Makna Indah Filosofi Ketupat, Ciri Khas Lebaran yang Selalu Ada Saat Hari Raya

Di balik kesederhanaan ketupat pada perayaan Lebaran, terkandung makna filosofi yang begitu indah di dalamnya.

wikipedia
Ketupat, di balik kesederhanaan ketupat pada perayaan Lebaran, terkandung makna filosofi yang begitu indah di dalamnya. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID- Perayaan Hari Raya Lebaran terasa kurang lengkap bila tidak ada sepiring ketupat.

Ketupat bisa dikatakan sudah melekat dengan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia.

Di balik kesederhanaan ketupat pada perayaan Lebaran, terkandung makna filosofi yang begitu indah di dalamnya.

Ketupat menjadi pengingat makna dari Hari Raya Idul Fitri bagi yang menyantapnya.

Baca juga: TIPS dan Cara Bikin Ketupat Khas Lebaran Pulen dan Tahan Lama Tidak Cepat Basi ala Chef Hotel

Sejarawan Universitas Padjadjaran Bandung Fadly Rahman menjelaskan bahwa menurut cerita rakyat, ketupat berasal dari masa hidup Sunan Kalijaga, tepatnya masa syiar Islamnya pada abad ke-15 hingga ke-16.

"Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai ke-Islaman," Fadly Rahman yang juga menulis buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia, mengutip berita Kompas.com.

Menurut Fadly Rahman, ketupat mewakili dua simbolisasi yakni ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan, dan laku papat atau empat laku yang juga tercermin dari wujud empat sisi dari ketupat.

Empat laku atau sisi dari ketupat bukan hanya karena bentuknya segi empat saja, tapi ada empat makna di baliknya.

Baca juga: Cara Memasak Ketupat Agar Tahan Lama di Hari Raya Idul Fitri 2021, Bisa Tahan hingga 3 Hari Lebih

Empat laku ketupat

1. Lebaran (kata dasar lebar) berarti pintu ampun yang dibuka lebar terhadap kesalahan orang lain.

2. Luberan (kata dasar luber) berarti melimpahi, memberi sedekah pada orang yang membutuhkan.

3. Leburan (kata dasar lebur) berarti melebur dosa yang dilalui selama satu tahun.

4. Laburan (kata lain kapur) yakni menyucikan diri, putih kembali layaknya bayi.

Sementara itu, hidangan pendamping ketupat juga memiliki arti tersendiri.

Fadly mengatakan bahwa hidangan tersebut merupakan perwakilan lengkap asimilasi kuliner Nusantara yang terpengaruh dari berbagai budaya luar.

Contohnya kuah kari, sajian yang memiliki pengaruh kuat dari kuliner India. Ada juga gulai punya pengaruh dari Arab.

Baca juga: CARA Membuat Ketupat dan Merebus Ketupat Agar Tahan Lama

Lalu ada balado, kuliner yang memiliki pengaruh dari Portugis,sedangkan semur dan kue kering pengaruh dari Eropa terutama Belanda. Bahkan manisan merupakan pengaruh dari China.

Tradisi lebaran lainnya seperti memberikan bingkisan dan hantaran jajanan sudah diterapkan dari zaman dahulu, dilakukan oleh mayarakat multikultural di Indonesia.

Tradisi tersebut akhirnya mengakar hingga saat ini dan menjunjung tinggi toleransi di Tanah Air.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved