Api Semangat Keguruan Persekolahan Asisi di Era Kebiasaan Baru
Ditemani para pengurus Yayasan Karya Sosial Pancur Kasih, refleksi bersama itu merupakan peristiwa penting bagi perjalanan persekolahan ini.
Penulis: Stefanus Akim | Editor: Stefanus Akim
Citizen Reporter
Oleh: Giring Malabo | Pengurus Yayasan Pancur Kasih
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ditingkah semilir angin, suasana baseman gedung B SMP dan SMA St Fransiskus Asisi, Pontianak, Kamis siang, 25 Maret 2021, dipenuhi obrolan belasan guru. Ada dua Kepsek, para Wakepsek, guru BK, dan panitia PPDB 2021/2022.
Ditemani para pengurus Yayasan Karya Sosial Pancur Kasih, refleksi bersama itu merupakan peristiwa penting bagi perjalanan persekolahan ini. Tuntutan adaptasi tatanan/kebiasaan baru tahun 2021 ini bertepatan dengan persekolahan ini memasuki usia ke-40 tahun.
Ansilla Twiseda Mecer, Direktur Yayasan Karya Sosial Pancur Kasih, mengatakan, meski wajib penuhi tuntutan adaptasi kebiasaan baru, kita patut bersyukur terlebih semua kita sekarang ini sehat.
"Yang terpenting adalah semangat dan tanggungjawab keguruan kita demi memanusiakan manusia melalui persekolahan ini tidak turun," katanya dalam refleksi setengah hari itu.
Ansilla Twiseda Mecer, menandaskan, gagasan-gagasan cerdas dari kita semua, harus mencakup jangka waktu saat ini dan ke depannya. "Bahkan kita mesti turut bertanggungjawab juga terhadap keselamatan seluruh warga di lingkungan persekolahan ini. Itulah mengapa kita terus berusaha memenuhi pengadaan APD sesuai anjuran protokol kesehatan di kompleks ini," imbuh Ansilla Twiseda Mecer.
Seluruh sekolah di Pontianak khususnya, dan daerah-daerah lain di Kalbar terus berusaha memenuhi standar protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 di lingkungan sekolahnya. Geliat itu bangkit terlebih Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sempat mengumumkan peluang dibukanya pembelajaran tatap muka bagi daerah yang masuk zona hijau belum lama ini. Akan tetapi, walaupun pembelajaran tatap muka di SMA/sederajat di Pontianak sempat berlangsung satu minggu, kini kembali dihentikan karena puluhan guru terpapar covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Kalbar, Harisson, menyebutkan sebanyak 662 guru SMA/sederajat di Pontianak yang di-swab. 456 orang hasilnya sudah keluar dan menunjukkan 35 orang positif Covid-19. Atas pertimbangan itulah, Gubernur Kalbar, Sutarmidji kembali menghentikan pembelajaran tatap muka yang sempat berlangsung selama satu pekan.
Api Semangat Keguruan
Era kini memerlukan semangat keguruan yang lebih dari sekadar di era normal. Optimisme ini diutarakan Priyono Pasti, Kepsek SMP St Fransiskus Asisi. Kolomnis beberpa koran di Pontianak ini juga mengatakan, semangat keguruan kita selaku pendidik, terlebih di sekolah yang berciri khas Katolik dan St Fransiskus Asisi sebagai pelindung spiritualnya ini, tak boleh surut. Apalagi jika hanya tantangan pembelajaran yang menggunakan IT.
"Pembelajaran dengan sistem daring justru mengasyikkan. Mudah-mudahan pembelajaran tatap muka bisa dimulai Juli tahun ini," harap Priyono Pasti.
Senada dengan itu, Vandrektus Derek, Ketua Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru 2021/2022, mengatakan, kita senang sekali karena di komplek SMP dan SMA St Fransiskus Asisi, Siantan ini telah disiapkan APD.
"Wastafel dan perlengkapan cuci tangan, thermo gun, poster-poster imbauan protokol kesehatan, hingga Tim ICT telah diadakan sejak 2020. Ini untuk mendukung proses pembelajaran daring bagi guru-guru dan peserta didik," kata Vandrektus Derek.
Guru-guru Asisi memberikan pembelajaran dari komplek persekolahan secara daring. Meski komplek sepi dari kehadiran siswa, mereka tetap aktif, antusias menyapa dan mengajar secara daring.
Kepsek SMA Asisi, Georgius, mengatakan sebagai tenaga pendidik, api semangat keguruan pada diri kita masing-masing tetap menyala-nyala. "Kita semakin antusias, semangat keguruan semakin kuat. Apalagi sekolah kita ini telah mendapat penilaian yang bagus dari Disdikbud Pontianak dan Gugus Covid-19 Siantan Tengah, saat mengunjungi persekolahan Asisi ini minggu lalu," jelas Kepsek SMA Asisi, Georgius.
Pilihan menjadi guru adalah niat mulia. Di persekolahan Asisi, Pontianak yang memiliki asrama putri itu, pendidikan dilandaskan pada semangat pembebasan dan pemberdayaan dalam kasih persaudaraan. Ada tujuh nilai inti Pancur Kasih yang diintegrasikan dengan spiritualitas St Fransiskusi Asisi.
Ketujuh nilai itu terdiri dari nilai kemanusiaan, kebersamaan, kesetiaan, kebijaksanaan, kedaulatan, kelestarian dan kearifan lokal. Sekolah dengan sejumlah prestasi dalam seni musik tradisi ini juga sejak lama melakukan pembelajaran pendidikan CU Gerakan, dan pendidikan multikultur. Asisi, layak sebagai ajang kreasi dan solusi.*