindhu-Budha yang sudah menjadi tradisi masyarakat, juga ikut menghormati.
• Mengapa Dakwah Wali Songo Dapat Diterima Baik oleh Penduduk Pribumi?
Tak hanya itu, para wali ini juga menghargainya.
Bahkan tradisi masyarakat itu dijadikan sarana dalam mendakwahkan Islam.
Contohnya bisa dilihat dalam cara dakwah Sunan Kudus dan Sunan Giri di bawah ini:
1. Sunan Kudus
Dalam usahanya menarik simpati agama lain memeluk Islam, Sunan Kudus melakukan akulturasi budaya dalam arsitektur masjid yang mengkompromikan arsitektur Islam dan Hindu-Budha, yaitu:
• Kunci Jawaban Penilaian Akhir Semester Sejarah Kebudayaan Islam SKI Kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah
Membangun Masjid dan Menara Kudus
Sejak meninggalkan Demak, dan tinggal di Kudus, Ja’far Shadiq memulai dakwahnya dengan membangun masjid Agung Kudus yang besar dan indah, sebuah tulisan berbahasa Arab menyebutkan bahwa masjid itu dibangun tahun 956 H/1549.
Arsitektur menara kudus yang unik menggambarkan kompromi Islam dengan arsitektur setempat yang bercirikan Hindu sebagai upaya pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat yang sudah mapan dalam budayanya.
Bangunan Menara mempunyai tinggi 18 meter, dengan ukuran dasar persegi 10x10 meter.
Dihiasi dengan piring keramik bergambar yang berjumlah 32 buah.
Dua puluh buah berwarna biru berlukiskan masjid, manusia, unta dan kurma.