Khazanah Islam
Niat Sholat Dzuhur Sendiri di Rumah, Apakah Shalat Dzuhur Bisa Dijamak dengan Sholat Ashar?
USHOLLII FARDHODL DHUHRI ARBA'A RAKA'AATIM MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN MA'MUUMAN LILLAAHI TA'AALA.
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Shalat Dzuhur adalah Sholat wajib yang dilaksanakan di waktu Zuhur.
Sholat Dzuhur dilaksanakan empat rakaat dan satu kali salam.
Sebagai Shalat Fardhu, Slaat Zuhur lebih utama dilaksanakan di masjid.
Namun demikian, Sholat Dzuhur tetap sah jika dilakukan di rumah.
• Panduan Sholat Idul Adha 2021 di Wilayah PPKM Darurat dan Wilayah Lainnya dari Kemenag
Berikut bacaan Niat Shalat Dzuhur:
Niat Sholat Zuhur sendiri:
اُصَلّى فَرْضَ الظُّهْرِاَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى
USHOLLII FARDHODL DHUHRI ARBA'A RAKA'AATIM MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN MA'MUUMAN LILLAAHI TA'AALA.
Artinya : Aku berniat shalat fardu Dhuhur empat raka'at menghadap kiblat sebagai ma'mum karena Allah Ta'ala.
Niat Sholat Zuhur Berjamaah Sebagai Makmum
اُصَلِّى فَرْضَ الظُّهْرِاَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى
Ushalli fardhodl dhuhri arba’a raka’aatim mustaqbilal qiblati adaa-an ma’muuman lillaahi ta’aala
Artinya : “Aku berniat shalat fardhu Dzuhur empat raka’at menghadap kiblat sebagai ma’mum karena Allah Ta’ala”
Niat Sholat Zuhur Berjamaah Sebagai Imam
اُصَلِّى فَرْضَ الظُّهْرِاَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً اِمَامًا ِللهِ تَعَالَى
Ushalli fardhodl dhuhri arba’a raka’aatim mustaqbilal qiblati adaa-an imaaman lillaahi ta’aala
Artinya : “Aku berniat shalat fardhu Dzuhur empat raka’at menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta’ala”
• Pengumuman Hasil Sidang Isbat Penetapan Hari Raya Idul Adha 2021: Cek Link Live Streaming KompasTV
Apakah Shalat Dzuhur bisa dijamak dengan Sholat Ashar?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita bisa melihat dalil Shalat Jamak dari hadits Rasulullah SAW berikut ini:
Jika Rasulullah melakukan perjalanan sebelum matahari condong ke barat maka beliau mengakhirkan Shalat Dhuhur hingga waktu shalat ashar.
Setelah itu, beliau SAW akan singgah sebentar dan menggabungkan kedua Shalat, yaitu Dhuhur dan Ashar.
Namun jika matahari telah lebih dulu condong ke barat maka beliau Saw akan lebih dulu shalat dhuhur baru kemudian menunggang untanya. (HR. Muttafaq ‘Alaih).
Dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW bersabda:
Rasulullah SAW melaksanakan Shalat Dhuhur dan Ashar dengan cara menjama’.
Shalat Maghrib dan Isya dengan cara menjama’ tanpa adanya rasa takut dan tidak dalam keadaan perjalanan.
Imam Malik berkata: “Saya berpendapat bahwa Rasulullah melaksanakan shalat tersebut dalam keadaan hujan” (HR. Baihaqi).
Dua hadis di atas menggambarkan Nabi SAW pernah mempraktekkan pelaksanan menjama’ Shalat.
Artinya, Shalat Dzuhur bisa dijamak dengan Sholat Ashar.
Hadis pertama menguraikan tentang jama’ taqdim yang pernah dilakukan Nabi, dan kedua berkenaan dengan praktek jama’ takhir.
Keduanya dipraktekkan oleh Nabi pada saat sedang bepergian.
Oleh karena itu, jama’ taqdim dan jama’ ta’khir merupakan dua bentuk pelaksanaan shalat jama’ yang diperbolehkan dalam Islam dengan syarat sedang menempuh perjalanan atau bepergian.
Sedangkan hadis terakhir berisikan ketentuan tentang diperbolehkannya menjama’ shalat dalam keadaan hujan deras.
Tata Cara Pelaksanaan Shalat Jama’
- Jamak Taqdim
Jamak Taqdim adalah Shalat jamak yang dilaksanakan waktunya di Sholat pertama.
Misalnya Shalat Dzuhur dan Ashar dilaksanakan di waktu Dzuhur.
Atau Maghrib dan Isya dilaksanakan di waktu Maghrib.
Berniat untuk menjama’ taqdim, ketika Shalat yang pertama sudah memasuki waktunya.
Misalnya, memasuki waktu Shalat Dhuhur ketika akan menjama’ dengan Shalat Ashar.
Niat jama’ taqdim sebagai berikut:
Niat Jamak Shalat Dzuhur
أُصَلِّيْ فَرْضَ الظُّهْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَجْمُوْعًا بِالْعَصْرِ جَمْعَ تَقْدِيْمٍ للهِ تَعَالَى
Usolli Fardhu Dzuhri arbaa rakaatin mustaqbilan qiblati majmu'an bil ashri jam'a takdim lillahi taala
Artinya: “Sengaja aku shalat zhuhur empat raka’at menghadap kiblat, dijamak takdim dengan ‘ashar karena Allah Ta’ala.”
Niat Jamak Shalat Ashar
أُصَلِّيْ فَرْضَ الْعَصْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَجْمُوْعًا بِالظُّهْرِ جَمْعَ تَقْدِيْمٍ للهِ تَعَالَى
Usolli Fardhu Ashri arbaa rakaatin mustaqbilan qiblati majmu'an bil Dzuhri jam'a takdim lillahi taala
Artinya: “Sengaja aku shalat ‘ashar empat raka’at menghadap kiblat, dijamak takdim dengan zhuhur karena Allah Ta’ala.”
Tertib yang berarti harus dimulai dari shalat yang pertama yang telah memasuki waktunya.
Bersambung yaitu berurutan dengan tidak terpisah antara dua shalat yang di jama’ oleh waktu yang panjang.
Waktu jeda antara dua shalat paling lama sama dengan membaca iqamah.
Perjalanan atau bepergian belum sampai pada tempat yang dituju.
Pada saat melaksanakan Shalat Jama’ masih ada waktu yang cukup untuk menyelesaikan dua Shalat.
Meyakini syarat sah dan rukun shalat yang pertama telah dipenuhi.
- Jamak Takhir
Jamak takhir adalah Shalat Jamak yang dilaksanakan di waktu Shalat kedua.
Misalnya jamak takhir Dzuhur dan Ashar dilaksanakannya di waktu Ashar.
Syarat Shalat jamak
Shalat Jamak boleh dilakukan dengan syarat-syarat berikut ini:
1. Musafir atau dalam perjalanan, dengan jarak minimal 81 km
Ustadz Abdul Somad mengutip pernyataan Syekh Wahbah az-Zuhaili, menyatakan, seseorang disebut musafir jika melakukan perjalanan lebih kurang 89 kilometer.
2. Bukan dalam perjalanan maksiat.
3. Dalam keadaan ketakutan, seperti sakit, hujan lebat, angin topan atau bencana alam lainnya.