Airlangga Diminta Nyapres, Pengamat : Bukan Dinamika yang Remeh
Kader Golkar, dinilai Ireng tentu dengan sumber daya yang ada dan mesin politik akan bisa memaksimalkan hal yang ada guna mencapai tujuan yang diingin
Penulis: Chris Hamonangan Pery Pardede | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pengamat Politik Kalbar, Ireng Maulana, MA menilai jika permintaan kader untuk Airlangga Hartarto maju sebagai Capres dari Partai Golkar bukan dinamika yang remeh.
Kader Golkar, dinilai Ireng tentu dengan sumber daya yang ada dan mesin politik akan bisa memaksimalkan hal yang ada guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Berikut penuturannya.
Aspirasi dari daerah yang menginginkan Ketum Golkar Airlangga Hartarto untuk maju sebagai kandidat calon Presiden pada pemilu mendatang sebagai pandangan yang rasional dan relevan.
Membela kandidat dari dalam tubuh organisasi sendiri akan memberikan dorongan psikologis yang kuat bagi para kader untuk melakukan kerja politik sungguh-sungguh. Partai tidak akan rugi karena berdampak langsung kepada performa partai.
Baca juga: Menko Airlangga Beberkan Trafik Internet Melonjak Sebesar 15-20 Persen
Kepercayaan semua warga Golkar akan ikut terkonsilidasi dengan sendirinya. Golkar kita kenal sebagai partai yang tangguh dalam masa kritis perpindahan kekuasaan orde baru ke era reformasi, maupun dalam dinamika pasang surut perpolitikan di tanah air.
Golkar memiliki semua peralatan politik yang diperlukan untuk serius mengurusi kader mereka yang akan maju dalam kontestasi elektoral sebesar pilpres.
Kesiapan Golkar sebagai organisasi lebih daripada siap untuk meletakkan Ketum mereka sebagai calon presiden.
Kompetisi elektoral tentu bukan dinamika yang remeh dan memerlukan kemampuan teknis dan non teknis dalam menghadapinya.
Namun Golkar dapat menunjukkan kelasnya sebagai salah satu aktor politik arus utama yang akan mampu leading dalam politik kekuasaan dan tidak lagi harus mengekor kepada kepentingan entitas politik kekuasaan lainnya dalam menentukan sikap politiknya untuk kompetisi elektoral. (*)