40 Guru dan 11 Siswa SMA Positif Pasca Pembelajaran Tatap Muka, Orangtua Khawatir Klaster Sekolah
Harap guru dan siswa diswab dan diawasi protokol kesehatan Covid-19 di sekolah karena kesehatan enggak ada harganya
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pada Senin 8 Maret 2021 siswa SD dan SMP di Kota Pontianak kembali menjalani PTM. Berdasarkan data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pontianak, PTM terus diperluas hingga 28 SMP negeri dan 36 SD.
Orangtua siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Pontianak berharap Dinas Kesehatan Kota Pontianak segera melakukan swab terhadap guru dan rapid test antigen terhadap siswa yang telah menjalani Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang sudah berlangsung selama dua pekan sejak 22 Februari 2021.
Meski menerapkan protokol kesehatan (Prokes) secara ketat, orangtua mengaku khawatir terjadi kasus klaster sekolah seperti tingkat sekolah menengah atas (SMA) di Kota Pontianak pasca menjalani PTM.
"Ada rasa khawatir, karena situasi ini kan kita enggak tahu positif Covid-19 atau enggak kalau enggak diswab," kata H Supadi, satu di antara orangtua siswa SD Islam Al-Azhar 21 Pontianak kepada Tribun, Senin 8 Maret 2021.
Diakuinya, belajar secara online kurang efektif terhadap anak lantaran terdapat beberapa faktor, salah satunya terjadi gangguan sinyal internet.
"Saya ada rasa sangat sedih, karena pada umumnya kalau anak di rumah main HP di kamar. Main HP kan bergantung pada kesehatan. Kita susah juga mengawasi, karena kalau belajar online orangtua sibuk. Apalagi kalau enggak ada HP," ujarnya.
Namun demikian, ia memastikan kesehatan sang anak merupakan hal yang utama untuk terjaga.
"Sangat khawatir. Harap guru dan siswa diswab dan diawasi protokol kesehatan Covid-19 di sekolah karena kesehatan enggak ada harganya," tambahnya.
Sejauh ini ia menilai, penerapan protokol kesehatan Covid-19 di SD Al Azhar sudah baik dan disiplin. Agar siswa dan guru lebih aman, ia berharap digelar swab sebagai bahan evaluasi.
Harapan sama juga disampaiakn orangtua siswa SMPN 07 Pontianak, Muhammad Fauzi.
"Kita berharap semua perangkat yang ada di sekolah itu, baik guru ataupun petugas keamanan atau bagian tata usahanya yang beraktivitas di masing-masing sekolah harus dilakukan swab PCR untuk memastikan bahwa guru atau semua yanga ada di sekolah dipastikan tidak terpapar Covid-19," jelas Fauzi.
Fauzi mengungkapkan, pada situasi dan kondisi seperti ini, sebagai orangtua siswa dirinya sangat was-was. Di sisi lain, kata Fauzi, sudah terlalu lama anak-anak menjalani pembelajaran secara online. Ia khawatir berdampak psikologis kepada anak dalan dunia pendidikan.
"Namun demikian, kita tidak mau mengorbankan kesehatan anak. Apalagi sampai terpapar Covid-19. Maka kita berharap keseriusan Pemerintah Kota Pontianak supaya semua yang ada keterkaitan dengan sekolah dilakukan swab," ungkapnya.
Bahkan tidak hanya itu, ia juga menyarankan agar prioritas vaksinasi kepada guru. "Untuk memastikan keamanan dan kenyamanan, maka guru itu diprioritaskan diberikan vaksin, terus juga anak-anak didik dan semua murid yang melakukan aktivitas PTM harus dilakukan swab sehingga rasa aman bagi kita orangtua itu terjamin," pungkasnya.
Kepala SD Islam Al-Azhar 21 Pontianak Anika Ekasari mengatakan, pihaknya sejak Desember 2020 sudah mempersiapkan semua fasilitas untuk melaksanakan PTM. Hingga pada 5 Februari 2021 SD Islam Al-Azhar 21 Pontianak mendapatkan izin dari Disdikbud Kota Pontianak dan surat izin dari Yayasan Kejayaan Islam Khatulistiwa pada 26 Februari 2021 untuk melakukan belajar tatap muka.
Ia mengatakan, dari jumlah siswa kelas 6 SD Islam Al-Azhar 21 Pontianak sebanyak 102 sekitar 60 siswa yang melakukan belajar tatap muka atau sekitar 65 persen. Siswa yang melakukan PTM tersebut, lanjutnya memang yang mendapatkan izin dari orangtuanya.
"Yang tidak menyetujui tetap dilakukan secara daring. Jadi yang belajar tatap muka ini memang siswa yang dapat izin dari orang tua," ungkapnya.
Pada PTM di Al-Azhar ini dibagi empat kelompok, dalam satu kelompok maksimal 18 siswa.Yang mana pada proses belajar mengajar guru di kelas dilakukan secara tatap muka dan sekaligus di koneksikan secara online dengan siswa yang tidak mendapatkan izin dari orangtua.
Ia mengaku, memang sebelum dilakukan PTM ini guru dan siswa memang tidak dilakukan swab. Akan tetapi, diungkapkannya protokol kesehatan dilakukan secara ketat.
"Guru dan siswa memang sebelumnya PTM ini tidak dilakukan swab, tapi protokol kesehatan secara ketat, harus masuk dalam keadaan sehat dengan kondisi suhu tubuh maksimal 37.3 dan setiap siswa yang masuk kelas kita catat, serta kita menjaga jarak dengan katat mulai dari jalan mau masuk kelas hingga dalam kelas," ungkapnya.
Dari hasil monitoring Disdikbud Kota Pontianak, kata Eka, Al-Azhar memang layak untuk melaksanakan PTM sesuai dengan fasilitatas yang tersedia.
"Semua fasilitas sudah kami siapkan sejak Desember 2020 dan dari hasil monitoring dari Disdikbud, SD Al-Azhar dinyatakan sudah siap dalam melakukan PTM, untuk itu kami berani melakukan PTM. Kita juga bekerja sama dengan Puskesmas dalam pengawasan," ungkapnya.
Belum Swab
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak Sidiq Handanu mengatakan, PTM di Kota Pontianak hingga saat ini masih berupa simulasi. Simulasi ini yang menjadi pertimbangan guru dan siswa belum dilakukan swab.
Menurutnya, swab akan dilakukan jika memang guru atau siswa memiliki tanda-tanda atau gejala Covid-19. "PTM di Pontianak masih tahap simulasi, dengan menerapkan Prokes yang ketat. Kalau tidak ada indikasi, swab tidak kita lakukan," ungkap Handanu, Senin 8 Maret 2021.
Selain alasan tersebut, Handanu juga menyampaikan, bahwa yang mengikuti PTM masih belum terlalu ramai, sehingga masih bisa dilakukan pengawasan secara ketat terhadap protokol kesehatan.
Pengawasan tersebut dilakukan oleh Satgas Covid-19 yang memang di setiap sekolah sudah ada. "Sehingga dipastikan aman pelaksanaan belajar tatap muka," ungkapnya.
Desakan agar digelar swab disampaikan Wakil Ketua Komisi V DPRD Provinsi Kalbar Tony Kurniadi. Ia menilai, pembelajaran tatap muka hanya bisa dilaksanakan jika pandemi Covid-19 berakhir dan seluruh masyarakat Indonesia telah divaksin.
Hal ini, kata dia, agar mencegah adanya klaster baru dan juga keselamatan bagi murid yang bersekolah.
"Saya dari awal konsisten dengan statmen yang saya sampaikan, bahwa saya beranggapan jika sekolah tatap muka di buka menurut saya ada dua syarat yang mesti terpenuhi, yakni pandemi sudah berakhir dan semua masyarakat sudah divaksin sehingga terciptanya herd immunity," kata Tony, Senin.
"Dilematisnya memang saya melihat animo masyarakat yakni orangtua siswa bertanya terkait sekolah tatap muka, hal yang wajar, lumrah, namun kita sebagai pemerintah menurut hemmat saya bagaimanapun keselamatan menjadi yang utama dari kepentingan apapun," tambahnya.
Menurut politisi PAN ini, pelaksanaan pembelajaran tatap muka memang tidak bisa dipaksakan karena akan membuat cemas orangtua murid.
"Kalau tidak ada syarat dari yang saya sebutkan, yakni pandemi berakhir dan semua sudah divaksin, tatap muka memang tidak bisa kita paksakan, karena jika dipaksakan akan terjadi perasaan was-was baik murid maupun orang tuanya," katanya.
Maka dari itu, legislator dapil Sambas ini berharap seluruh elemen terutama orangtua murid dapat bersabar.
"Memang pada kondisi sekarang kita mesti ada kesabaran tingkat tinggi, perlu banyak bersabar karena faktanya pandemi masih berlangsung, sementara mengenai zona covid sangat fluktuatif, tidak bisa dijadikan faktor utama," timpal dia.
"Tentu kita juga berharap agar dilindungi oleh Allah SWT dan terus berdoa agar pandemi ini berakhir, namun untuk tatap muka menurut saya harus dikaji lagi," tutup Tony.
40 Guru dan 11 Siswa Positif
Kekhawatiran orangtua siswa SD dan SMP bukan tanpa alasan. Pasalnya terdapat 40 guru dan 11 siswa SMA di Pontianak yang dinyatakan positif Covid-19 setelah menjalani PTM selama sepekan.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar menggelar swab terhadap guru dan siswa SMA sebagai langkah evaluasi pelaksanaan PTM.
Total guru SMA di Pontianak yang telah diswab PCR mencapai 728 orang dan siswa yang menjalani rapid test antigen mencapai 175 orang.
Dari 728 sampel guru telah keluar hasil sebanyak 540 sampel dan 40 orang guru dinyatakan positif (7,41 persen) dan 500 orang guru negatif Covid-19. Sedangkan hasil rapid antigen siswa dari 175 orang siswa sebanyak 11 orang positif covid-19 dengan persentasi positif 6,75 persen dan 152 negatif (93,25 persen).
Atas kasus ini Gubernur Kalbar Sutarmidji menutup PTM tingkat SMA/SMK se-Kalbar hingga batas waktu yang belum ditentukan. Ia tak ingin mengambil risiko yang membahayakan para guru dan siswa.
“Saya tidak ambil risiko beberapa sekolah yang kita jadikan sampel ternyata hasil PCR gurunya hampir disemua sekolah ada yang positif. Malah ada yang muridnya tidak ada yang positif,” ujar Sutarmidji.
Dikatakannya, jumlah ditemukan kasus positif terhadap guru cukup banyak. Apabila guru tidak bisa disiplin maka akan berisiko saat belajar tatap muka.