RESENSI BUKU: Jejak Cinta Di Papua - Katakan Tanpa Kata-kata
Buku ini bercerita, suka duka perjalanan Polri melalui Binmas Noken Satgas Nemangkawi yang mencintai masyarakat Papua
Di Jayapura, terdapat Monumen Tugu Pepera yang mencatat keputusan Sidang Dewan Musjawarah Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) Irian Barat, Kabupaten Djajapura. Prasasti itu memuat 4 (empat) keputusan Dewan Musjawarah Pepera Irian Barat yang ditandatangani di Djajapura, 2 Agustus 1969 oleh 110 Anggota Dewan Musjawarah Pepera Irian Barat. Monumen Pepera juga ada di Merauke, Kurulu Jayawijaya, Wamena dan Ukumiarek. Kemanakah cinta (yang dulu pernah ada) itu pergi ?
Buku ini terdiri dari 41 Bab yang terbagi atas empat episode, “Menapaki Jalan Cinta, Dari Gajah Turun Ke Hati, Pahit Manis Kopi Papua dan Menyusuri Jalan Cinta”. Mencintai masyakarat Pegunungan Tengah harus berangkat dari hati yang tulus. Mereka bukanlah korban konflik secara langsung, namun cerita yang diturunkan turun temurun adalah kisah tentang kesulitan hidup dan tentang kepedihan. Anak-anak membutuhkan dongeng untuk berimajinasi, anak-anak perlu bermain untuk menyalurkan enerji, anak-anak perlu diperkenalkan dunia luas dan anak-anak perlu kegembiraan.
Sekalipun banyak tantangan dan misteri, cinta sejati Polri terhadap masyarakat Papua tidak pernah mati. Cinta yang seperti ini mengingatkan sebuah puisi yang ditulis Budi Miank, penyair dan sekaligus wartawan senior di Pontianak, .... “Senja yang membawaku padamu. Pada waktunya yang singkat, senja melukiskan cerita yang panjang. Tentang kita dan cinta yang kita titipkan pada waktu dan ruang. Cinta dimulai ketika ekor mata kita bertemu..”
*AM Putut Prabantoro adalah Alumnus Lemahannas PPSA XXI & Taprof Lemhannas RI Bidang Ideologi dan Sosial Budaya