Ramadhan 2021

Hari Ini Malam Nuzulul Quran 17 Ramadhan, Ini Doa dan Amalan yang Bisa Dilakukan

Hari Ini Malam Nuzulul Quran 17 Ramadhan, Ini Doa dan Amalan yang Bisa Dilakukan

Editor: Nasaruddin
Photo by Majdi Fathi/NurPhoto
Anak-anak di Palestina, sedang membaca Al Quran di Kota Gaza, Rabu 15 April 2021. Momen turunnya Al Quran pada 17 Ramadhan diperingati sebagai malam Nuzulul Quran. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Malam Nuzulul Quran adalah malam turunnya Al Quran yang terjadi pada 17 Ramadhan.

Untuk tahun Ramadhan 2021, malam Nuzulul Quran bertepatan dengan hari Rabu 28 April 2021 malam ini.

Ada banyak sekali amalan yang bisa dilakukan di malam Nuzulul Quran.

Menurut penjelasan sahabat Huzaifah RA tentang pengalaman beliau ketika salat tarawih bersama Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW mengulangi membaca Al Quran dari surat pertama, Al Fatihah, Al Baqarah hingga selesai.

“Pada suatu malam di bulan Ramadhan, aku shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam bilik yang terbuat dari pelepah kurma. Beliau memulai salatnya dengan membaca takbir, selanjutnya beliau membaca doa"

Cara Melihat Tanda Malam Lailatul Qadar Menurut Imam Al-Ghazali

الله أكبر ذُو الجَبَرُوت وَالْمَلَكُوتِ ، وَذُو الكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ

"Selanjutnya beliau mulai membaca surat Al Baqarah, sayapun mengira bahwa beliau akan berhenti pada ayat ke-100, ternyata beliau terus membaca. Sayapun kembali mengira: beliau akan berhenti pada ayat ke-200, ternyata beliau terus membaca hingga akhir Al Baqarah, dan terus menyambungnya dengan surat Ali Imran hingga akhir."

Kemudian beliau menyambungnya lagi dengan surat An Nisa’ sampai akhir surat. Setiap kali beliau melewati ayat yang mengandung hal-hal yang menakutkan, beliau berhenti sejenak untuk berdoa memohon perlindungan.

Selesai salat Isya pada awal malam samai akhir malam, Bilal memberi tahu beliau bahwa waktu salat subuh telah tiba beliau hanya salat 4 rakaat.” (Riwayat Ahmad, dan Al Hakim)

Baca juga: Kapan Lebaran 2021 Hasil Sidang Isbat? Idul Fitri 1 Syawal 1442 H Menurut Muhammadiyah 13 Mei 2021

Demikianlah cara Rasulullah SAW memperingati turunnya Al Quran pada bulan Ramadhan.

Amalan pada Malam Nuzulul Quran

Selain membaca doa, ada deretan amalan yang bisa dilakukan untuk menghidupkan Malam Nuzulul Quran.

Berikut amalan-amalan yang bisa dilakukan:

1. Iktikaf

Iktikaf merupakan satu amalanyang dapat dilaksanakan di malam Nuzulul Quran.

Iktikafadalah berdiam di masjid dengan syarat tertentu dan berniat ibadah semata-mata hanya untuk Allah SWT.

Hal ini dilakukan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dan mendapatkan pahala dan ampunanNya.

Ada berbagai syarat untuk melakukan iktikaf, seperti beragama Islam, baligh, dan memiliki niat untuk iktikaf.

Selain itu, iktikaf juga harus dilakukan di masjid, baik masjid Jami' maupun masjid biasa.

Baca juga: Apa Itu Lailatul Qadar? dan Segala Keutamaannya Diampuni Segala Dosa dan Dikabulkannya Doa

2. Salat malam

Membangun dan memperbanyak salat malam juga merupakan salah satu amalan di malam Nuzulul Quram.

Untuk melakukan salat malam, kita dianjurkan untuk tidur terlebih dahulu setelah melakukan salat tarawih.

Kemudian salat malam dilakukan saat menjelang sahur.

Dengan melakukan salat malam, maka akan mendekatkan diri dengan Allah SWT dan mendapatkan pahala dan ampunannya.

Baca juga: Lafadz DOA Qunut Ramadhan Mulai Malam 15 Ramadhan 2021, Perbedaan Doa Qunut Subuh, Nazila & Ramadan

3. Berdzikir dan berdoa

Amalan Nuzulul Quran lainnya yang bisa dilakukan dengan mudah dan ringan adalah berdzikir dan berdoa.

Dengan melakukan dzikir dan doa, maka kita akan senantiasa ingat kepada Allah SWT dan mendapatkan perlindungannya.

Selain itu, berdzikir dan berdoa juga bisa membuat kita lebih menghayati pentingnya Nuzulul Quran.

Sejarah Nuzulul Quran

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di Gua Hira pada usia 40 tahun.

Saat itu, wahyu yang pertama turun adalah Al Quran Surah Al-'Alaq ayat 1 sampai 5.

Peristiwa turunnya Al Quran ke bumi ini terjadi pada tanggal 17 bulan Ramadhan.

Momen ini kemudian diabadikan dengan Nuzulul Quran atau waktu turunnya Al Quran yang diperingati dengan berbagai kegiatan seperti ceramah agama dan tadarus.

Kembali ke kisah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di Gua Hira.

Peritiwa turunnya Alquran ini melalui perantara Malaikat Jibril.

Saat itu Nabi Muhammad S.A.W, berkhalwat di Gua Hira, Jabal Nur.

Gua Hira berjarak kurang lebih 6 kilometer dari Mekkah.

Nabi Muhammad SAW Menyepi Goa Hira

Mengutip satujam.com dari Tribun Lampung, sejarah turunnya Al Quran ketika Nabi Muhammad S.A.W meminta izin istrinya, Khadijah untuk merenung dan mengasingkan diri.

Keinginan Nabi Muhammad ini sudah diatur oleh Allah SWT. Khadijah lalu memberi bekal air dan roti gandum.

Tempat yang dituju Nabi Muhammad untuk merenung adalah Gua Hira.

Gua ini terletak di Jabal Nur berjarak kurang lebih 2 mil dari Mekah (Jabal al Nour - جبل النور , The Mountain of Light).

Dari terjemahan bebas, Jabal artinya gunung sementara Nur adalah cahaya.

Gua Hira merupakan gua kecil berukuran 4 hasta dan lebar 1,75 hasta.

Nabi Muhammad tinggal di dalam gua selama sebulan penuh di bulan Ramadhan.

Ketika berada di gua, Rasul melakukan ibadah dan merenungkan fenomena alam dan mahakuasa penciptaan yang menyertainya.

Kemudian Malaikat Jibril turun membawa wahyu.

Allah SWT memilih menurunkan wahyunya kepada Nabi Muhammad SAW di usia 40 tahun, ada alasannya.

Usia 40 tahun merupakan puncak kematangan jiwa manusia.

Ketika Rasul genap berusia 40 tahun, tanda kenabian mulai jelas.

Di antaranya, bebatuan di Mekkah menghaturkan salam kepada beliau.

Beliau juga mengalami ru’yah shiddiqah (mimpi hakiki). Mimpi ini tampak begitu nyata, sejelas terangnya waktu fajar.

Mimpi ini sempat dituturkan Aisyah dalam hadits berikut ini yang artinya:

“Turunnya wahyu kepada Rasulullah diawali dengan ru’yah shidiqah (mimpi hakiki) dalam tidur.

Beliau bermimpi sangat jelas, sejelas terangnya waktu fajar. Kemudian beliau mulai suka mengasingkan diri. Beliau biasa mengasingkan diri di Gua Hira.

Beliau ber-tahannuts (beribadah) di dalamnya gua. Kemudian beberapa malam lalu pulang kepada keluarganya karena harus berbekal untuk tinggal di sana.

Khadijah memberi bekal untuk keperluan yang sama, sampai turunlah wahyu ketika Rasul beada di Gua Hira.

Malaikat Jibril datang dan berkata ‘Bacalah!’ Beliau menjawab, ‘Aku tidak bisa membaca’.

Rasulullah mengisahkan, “Malaikat Jibril memegangku dan mendekapku sampai aku merasa begitu payah, lalu dia melepaskanku.

Lalu Dia berkata lagi, ‘Bacalah!’ Aku menjawab, Aku tidak bisa membaca.

Malaikat Jibril kemudian memegangku dan mendekapku untuk ketiga kalinya. Sampai aku merasa begitu payah, kemudian dia melepaskan aku.

Kini ia membaca:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ 

Iqra' bismirobbikalladzi kholaq

"Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan.

خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ

Kholakol insaanaa min 'alaq

"Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah"

اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ

Iqra' warobbukal Aqrom

"Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah"

الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ 

Alladzi 'allama bil qolam

"Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam"

عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ 

'Allamal insaana maa lam ya'lam

"Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya"

Wahyu yang pertama kali turun adalah Surat Al Alaq ayat 1-5.

Setelah turunnya ayat, Nabi Muhammad pulang dalam keadaan menggigil ketakutan.

Muhammad pulang membawa wahyu itu dengan ketakutan.

Beliau mencari Khadijah binti Khuwailid dan berkata, “Selimuti aku! Selimuti aku!” Khadijah menyelimutinya sampai reda rasa takutnya.

Lalu Muhammad bertanya tak mengerti, “Apa yang terjadi padaku?” Beliau menceritakan semuanya kepada istri tercintanya.

“Aku betul-betul khawatir akan keselamatan diriku,” ujar beliau menutup cerita.

Khadijah menenangkannya, “Sekali-kali tidak. Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Engkau orang yang suka menyambung silaturrahim, memikul beban orang yang susah, memberi piutang kepada yang membutuhkan, memuliakan tamu, dan membela kebenaran.”

Ketika Nabi Muhammad diselimuti Khadijah, Malaikat Jibril juga memberikan wahyunya dalam surat Al Muddatsir ayat 1 sampai 7:

1. Hai orang yang berkemul (berselimut), يٰٓاَيُّهَا الْمُدَّثِّرُۙ

Yaa Ayyuhal Mudatssir

2. bangunlah, lalu berilah peringatan! قُمْ فَاَنْذِرْۖ

Kum Fa Anzir

3. dan Tuhanmu agungkanlah! وَرَبَّكَ فَكَبِّرْۖ 

Wa Rabbaka Fakabbir

4. dan pakaianmu bersihkanlah, وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْۖ 

Wa Tsiyaabaka fatohhir

5. dan perbuatan dosa tinggalkanlah, وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْۖ 

Warrujza Fahjur

6. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُۖ

Wa laa tamnun tas taksir

7. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah, وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْۗ 

Wa li robbika fashbir

Mengenal Gua Hira

Goa Hira adalah gua yang berada di sebuah gunung bernama Jabal An Nur.

Letak Goa Hira hanya berjarak sekitar lima kilometer dari Masjidil Haram.

Tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama Gua Hira dulunya merupakan tempat Nabi Muhammad SAW menyepi.

Di sinilah Rasulullah SAW diangkat menjadi nabi pada usia 40 tahun bersamaan dengan turunnya wahyu pertama, yakni Surah Al Alaq ayat 1-5 melalui Malaikat Jibril.

Kini Goa Hira menjadi situs peninggalan penting yang banyak dikunjungi para peziarah.

Memang gua ini bukanlah bagian dari ibadah haji atau umrah.

Namun jarak dekat dengan Mekkah membuatnya menarik untuk dikunjungi mereka yang sedang berhaji atau umrah.

Lokasi gua yang berada di atas Gunung Jabal An Nur membuat pengunjung harus mempersiapkan stamina jika ingin ke sana.

Ada lebih dari 1.000 anak tangga yang harus ditapaki untuk sampai di sebuah gua terpencil.

Sepanjang jalan, ada banyak penjual yang menjajakan air kemasan, makanan ringan, hingga teh kepada para peziarah.

Mereka yang lelah mendaki bisa beristirahat sembari makan dan minum.

Setibanya di puncak bukit, pemandangan ke arah Kota Mekkah akan terlihat sangat jelas.

Panorama ini berbeda dengan apa yang dilihat Nabi Muhammad SAW, berupa bentang terbuka nan sepi dan tak berujung.

Kini Kota Mekkah sangat megah dengan bangunan tinggi.

Kini kawasan Goa Hira dan Jabal An Nur juga telah diawasi oleh pejabat setempat.

Salah satu pengawasan ditujukan untuk menjaga kawasan itu agar tidak ada yang memuliakan apa pun selain Allah di sana.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved