FAKTA Potensi Tsunami 20 Meter Selatan Jawa, Hasil Kajian Riset ITB & Saran Mitigasi Pakar Tsunami
Salah satu anggota tim peneliti tersebut, Endra Gunawan mengatakan riset ini menggunakan analisis multi-data dari berbagai peneliti.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Hasil kajian riset potensi tsunami mencapai 20 meter di Selatan Pulau Jawa belakangan ini menjadi bahan perbincangan dan viral.
Riset tersebut berasal dari peneliti dari Institut Teknologi Banding (ITB) yang terbit di jurnal Nature Scientific Report, Kamis (17/9/2020).
Salah satu anggota tim peneliti tersebut, Endra Gunawan mengatakan riset ini menggunakan analisis multi-data dari berbagai peneliti.
Selama ini, sejarah gempa besar di kawasan Pulau Jawa tidak diketahui atau tidak terdokumentasi.
"Pascagempa 2004 di Aceh, beberapa peneliti melakukan pengambilan sampel, atau yang dikenal dengan paleoseismologi, untuk mengetahui sejarah gempa besar di masa lalu di kawasan tersebut," ungkap Endra kepada Kompas.com, Jumat (25/9/2020).
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa gempa besar yang di Aceh pada tahun 2004 lalu, pernah terjadi 600 tahun yang lalu.
Sedangkan di Jawa, dokumentasi tentang sejarah gempa besar tidak terdokumentasi dan tidak diketahui.
Riset yang dimulai sejak 5 tahun tersebut, mengusulkan pemodelan potensi bencana gempa bumi di zona subduksi di sepanjang selatan Jawa berbasis analisis multi-hazard dan multi-data untuk pengurangan risiko atau mitigasi bencana.
Terkait potensi tsunami dan gempa besar di selatan Jawa, Endra menjelaskan hasil riset itu berasal dari analisis data GPS dan data gempa yang terekam.
"Catatan gempa besar di pulau Jawa tidak terdokumentasikan, oleh karenanya, kami menggunakan GPS untuk mendeteksi potensi gempa yang dapat terjadi," ungkap Endra.
Berdasarkan data GPS menunjukkan adanya zona sepi gempa.
Artinya, bisa jadi zona itu mungkin hanya terjadi pergerakan pelan-pelan, sehingga gempa tidak terjadi, atau sebaliknya terjadi locking, daerah itu terkunci sehingga tidak dapat bergerak.
"Karena gempa itu siklus, maka ada saatnya di mana di wilayah itu ada pengumpulan energi, lalu akan melepaskan saat gempa," ungkap Endra.
Berdasarkan dua aspek studi, yakni menggabungkan data GPS dan data gempa yang saling berkorelasi ini, menyatakan ternyata wilayah Jawa bagian selatan ada potensi gempa di Jawa bagian barat, Jawa bagian tengah dan timur.
Potensi Tsunami 20 Meter di Jawa Bagian Barat
Lebih lanjut Endra mengatakan kalau seandainya wilayah-wilayah tersebut terjadi gempa dalam waktu bersamaan, maka worst case menunjukkan akan adanya potensi gempa hingga M 9,1.
"Kemudian dari informasi tersebut, kami modelkan potensi tsunaminya, dan muncullah (potensi tsunami) 20 meter di Jawa bagian barat, dan 10 meter di Jawa bagian tengah dan timur," ungkap dosen Teknis Geofisika ITB ini.
Potensi tsunami di Jawa bagian barat ini berkisar terjadi di wilayah Sukabumi, dan untuk wilayah bagian tengah terjadi di sekitar pantai-pantai di provinsi DIY.
"Namun, perlu diingat gelombang tsunami yang akan terjadi, tergantung pada topografi dari tempat yang bersangkutan," jelas Endra.
Riset ini dilakukan sebagai upaya untuk dapat mengurangi potensi bencana atau upaya mitigasi yang dapat dipersiapkan.
Sebab, Endra menegaskan bahwa dalam studi ini tidak bicara tentang prediksi kapan gempa besar itu akan terjadi.
Endra menegaskan sains atau peneliti manapun hingga saat ini tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi waktu terjadinya gempa bumi tersebut.
Perlu diketahui bahwa jalur gempa atau sumber gempa dapat diketahui dari sejarah kegempaan.
Seperti diketahui ada beberapa daerah yang berpotensi gempa dari barat Aceh, Nias, Bengkulu, Mentawai dan jalur itu, kata Endra, menerus ke selatan Jawa.
"Itu adalah jalur yang memang berpotensi terjadi gempa bumi, tetapi kita harus pahami bahwa di sepanjang jalur tersebut kita tidak tahu kapan akan terjadi gempa," ungkap Endra.
Berdasarkan data gempa bumi yang terekam dari BMKG, dikolaborasikan dengan data analisis GPS dan simulasi tsunami dalam studi Prof. Ir. Sri Widyantoro, serta data pendukung lainnya, riset ini menghasilkan laut selatan Jawa memiliki potensi tsunami dan gempa besar.
Tiga Saran Mitigasi
Pakar tsunami Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko mengingatkan perlunya meningkatkan upaya mitigasi dalam merespons hasil kajian riset potensi tsunami mencapai 20 meter di selatan Pulau Jawa.
Widjo menyebutkan, setidaknya untuk mitigasi diperlukan tiga langkah sebagai berikut:
1. Edukasi-Sosialisasi Tsunami
Widjo menegaskan, upaya edukasi dan sosialisasi terkait dasar mitigasi potensi gempa besar yang dapat mengakibatkan tsunami dengan ketinggian tertentu, penting dilakukan di zona rawan tsunami.
Tidak hanya itu, dalam edukasi-sosialisasi ini juga perlu sekali pemangku kebijakan atau lembaga terkait melakukan pelatihan-pelatihan rutin evakuasi dan seterusnya sampai dengan tingkat desa-rumah tangga.
Widjo juga tidak bisa memastikan, apakah edukasi-sosialisasi tentang mitigasi potensi tsunami di Indonesia saat ini sudah maksimal dilakukan.
"Saya tidak bisa mengevaluasi kondisi mitigasi saat ini, tetapi memberi saran agar program ini bisa menyentuh ke tingkat keluarga dan anak-anak, melalui pendidikan atau kurikulum di PAUD, SD, sampai SMA," jelasnya.
2. Sistem Peringatan Dini Tsunami Harus Terintegrasi
Sebagai bentuk mewaspadai bencana terkait tsunami, maka perlu sekali penguatan mitigasi melalui tata ruang dan sistem peringatan dini tsunami (InaTEWS).
Terutama di wilayah-wilayah rawan, termasuk pantai selatan Pulau Jawa itu.
Tidak cukup hanya terpasang, tetapi sistem peringatan itu haruslah terintegrasi secara baik.
"Perlu dibangun dan operasional atau fungsionalnya Sistem Peringatan Dini Tsunami terintegrasi, dari sensor-sendor yang terpasang di laut hingga ke darat," tegasnya.
3. Tingkatkan dan Sosialisasikan Riset-riset Berkaitan
Upaya mitigasi berikutnya yang perlu dilakukan yaitu meningkatkan riset atau kajian terkait dengan sumber ancaman, survei laut, dan aspek sosial.
Menurut dia, kajian atau riset terkait potensi bencana ini memang sudah semakin banyak dihasilkan.
"Tetapi, hasilnya perlu disosialisasikan dan dijadikan kebijakan," tegasnya.
Sebab, kebijakan pengurangan risiko bencana (PRB) harus berdasarkan data sains dan riset yang kuat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Potensi Tsunami 20 Meter di Selatan Jawa, Lakukan 3 Saran Mitigasi Ini