idul adha

Panduan Lengkap Sholat Idul Adha 2021 Tata Cara hingga Bacaan Niat Takbir dan Contoh Khutbah

Pemerintah mengimbau agar pelaksanaan Sholat Idul Adha 2021 ini dilakuan di rumah saja.

Penulis: Madrosid | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Endro
Ilustrasi Sholat idul adha dirumah di masa pandemi 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 20 Juli 2021.

Pelaksanaan Hari Raya Idul Adha tahun ini masih diselimuti pademi covid-19 sehingga tetap harus mematuhi prokes kesehatan.

Pemerintah mengimbau agar pelaksanaan Sholat Idul Adha 2021 ini dilakuan di rumah saja.

Masyarakat diimbau tidak sholat ied di masjid atau musala bagi daerah yang masuk asesmen level 3 dan 4 selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa-Bali. 

Level asesmen 3 dan 4 adalah Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Jawa-Bali.

Hal itu berdaarkan surat Edaran Menteri Agama Nomor 17 Tahun 2021 tentang Peniadaan Sementara Peribadatan di Tempat Ibadah, Malam Takbiran, Shalat Idul Adha, dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Qurban Tahun 1442 H/2021 M di Wilayah PPKM Darurat.

"Salat hari raya Idul Adha 1442 H/2021 M di masjid/musala yang dikelola masyarakat, instansi pemerintah, perusahaan atau tempat umum lainnya, ditiadakan di seluruh kabupaten/kota dengan level asesmen 3 dan 4 yang diterapkan PPKM Darurat," kata Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas 15 Juli 2021.

Berikut panduan sholat Idul Adha di rumah atau di masjid

Sebelum sholat bilal akan membacakan seruan untuk sholat 

الصَّلاَةَ سُنَّةً لِعِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ

Setiap setelah takbir tersebut, baik dalam rakaat pertama atau kedua disunnahkan membaca tasbih:

سُبْحَانَ اللَّهِِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِِ وَلَا إلَهَ إلَّااللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ

Subhanallah walhamdulillah walailaha illallah wallahu akbar.

Artinya: Mahasuci Allah dan segala puji bagi Allah dan tiada Tuhan selain Allah dan Allah Mahabesar.

1. Shalat dimulai dengan menyeru الصَّلاَةَ سُنَّةً لِعِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ tanpa azan dan iqamah.

2. Memulai dengan niat sholat Idul Adha :

 - Niat Sholat Idul Adha Sendiri

اُصَلِّى سُنُّةً عِيْدِ الْاَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ للهِ تَعَالَى

Usholli sunnatan ‘iidil adhaa rok’ataini mustaqbilal qiblati lillaahi ta’aalaa

Artinya:  "Aku berniat Sholat sunah Idul Adha dua rakaat menghadap kiblat karena Allah ta’ala."

 - Niat Sholat Idul Adha Berjamaah

اُصَلِّى سُنُّةً عِيْدِ الْاَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ (مَأْمُوْمًا\إِمَامًا) للهِ تَعَالَى

Usholli sunnatan ‘iidil adhaa rok’ataini mustaqbilal qiblati (makmuman/imaaman) lillaahi ta’aalaa

Artinya: "Aku berniat Sholat sunah Idul Adha dua rakaat menghadap kiblat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala."

3. Membaca takbiratul ihram (الله أكبر) sambil mengangkat kedua tangan dan baca doa ifititah

اللهُ اَكْبَرُ كَبِرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا . اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْااَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ . اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ . لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْتُ وَاَنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ .

“Allaahu akbaru Kabiraa Walhamdulillaahi Katsiiraa, Wa Subhaanallaahi Bukratan Wa’ashiilaa, Innii Wajjahtu Wajhiya Lilladzii Fatharas Samaawaati Wal Ardha Haniifan Musliman Wamaa Anaa Minal Musyrikiin. Inna Shalaatii Wa Nusukii Wa Mahyaaya Wa Mamaatii Lillaahi Rabbil ‘Aalamiina. Laa Syariikalahu Wa Bidzaalika Umirtu Wa Ana Minal Muslimiin.”

Artinya: Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang.

Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan atau dalam keadaan tunduk, dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan-Nya.

4. Membaca takbir sebanyak 7 kali (di luar takbiratul ihram) dan di antara tiap takbir itu dianjurkan membaca:

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ

SubhanalLah wal-hamdu lil-Lah wa la ilaha ilal-Lahu wal-lahu Akbar

Artinya: Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya. Tiada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar.

5. Membaca surah al-Fatihah lanjut membaca surah pendek dari Alquran.

6. Ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud hingga berdiri lagi seperti sholat biasa.

7. Pada rakaat kedua langsung takbir sebanyak 5 kali  tiap takbir disunnahkan membaca:

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ

SubhanalLah wal-hamdu lil-Lah wa la ilaha ilal-Lahu wal-lahu Akbar

Artinya: Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya. Tiada Tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar.

8. Lalu membaca Surah al-Fatihah, diteruskan membaca surah yang pendek dari Alquran.

9. Ruku, sujud, dan seterusnya hingga salam.

10. Setelah salam, disunnahkan mendengarkan khutbah Idul Adha.

Selesai sholat bilal melakukan tugasnya berdiri menghadap jamaah dengan memegang tongkat.

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، إِعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمُ عِيْدِ الْأَضْحَى وَيَوْمُ السُّرُوْرِ وَيَوْمُ الْمَغْفُوْرِ، أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامَ، إِذَا صَعِدَ الْخَطِيْبُ عَلَى الْمِنْبَرِ أَنْصِتُوْا أَثَابَكُمُ اللهُ، وَاسْمَعُوْا أَجَارَكُمُ اللهُ، وَأَطِيْعُوْا رَحِمَكُمُ الله

Setelah bilal selesai membaca, imam naik ke mimbar lantas mengucapkan salam. Setelah imam salam, bilal berbalik menghadap kiblat kemudian membaca shalawat dan doa sebagai berikut :

اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ، اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَاناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ … اللهم قَوِّ الْإِسْلَامَ وَالْإِيْمَانَ، مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى مُعَانِدِ الدِّيْنِ، رَبِّ إخْتِمْ لَنَا مِنْكَ بِالْخَيْرِ، وَيَا خَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَآأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Setelah khutbah selesai, ada baiknya semua jamaah tidak beranjak dahulu untuk mendengarkan khutbah.

Contoh khutbah dikutip dari pcnu.kendal.com

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْأَتَمَّانِ الْأَكْمَلَانِ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: سَلَـٰمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَىٰ الدَّارِ .الرعد: ٢٤

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah...

Sabar merupakan salah satu akhlak termulia dan tertinggi di hadapan Allah. Karena derajat tertinggi itulah, maka kebanyakan manusia sulit untuk menjalani sifat itu secara konsisten.

Dan karena akhlakul karimah tertinggi itulah maka sifat ini hanya disematkan Allah pada orang-orang pilihan Allah seperti para nabi dan rasul, waliyullah, dan orang-orang sholih lainnya.

Sifat sabar ini akan menjadi cahaya penerang bagi siapa pun yang ingin melintasi jalan menuju kebahagiaan abadi di akhirat.

Meskipun sifat sabar itu sangat berat dilakukan oleh orang awam, tetapi sebagai hamba Allah dan sebagai umat Rasulullah kita harus berusaha mengamalkan akhlak tertinggi ini jika ingin menjadi orang-orang sholeh.

Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa kata sabar dan berbagai kata turunannya itu disebutkan lebih dari tujuh puluh kali dalam Al-Qur’an. Di antaranya adalah firman Allah Swt QS. An-Nahl; 96 dan Ar-Ra’d: 24.

وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِيْنَ صَبَرُوْٓا اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“… Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS An- Nahl: 96).

سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِۗ

“Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu. Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu” (QS Ar-Ra’d: 24).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah...

Orang-orang yang memiliki sifat sabar itu adalah orang-orang yang mulia di hadapan Allah.

Mereka dapat bertahan dan menahan diri dalam berbagai kondisi, mampu bertahan dalam menghadapi berbagai ujian dan musibah, pantang putus asa dalam menghadapi masalah, serta sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan sebab mereka yakin bahwa Allah selalu menyertainya.

Sebab menurut Hujjatul Islam, Imam Al-Ghozali RA, sabar itu bermakna menahan diri dan memaksanya untuk menanggung sesuatu yang tidak disukainya serta berpisah dengan sesuatu yang disenanginya.

Imam Ghozali membagi sabar ini menjadi tiga macam, yaitu

(1) sabar dalam menjalankan ketaatan yang diwajibkan Allah.

(2) sabar dalam menahan diri untuk tidak melakukan segala yang diharamkan Allah.

(3) sabar dalam menghadapi berbagai musibah yang menimpa.

Sabar dalam rangka menaati kewajiban misalnya tampak pada apa yang kita alami di waktu pagi hari yang suhu udarannya sangat dingin dan kita memaksa diri kita untuk menahan dinginnya udara guna mengambil air wudlu. Kita tahan keinginan nafsu tidur melawan kantuk dan kenikmatan tidur lalu bergegas untuk menjalankan ibadah shalat Shubuh ke masjid atau musholla untuk sholat berjamaah.

Hal itu kita lakukan semata-mata menaati perintah Allah dengan mengharap ridho-Nya.

Tidak kalah pentingnya dengan yang pertama adalah sabar kedua yakni menahan diri agar tidak melakukan segala sesuatu yang diharamkan Allah SWT.

Hal demikian ini juga sangat berat bagi manusia. Sebab, kebanyakan orang pasti suka pada hal-hal yang menarik dan menyenangkan dirinya.

Bahkan banyak pula di antara mereka yang mengikuti hawa nafsunya, tak mampu menahan diri sehingga mereka pun melakukan perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT.

Kalau manusia bisa menahan diri dari berbuat maksiat karena takut pada Allah, maka mereka akan dimuliakan Allah dengan pahala yang sangat besar.

Terkait sabar yang kedua ini, beberapa ulama berpendapat bahwa meninggalkan satu kemaksiatan itu lebih utama daripada melakukan seribu amalan sunnah.

Mengapa demikian, sebab meninggalkan kemaksiatan itu hukumnya wajib sedang amalan sunnah hukumnya tidak wajib.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah...

Jenis sabar yang ketiga ini juga sangat penting bagi kita karena Allah SWT sering menimpakan musibah pada hamba-Nya.

Berbagai musibah dan atau bencana kerap melanda umat manusia di antaranya adalah gunung meletus, banjir, gempa bumi, tanah longsor, angin topan hingga badai tsunami.

Di sisi lain, Allah juga menimpakan musibah berupa rasa sakit perorangan hingga wabah penyakit yang menakutkan manusia yang disebabkan oleh virus seperti flu burung, flu babi, dan virus corona.

Musibah lain bisa berupa krisis ekonomi, krisis moral, krisis kepercayaan, yang kemudian menimbulkan beragam gejolak sosial pada sebuah negeri.

Hadirin, salah satu gejolak sosial yang tengah terjadi di negeri ini adalah musibah besar yang harus dihadapi dengan sabar oleh umat Islam.

Musibah ini sangat membahayakan bagi umat Islam dan bangsa ini jika tidak dapat di atasi dengan sabar dan bijak.

Sebab, jika dibiarkan dan tidak segera dicarikan solusi dengan baik, gejolak sosial ini bisa jadi menimbulkan pertikaian umat Islam dan perang saudara, yang ujung-ujungnya dapat menghancurkan persaudaraan muslim dan persatuan bangsa. Naudzubillahi min dzaalik.

Siapakah sebenarnya yang berdiri di balik itu semua, para hadirin? Mereka itulah setan-setan terlaknat yang menguasai manusia, mereka itulah manusia yang mengikuti hawa nafsunya, mereka itulah orang-orang yang hatinya gelap dan haus kekuasaan, mereka itulah manusia yang mudah diadu domba, mereka itulah kelompok orang yang tidak senang terhadap kebesaran umat Islam di negeri ini.

Oleh karena itu, tugas utama kita sebagai muslim dan anak bangsa harus bersatu padu menguatkan ukhuwah untuk melawan kobaran hawa nafsu yang bersemayam dalam diri kita, melawan aksi para provokator, melawan hoaks yang bertebaran dengan menahan diri penuh kesabaran. Insyaallah Allah akan memberikan jalan keluar bagi negeri ini.

Tetaplah berpegang teguh pada tali ajaran Allah SWT. Ingatlah selalu firman Allah:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا

Artinya: Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah bercerai-berai.

Oleh karena itu, melalui mimbar ini saya mengajak diri saya dan hadirin agar tetap sabar menghadapi musibah dan fitnah besar ini.

Menahan diri dengan tidak menyebarkan berita-berita provokatif yang kontraproduktif, menahan diri untuk tidak ikut-ikutan membuat gaduh suasana.

Seraya berdoa dan mohon ampun pada-Nya semoga Allah segera memberikan jalan terbaik bagi bangsa ini untuk menyelesaikan musibah gejolak sosial yang tengah terjadi, serta Allah segera hilangkan wabah pandemi Covid-19 yang masih melanda negeri ini.

Amiin Amiin Amiin Ya Robbal ’Aalamiin.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved