SMAN 1 Ambawang Mulai Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah
siswa kelas XII SMAN 1 Pontianak yang berjumlah 200 lebih siswa, kini harus dibagi menjadi 14 kelas, dengan kapasitas maksimal 18 siswa per kelasnya.
Penulis: Muzammilul Abrori | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBU RAYA - SMA Negeri 1 Sungai Ambawang memulai pembelajaran secara tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan di ruang kelas maupun dilungkungan sekolah, Senin (14/9/2020).
Melalui Waka Humas SMAN 1 Sungai Ambawang, Uray Margaretta menjelaskan bahwa dimulainya pembelajaran tatap muka inipun hanya dilaksanakan bagi siswa XII.
Dan ia memastikan, sebelum terlaksananya pembelajaran tatap muka ini, pihak sekolah telah menyiapkan berbagai persiapan protokol kesehatan Covid-19 yang telah ditentukan.
"Dalam persiapan sebelum melaksanakan proses pembelajaran tatap muka telah berbagai tahapan yang dilakukan. Tahapan pertama itu kita persiapan, seminggu sebelum pelaksanaan kita telah mempersiapkan berbagai cara, seperti tanda tangan orang tua bahwa mengizinkan anaknya untuk masuk sekolah," jelas Uray Margaretta.
• Bupati Citra Minta SMP yang Akan Belajar Tatap Muka Penuhi Persyaratan yang Diatur
"Lalu kedua, kami melakukan penyemprotan disinfektan diseluruh bagian sekolah. Dan ketiga tetap kita mensosialiasikan protokol, seperti jaga jarak, cuci tangan dan segalanya,"
"Kemudian tahap kedua pemantapan, yang kemudian kami laksanakan pada hari ini, saat siswa datang kita lakukan cek suhu, kami bagikan face shield, kemudian proses belajar mengajar itupun perkelas kami bagi maksimal 18 siswa," jelas Uray Margaretta.
Uray Margaretta menerangkan, siswa kelas XII SMAN 1 Pontianak yang berjumlah 200 lebih siswa, kini harus dibagi menjadi 14 kelas, dengan kapasitas maksimal 18 siswa per kelasnya.
Namun, dari total keseluruhan siswa kelas XII tidak semua siswa yang mengikuti pembelajaran secara tatap muka.
Dirinya mengungkapkan, hampir sekitar 30 persen siswa tidak mengikuti pembelajaran tatap muka ini.
"Kami bagikan surat perjanjian bermaterai. Jadi apabila orang tua yang tidak mengijinkan itu tidak dipermasalahkan. Jadi yang masuk ini hanya orang tua yang mengijinkan," tambah Uray Margaretta.
"Siswa kita ada sekitar 200 lebih, jadi tadinya ada tujuh kelas. Namun dalam keadaan new normal ini kita bagi menjadi 14 kelas. Dengan kapasitas per kelas 18 siswa," jelasnya.
"Kita tidak ada istirahat, 30 menit pembelajaran pertama, dan 30 menit pembelajaran kedua. Dan 30 menit pelajaran ketiga mereka langsung pulang," katanya.
Lebih lanjut dirinya pun mengatakan, pihak sekolah berusaha menghindari terjadinya kerumunan siswa.

Dengan begitu, setelah pembelajaran tahap satu selesai, siswa dihimbau langsung untuk pulang kerumah.
"Kita usahakan tidak ada terjadi gerombolan siswa. Dan memang kalau tahap ini sudah bagus, insyaallah new normal itu berangsur-angsur siswa kelas 10 dan 11 bisa juga ikut masuk," sampainya.