Citizen Reporter
Masyarakat Kalbar Menghadapi Tantangan untuk Membatinkan Semangat Pancasila
Maria Goreti sebagai anggota Bansos (Badan Sosoalisasi Empat Pilar) MPR tidak henti-hentinya mengajak masyarakat untuk menggali, membatinkan, dan mela
Citizen Reporter
Thomas Diman, Staf
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Maria Goreti sebagai anggota Bansos (Badan Sosoalisasi Empat Pilar) MPR tidak henti-hentinya mengajak masyarakat untuk menggali, membatinkan, dan melaksanakan semangat hidup berpancasila.
Belum lama ini juga telah diadakan kegiatan yang sama di Aula Paroki Stella Maris Siantan, Kota Pontianak.
Hadir dalam sosialisasi itu masyarakat Pontianak dan sekitarnya.
Mereka adalah para mahasiswa, guru, dan tokoh masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan pada masa pandemi Covid-19, maka panitia memastikan bahwa peserta yang hadir dalam ruangan ini dalam keadaan sehat dan telah melalui pengukuran suhu badan sebelum memasuki ruangan.
Kegiatan ini dilaksanakan secara tatap muka minimalis, dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat, antara lain: menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Meskipun acara kita ini terkesan kaku, karena dilaksanakan dalam suasana pembatasan sosial, apalagi tema yang kita usung cukup penting, yakni tentang Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, namun kita bisa membuatnya lebih santai.
Acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI hari ini terbagi dalam 3 bagian, yakni: pembukaan, penyampaian materi sosialisasi dan penutup. Bagian pembukaan akan diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Dilanjutkan dengan doa pembukaan dan sambutan.
Dalam paparannya, Maria Goreti mengatakan melihat situasi saat ini ada orang yang merasa paling benar, tetapi tindakannya sangat menggangu rasa kemanusiaan dengan ujaran kebencian, mencaci maki orang lain.
Maria Goreti mengajak peserta untuk terus-menerus membatinkan nilai-nilai kemanusiaan bahwa manusia adalah tujuan pada dirinya, manusia tidak boleh menjadi sarana atas tujuan yang lain selain dirinya.
Oleh karena itu, merendahkan kemanusiaan berarti merendahkan martabat manusia yang mulia.
“Kita sebagai bangsa sering mendapat rongrongan terhadap komitmen akan Pancasila sebagai ideologi Bersama. Oleh karena itu, perlu sikap untuk menghargai yang berbeda dengan kita, bahkan mencintai. Kita masing-masing dipanggil untuk menjadi pembawa damai, suka cita, menjadi benteng pertama pembela Pancasila dan sekaligus menjadi pewarta Pancasila dan UUD 1945 kepada masyarakat luas.” Pungkas Maria Goreti yang sedang mengamban tugas senator Kalbar ini.
Maria Goreti juga mengajak kita semua untuk Merawat ke-Indonesiaan kita, merawat NKRI yang ber Bhineka namun Tunggal Ika. Tindakan merawat ini harus disosialisasikan antargenerasi secara terus menerus.
Salah satu cara merawat adalah dengan berdialog, bertatap muka bersama, berkunjung-silahturahmi membicarakan masa depan Negeri ini dengan terbuka dan dalam suasana Cinta Kasih dan persaudaraan sejati.
Di akhir pertemuan Maria Goreti mengajak para peserta untuk merawat Pancasila yang berarti merawat Bangsa Indonesia, merawat ke-Indonesiaan kita, merawat NKRI secara Bersama-sama dan bergotong royong yang ber Bhineka namun Tunggal Ika.
Tindakan merawat ini harus disosialisasikan antargenerasi secara terus menerus.
Salah satu cara merawat adalah dengan berdialog, bertatap muka bersama, berkunjung-silahturahmi membicarakan masa depan Negeri ini dengan terbuka dan dalam suasana Cinta Kasih dan persaudaraan sejati.
Inilah bagian dari seni merawat Bangsa dan NKRI.
Pertemuan tersebut diharapkan mampu menjadi pelopor dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika, sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Acara ditutup dengan sajian tarian oleh Yuliana Acua, Kornelia Agata, dan Yusuf sebagai simbol untuk terus merawat perbedaan sebagai Indonesia. (*)