POSISI HILAL 11 Mei 2021, BMKG Keluarkan Data Hilal Awal Bulan Syawal pada 11-12 Mei 2021
Data hilal awal bulan Syawal yang diprediksikan BMKG terjadi pada 11 Mei 2021 adalah Tinggi Hilal berkisar antara -5,61 derajat di Jayapura (Papua)
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Berikut adalah hasil data penghilatan hilal awal bulan Syawal 1442 Hijriah yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk 11-12 Mei 2021.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan konjungsi ijtimak awal bulan Syawal 1442 Hijriah terjadi sebelum matahari terbenam pada Rabu, 12 Mei 2021 Masehi.
Sebagai informasi, ijtimak adalah sebutan untuk konjungsi geosentris yakni peristiwa di mana Bumi dan Bulan berada di posisi bujur langit yang sama jika diamati dari Bumi, dan terjadi setiap 29,531 hari sekali (satu bulan sinodik).
Berdasarkan keterangan tertulis yang disampaikan oleh Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono mengatakan, pada hari tersebut, ijtimak akan terjadi mulai pukul 01.59 WIB, 02.59 WITA atau 03.59 WIT.
Wilayah yang paling awal mengalami konjungsi geosentris ini adalah di Merauke, Papu pada pukul 17.37 WIT, dan paling akhir adalah wilayah Sabang, Aceh pada pukul 18.46 WIB.
Baca juga: HASIL Sidang Isbat Penentuan 1 Syawal 1442 Hijriyah, Cek Link Streaming Hari Ini Selasa 11 Mei 2021
Berikut data hilal awal bulan Syawal 1442 Hijriah, 11-12 Mei 2021...
1. Data hilal tanggal 11 Mei 2021
Data hilal awal bulan Syawal yang diprediksikan BMKG terjadi pada 11 Mei 2021 adalah Tinggi Hilal berkisar antara -5,61 derajat di Jayapura (Papua) sampai dengan -4,37 derajat di Pelabuhan Ratu (Jawa Barat).
Elongasi berkisar antara 4,56 derajat di Banda Aceh, Aceh sampai dengan 5,87 derajat di Waris, Papua.
Umur Bulan berkisar antara -10,54 jam di Merauke, Papua sampai dengan -7,22 jam di Sabang, Aceh.
Lag berkisar antara -20,07 menit di Jayapura, Papua sampai dengan -15,19 menit di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Kecerlangan Bulan (Fraksi Iluminasi Bulan) Sabit Tua berkisar antara 0,16 persen di Banda Aceh, Aceh sampai dengan 0,26 persendi Waris.
Menurut data BMKG, objek benda langit yang dapat disangka sebagai hilal adalah Venus, berjarak sudut lebih kecil 5 derajat dari bulan.
2. Data hilal tanggal 12 Mei 2021
Sementara itu, data prediksi hilal pada hari Rabu tanggal 12 Mei 2021 adalah Tinggi Hilal berkisar antara 4,48 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 6.05 derajat di Sabang, Aceh.
Elongasi berkisar antara 5,31 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 6,74 derajatdi Sabang, Aceh.
Umur Bulan berkisar antara 13,45 jam di Merauke, Papua sampai dengan 16,78 jam di Sabang, Aceh.
Lag berkisar antara 22,57 menit di Merauke, Papua sampai dengan 29,50 menit di Sabang, Aceh.
Kecerlangan Bulan (Fraksi Iluminasi Bulan) berkisar antara 0,22 persen di Merauke, Papua sampai dengan 0,35 persen di Sabang, Aceh.
Objek Benda Langit yang dapat disangka sebagai hilal adalah Venus, berjarak sudut lebih kecil 5 derajat dari bulan.
Potensi terlihatnya hilal
Berdasarkan data hilal awal Syawal 1442 H di atas, dikarenakan posisi hilal minus (-), maka hilal tidak akan teramati pada tanggal 11 Mei 2021.
Sedangkan pada tanggal 12 Mei 2021 berdasarkan ilmu astronomi dan data rekor hilal terlihat oleh BMKG serta jika cuaca cerah (terutama di ufuk Barat), potensi sedang - besar hilal terlihat (teramati).
"Untuk mengawali bulan Syawal 1442 H, sebaiknya menunggu keputusan Menteri Agama Republik Indonesia yang akan diumumkan pada tanggal 11 Mei 2021 malam, setelah sidang isbat," tegas Rahmat.
Apa itu hilal?
Untuk menentukan awal bulan Ramadhan serta dua hari Idul Fitri, para ilmuwan dan pemuka agama Islam di dunia berkumpul untuk melihat hilal.
Diberitakan Sains Kompas.com edisi 22 April 2020, astronom amatir Marufin Sudibyo menjelaskan bahwa hilal adalah bulan sabit tertipis yang berkedudukan rendah di atas cakrawala langit barat, dan sudah diamati tepat selepas terbenamnya Matahari.
“Jadi terbenamnya Matahari menjadi patokan. Hilal menjadi penentu bagi awal bulan kalender Hijriyyah karena sifatnya," kata Marufin kepada Kompas.com.
"Bilamana pada senja hari hilal terlihat, maka di senja hari sebelumnya hilal tidak akan ada di atas cakrawala langit Barat karena Bulan memang tidak ada di sana,” paparnya.
Hilal dan Sabda Nabi SAW
Marufin menyebutkan bahwa melihat hilal dinyatakan secara tekstual dalam sabda Nabi SAW:
“Berpuasalah (dan berhari raya) karena melihat hilal. Jika tidak terlihat maka genapkanlah.”
Dengan landasan itu, maka rukyatul hilal (observasi hilal) dipahami sebagai ibadah.
Selain menentukan awal bulan kalender Hijriyyah, hilal juga menentukan awal dua hari raya.
“Meski di sini ada sedikit perbedaan. Lembaga seperti Nahdatul Ulama berpedoman seluruh awal bulan kalender Hijriyyah harus ditentukan oleh terlihat atau tidaknya hilal, maka rukyatul hilal (observasi hilal) digelar setiap awal bulan,” papar Marufin.
Sementara itu, lembaga yang lain berpedoman rukyatul hilal cukup dilakukan hanya pada awal Ramadhan dan dua hari raya.
Pada bulan-bulan kalender Hijriyyah lainnya, ditetapkan berdasarkan hisab (perhitungan numerik-astronomik) yang bersandar pada sebuah kriteria yang memuat parameter-parameter minimal posisi Bulan.
“Sementara lembaga seperti Muhammadiyah berpedoman, seluruh awal bulan kalender Hijriyyah ditetapkan dengan cara hisab berdasarkan kriteria tertentu saja,” tambahnya.
Sudah dilakukan sejak 26 abad silam
Marufin menyebutkan dari segi saintifik, aktivitas melihat hilal sudah bermula sejak 26 abad silam.
Tepatnya dari masa Babilonia Baru di tanah Mesopotamia.
Sepanjang sejarah peradaban manusia, cukup banyak kalender yang berbasiskan pada perubahan fase atau wajah Bulan di langit dengan awal bulan kalendernya bertumpu pada terlihatnya hilal.
“Selain peradaban Islam dan Babilonia, aktivitas melihat hilal juga dilakukan oleh peradaban China juga kelompok-kelompok Nasrani khususnya sebelum penetapan penggunaan kalender Matahari oleh Julius Caesar pada tahun 46 SM,” ungkap Marufin.
Selain itu, aktivitas melihat hilal juga dilakukan oleh peradaban Yahudi, peradaban Amerika (Aztec, Indian, Inca, dan lain-lain) serta peradaban Aborigin di Australia.
“Namun rukyatul hilal modern dalam peradaban Islam sebenarnya baru bermula dalam kurang dari 4 dasawarsa terakhir,” imbuhnya.
Pada saat ini, sekitar sepertiga dari seluruh populasi umat manusia modern mendasarkan sebagian aktivitasnya pada kalender berbasis fase bulan. Khususnya dari aspek agama dan budaya.
Marufin mengatakan, metode rukyatul hilal diaplikasikan di seluruh dunia.
Meski batasan penggunaannya sangat tergantung pada kebijakan masing-masing negara, baik negara Islam maupun berpenduduk mayoritas muslim.
“Kebijakan itu bergantung pada konsepsi fikih wilayatul hukmi, yang menempatkan satu negara atau beberapa negara dalam satu regional yang sama, sebagai satu kesatuan wilayah hukum,” jelasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BMKG Keluarkan Data Hilal Awal Bulan Syawal pada 11-12 Mei 2021", dan "Mengenal Hilal, Penentu Awal Bulan Ramadhan dan Sabda Nabi SAW"