Lestarikan Adat Budaya TBBR Buka Keramat Pulau Kebayan di Sekadau
Visi misi TBBR sendiri adalah Mempersatukan orang Dayak se-tanah Dayak. Menggali, mengangkat adat istiadat Dayak
Penulis: Marpina Sindika Wulandari | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SEKADAU- Lestarikan adat budaya, Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) Kabupaten Sekadau gelar upacara Adat Pembukaan Keramat Pulo Kebayan di desa Mondi, Kecamatan Sekadau Hulu, Kabupaten Sekadau, Kalbar, Kamis 29 Oktober 2020.
Ketua DPC Pasukan Merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng Kabupaten Sekadau, Sekundus mengatakan kegiatan pada hari itu bertujuan untuk melestarikan adat dan budaya sesuai visi misi TBBR.
Visi misi TBBR sendiri adalah Mempersatukan orang Dayak se-tanah Dayak. Menggali, mengangkat adat istiadat Dayak. Melestarikan adat istiadat Dayak, dan Menjadi benteng orang Dayak.
"Kegiatan hari ini berkaitan dengan visi misi nomor dua dan tiga. Menggali, memelihara, melestarikan kebudayaan," ujar Sekundus .
Lebih lanjut Sekundus mengungkapkan, dengan pelaksanaan ritual seperti itu bukanlah bertujuan untuk mengajak orang lain khususnya sub suku Dayak untuk menyembah hal-hal tidak diperkenankan, seperti kayu, atau batu.
Baca juga: Jaga Kamtibmas, Kapolres Gelar Diskusi dengan Dewan Adat Sub Suku Dayak Sekadau
"Tetapi tujuan kami adalah menghormati para leluhur. Bukan menyembah leluhur.
Jadi jangan sampai salah arti dengan Kegiatan seperti ini. Ini murni mengangkat adat dan istiadat dan
baru di Sekadau yang membuka keramat seperti ini," jelasnya
Ia pun berharap upaya melestarikan kebudayaan itu dapat berjalan lancar dan di dukung Pemkab Sekadau.
Pada kesempatan yang sama, Ketua umum TBBR Panglima Jilah atau Pangalangok Jilah yang membuka keramat pada kegiatan itu menyampaikan prinsip hidup yang harus diingat oleh seluruh anggota TBBR.
Yakni dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, artinya siapapun tidak boleh mengabaikan adat setempat.
"Ini patut kita lestarikan. Nantinya juga akan kita kelola bekerja sama dengan Kepala Desa dan tokoh adat setempat, untuk mengembangkan ini termasuk juga seninya," ujarnya.
Pemimpin besar suku Dayak itu juga mengungkapkan rasa cintanya terhadap Dayak, dengan memperjuangkan hak-hak adat, salah satunya dengan tetap menjaga kelestarian alam.
Menurutnya, orang Dayak tidak bisa lepas dari alam, semuanya berasal dari alam. Sehingga ekosistem alam harus tetap di jaga.
" Mari kita dukung bersama kegiatan kami dalam melestarikan alam, karena tanah Dayak ini adalah paru-paru dunia. Pemerintah juga harus menjaga alam. Pemerintah dengan masyarakat adat itu harus duduk bersama," tegasnya.
Disisi lain, Panglima Jilah mengingatkan agar hukum di negara Indonesia harus adil, sama-sama tajam baik ke atas maupun ke bawah. Begitu juga dengan hukum adat.
"Hukum adat jangan juga mengadat orang sembarangan, di sini adat itu tidak boleh di karang, adat itu harus seperti yang ditulis, besar jubata marah, kecil hantu yang marah," tutupnya.