Lima Tahun Memimpin Kabupaten Sambas, Atbah Romin Suhaili: Suke Tolen
Saya senang berkenalan dengan orang. Bersahabat, berteman, membangun ukhuwah antar sesama memang menjadi hobi saya sejak lama sehingga suasana baru, l
Penulis: Chris Hamonangan Pery Pardede | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
Diprogram saya untuk mendekatkan dengan masyarakat ialah menginap dikampung-kampung, dan saya menginap hampir di 77 desa. Selama lima tahun 77 desa yang saya menginap disana dan itu tentu membuat kita akrab bersama masyarakat, saya tidur di rumah warga atau mesjid.
Tribun Pontianak :
Sambutan warga saat tahu Bupati datang ke kampung untuk menginap?
Atbah Romin Suhaili :
Luar biasa tentunya, kita di desa, tidak pernah Bupati seperti ini, bahkan ada yang baru memegang tangan Bupati setelah berpuluh tahun, nenek-nenek biasanya, 70 tahun tidak pernah memegang tangan bupati. Maka tentu kita senang, karena ada kesempatan untuk tausiah dan dinamika yang terjadi di pemerintahan, kemudian subuhny salat berjamaah.
Tribun Pontianak :
Kondisi desa di Sambas pasca bapak menjabat seperti apa?
Atbah Romin Suhaili :
Alhamdulillah kita mendapat apresiasi dari tingkat nasional untuk indeks desa membangun yang dipakai aplikasi oleh Kementrian adalah aplikasi dari Kabupaten Sambas. Di Sambas sudah tidak ada lagi desa tertinggal dan sangat tertinggal, karena sejak awal kita dorong dinas terkait untuk menguprage status desa secara cepat, karena kita punya tim ahli dan tim yang menjadi pembimbing desa sehingga upragtingnya cepat.
Tribun Pontianak :
Bapak sudah puas dengan pencapaian itu?
Atbah Romin Suhaili :
Kita sebenarnya tidak boleh puas, tapi kita selalu bersyukur, karena dengan syukur nikmat akan ditambah. Daripada kita mengeluh, konsentrasi berkurang, ide-ide terhambat, dan akan menjadi tidak produktif. Dulu kita tidak pernah WTP, saya hattrick tiga bertahun-tahun WTP.
Tribun Pontianak :
Komunikasi selama ini dengan Gubernur dan Bupati daerah lain seperti apa?
Atbah Romin Suhaili :
Tentu kita fokus pada daerah kita, dalam banyak hal kita bisa belajar dari Bupati, Wali Klta wilayah lain, termasuk Gubernur, cuma karena kita tidak selalu berada di kantor dan selalu berada ditengah masyarakat sehingga setiap harinya selalu dibelasan titik untuk undangan masyarakat, seperti perkawinan, saya usahakan datang semuanya, jadi artinya kita fokus pada tengah-tengah masyarakat.
Tribun Pontianak :
Bagaimana mengatur waktu untuk anak dan istri?
Atbah Romin Suhaili :
Kami sudah terbiasa dengan pola jarang bertemu, tapi konsep dasar kita mendidik mengarahkan dan membimbang anak sudah teraarahkan kita sebagai orang tua dan anak sebagai anak, sudah terpola. Kita menanamkan basic bahwa anak harus menjadi penghafal quran, kita selalu menitipkan mereka kepada orang dan sekolah menjadi pilihan bersama, kesepakatan bersama istri.
Alhamdulillah anak-anak nurut, jadi tidak dicetak oleh lingkungannya atau suasana luar, jadi dicetak oleh kesepakatan orang tua. Walaupun memang kita jarang bertemu secara langsung, setahun paling dua atau tiga kali.
Tribun Pontianak :
Bagaimana mendidik dan mengontrol anak hafiz Quran?
Atbah Romin Suhaili :
Saya sebelum nikah memang cita-citanya lahirlah anak penghafal Al-Quran. Sehingga yang kita cari juga ibu yang memang peduli dengan Quran. Saya tidak pernah kenal dengan ibunya, kenalnya di malam pertama. Hehehe. Dan yang mendidik hafal Quran adalah ibunya, saat di TK sudah bisa tiga juz, dan terus meningkat. (*)
(Simak berita terbaru dari Pontianak)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pontianak/foto/bank/originals/pemimpin-redaksi-tribun-pontianak-safruddin-saat-berbincang-bersama-atbah-romin-suhaili.jpg)