Dwi Rohyani: Pengerajin Songket Tenun Sambas Hanya Tersisa 300-an Orang 

Sehingga bisa menjadi sektor usaha UMKM yang bisa membuka lapangan pekerjaan ditengah Pandemi Covid-19.

Penulis: Muhammad Luthfi | Editor: Jamadin
TRIBUN PONTIANAK/WAWAN GUNAWAN
Satu di antara peserta Karnaval Tenun Lunggi, saat  melintasi jalanan yang dipenuhi oleh masyarakat yang antusias turun ke jalan menyaksikan kegiatan tersebut, beberapa waktu lalu. 

Lebih lagi kata dia, sekarang kain songket Sambas ini sedang diminati oleh banyak orang, dan permintaannya tinggi.

Sehingga bisa menjadi sektor usaha UMKM yang bisa membuka lapangan pekerjaan ditengah Pandemi Covid-19. 

Wajar jika para pengerajin kain songket Sambas bimbang, karena tidak ada penerus untuk melanjutkan karya seni kain Songket Sambas yang sudah mendunia. 

Kata dia, bukan hanya dia, tapi banyak pengerajin juga merasakan bimbang yang sama. Karenanya, dia mendorong agar Sekolah-sekolah bisa membuat satu kegiatan muatan lokal, yang bisa di praktekkan siswa-siswi, salah satunya adalah bertenun kain songket Sambas.

"Sejauh ini sudah ada satu sekolah yang aware terhadap nilai budaya, tradisi dan ekonomi dari tenun kain songket Sambas," katanya. 

"SMAN 1 Sajad menjadikan Bertenun Kain Songket Sambas sebagai pelajaran muatan lokal mereka," tutupnya.

Sebagaimana diketahui, Fajar Dwi Rohyani, yang juga merupakan ASN di Kabupaten Sambas, ini sekarang menjadi tali bagi para penenun di Sambas dengan berbagai pihak yang peduli agar songket sambas lestari. 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved