Pola Hidup Sehat
APA itu Penyakit Badai Sitokin? Jika Tak Ditangani Sebabkan Kegagalan Fungsi Organ Hingga Kematian
Hal inilah yang membuat badai sitokin perlu diwaspadai, karena bisa sampai menyebabkan kematian.
Penulis: Mirna Tribun | Editor: Mirna Tribun
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Badai sitokin merupakan salah satu komplikasi yang bisa dialami oleh penderita COVID-19.
Kondisi ini perlu diwaspadai dan perlu segera ditangani secara intensif.
Bila dibiarkan tanpa penanganan, badai sitokin dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ hingga kematian.
Sitokin merupakan salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
Dalam kondisi normal, sitokin membantu sistem imun berkoordinasi dengan baik dalam melawan bakteri atau virus penyebab infeksi.
Namun, jika diproduksi secara berlebihan, sitokin justru dapat menyebabkan kerusakan di dalam tubuh.
• DAFTAR JENIS Penyakit yang Disebabkan Virus, Kenali Gejala Penyakit Disebabkan Virus
Inilah yang disebut sebagai badai sitokin.
Dilansir dari alodokter.com, badai sitokin (cytokine storm) terjadi ketika tubuh melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah dalam jangka waktu yang sangat cepat.
Kondisi ini membuat sel imun justru menyerang jaringan dan sel tubuh yang sehat, sehingga menyebabkan peradangan.
Kondisi ini diketahui dengan pemeriksaan D-dimer dan CRP pada penderita COVID-19.
Tak jarang peradangan tersebut membuat organ-organ di dalam tubuh menjadi rusak atau gagal berfungsi.
Hal inilah yang membuat badai sitokin perlu diwaspadai, karena bisa sampai menyebabkan kematian.
Pada penderita COVID-19, badai sitokin menyerang jaringan paru-paru dan pembuluh darah.
Alveoli atau kantung udara kecil di paru-paru akan dipenuhi oleh cairan, sehingga tidak memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen.
Itulah sebabnya mengapa penderita COVID-19 kerap mengalami sesak napas.
• PENYAKIT yang Menular Melalui Organ Reproduksi yang Menyebabkan Penurunan Sistem Kekebalan Tubuh
Pemicu Badai Sitokin
Badai sitokin dapat dipicu oleh sejumlah infeksi, termasuk influenza, pneumonia, dan sepsis.
Respons imun yang meningkat ini tidak terjadi pada semua pasien dengan infeksi parah, tetapi para ahli tidak tahu apa yang membuat beberapa orang lebih rentan daripada yang lain.
Terkhusus pada orang dengan corona.
Sejauh ini beberapa pasien menjadi sangat sakit dengan cepat karena badai sitokin.
Sebagian besar pasien corona dengan badai sitokin mengalami demam dan sesak napas, kemudian menjadi sulit bernapas sehingga akhirnya membutuhkan ventilator.
Kondisi ini biasanya terjadi sekitar enam atau tujuh hari setelah timbulnya penyakit.
Tidak ada cara untuk menguji apakah seseorang mengalami badai sitokin atau tidak, meskipun pemeriksaan darah dapat memberikan petunjuk kepada dokter bahwa respons hiper-inflamasi sedang terjadi.
• 5 Buah yang Dikenal Berkhasiat Dalam Membantu Penyembuhan Penyakit Demam Berdarah
Tes darah bisa saja dilakukan untuk deteksi badai sitokin tetapi belum cukup valid.
Sejauh ini gejala yang sudah akurat adalah ketika seorang pasien terus mengalami kesulitan bernapas meskipun menerima oksigen.
Hal itu mungkin berarti tubuh mereka sedang mengalami badai sitokin.
Badai sitokin komplikasi umum yang tidak hanya terjadi pada pengidap corona melainkan juga pada pengidap flu dan penyakit pernapasan lainnya.
Badai sitokin juga memiliki kaitan erat dengan penyakit non-infeksi seperti multiple sclerosis dan pankreatitis.
Fenomena badai sitokin menjadi lebih dikenal setelah wabah virus flu burung H5N1 pada tahun 2005.
Ketika tingkat kematian yang tinggi dikaitkan dengan respons sitokin yang tidak terkendali.
Badai sitokin bisa jadi penjelasan kenapa beberapa orang memiliki reaksi parah terhadap virus corona sementara yang lain hanya mengalami gejala ringan.
Ini juga menjadi alasan mengapa orang yang usianya lebih muda kurang terpengaruh, karena sistem kekebalan tubuh mereka kurang berkembang sehingga menghasilkan tingkat sitokin penggerak peradangan yang lebih rendah. (*)