Peruntungan Ramalan Shio Kamis 10 September 2020, Shio Beruntung: Naga, Monyet, Tikus, dan Ayam
Peruntungan Ramalan Shio Kamis 10 September 2020, Shio Beruntung: Naga, Monyet, Tikus, dan Ayam. Shio Kurang Beruntung: Anjing, Kelinci, Kerbau.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Berikut ini peruntungan ramalan shio Kamis 10 September 2020.
Dalam peruntungan ramalan shio Kamis 10 September 2020, Shio Beruntung: Naga, Monyet, Tikus, dan Ayam.
Shio Kurang Beruntung: Anjing, Kelinci, Kerbau dan Kambing.
Sejarah shio
Shio adalah dua belas hewan yang mewakili tahun, bulan, dan jam tertentu dalam astrologi Tionghoa.
Berbagai kebudayaan yang terpengaruh adat Tionghoa juga memiliki tradisi shio, meski sebagian hewan dalam shio memiliki perbedaan.
Sebuah kesalahpahaman umum bahwa lambang hewan shio hanya ditetapkan berdasarkan tahun.
Nyatanya, penetapan lambang hewan shio ini juga didasarkan atas bulan, hari, dan jam.
Mengutip Wikipedia, Istilah shio dalam bahasa Indonesia adalah diambil dari lafal dialek Hokkian sheshio (Hanzi: 生肖, pinyin: shengxiao) yang lazim dituturkan di Indonesia.
Secara tradisi, shio dimulai dari lambang hewan tikus.
Lambang Shio
Dalam astrologi Tionghoa, lambang hewan shio yang ditetapkan berdasarkan tahun menunjukkan cara orang lain memandang dirimu atau dirimu memandang dirimu sendiri.
Sebuah kesalahpahaman umum bahwa lambang hewan shio hanya ditetapkan berdasarkan tahun.
Nyatanya, penetapan lambang hewan shio ini juga didasarkan atas bulan (disebut "binatang dalam"), hari (disebut "binatang sejati"), dan jam (disebut "binatang rahasia").
Dengan kata lain, seseorang yang memiliki Shio Naga berdasarkan tahun juga bisa memiliki Shio Ular berdasar bulan kelahiran.
Penanggalan Tionghoa
Dalam Empat Pilar Nasib, tahun adalah pilar yang mewakili informasi tentang latar belakang keluarga seseorang dan masyarakat atau hubungan dengan kakek-nenek mereka.
Tiap hewan dalam shio mewakili tahun tertentu dan 12 hewan shio membentuk satu periode yang selalu berulang 12 tahun sekali.
Penetapan 12 tahun ini didasarkan pada pembulatan 11,85 tahun masa revolusi planet Yupiter terhadap matahari.
Bersama dengan 10 batang surgawi, shio yang melambangkan 12 cabang bumi membentuk siklus seksagesimal/enam puluh tahunan yang disebut ganzhi (干支).
Legenda Shio
Dua belas binatang dalam shio terbentuk pada masa awal peradaban Tiongkok, sehingga sangat sulit menelusur asal-muasalnya.
Banyak kisah dan cerita yang menceritakan mengenai penetapan dua belas hewan ini menjadi bagian dari shio.
Salah satu legenda mengisahkan bahwa Kaisar Giok menitahkan bahwa tahun-tahun dalam penanggalan akan dinamai dengan nama-nama hewan berdasar urutan mereka sampai ke kediamannya.
Untuk mencapai tempat tujuan, hewan-hewan tersebut harus menyeberang sebuah sungai.
Kucing dan tikus tidak bisa berenang, tetapi mereka pandai, dan meminta tumpangan pada kerbau.
Kerbau yang baik hati dan naif mempersilakan mereka naik di punggungnya.
Dalam legenda lain dikatakan bahwa kerbau bersedia memberi tumpangan agar bisa mendengar nyanyian tikus.
Saat kerbau sudah hampir sampai ke tepi, tikus mendorong kucing hingga jatuh ke sungai, kemudian segera turun dari punggung kerbau dan mendahuluinya menemui Kaisar Giok.
Hal ini menjadikan tikus menjadi hewan pertama dalam shio, diikuti kerbau.
Meski kuat, macan sempat terseret arus ke hilir sehingga dia datang di urutan ketiga.
Hewan keempat yang datang adalah kelinci yang menyeberang dengan melompati batu-batu yang ada.
Dia sempat kehilangan pijakan di tengah jalan, tetapi beruntung menemukan kayu yang mengapung untuk pegangan yang mengantarkan kelinci ke tepi.
Meski dapat terbang dengan cepat, naga baru tiba setelah kelinci lantaran harus menurunkan hujan terlebih dulu di suatu desa, juga membantu kelinci yang saat itu berpegangan di kayu dengan menghembuskan napas sehingga kelinci dapat terdorong ke tepi.
Kuda tiba setelah naga, tetapi dia terkejut melihat ular yang bersembunyi di tapal kuda tiba-tiba muncul, menjadikannya jatuh dan memberi ular tempat keenam.
Kuda sendiri berada di urutan ketujuh.
Setelahnya, kambing, monyet, dan ayam tiba bersama-sama.
Ayam menemukan rakit untuk menyeberang, sedangkan monyet dan kambing menyeret dan menarik rakitnya, berusaha menyingkirkan semua rumput liar.
Kaisar Giok berkenan atas kerja sama mereka, kemudian menyatakan kambing sebagai hewan kedelapan, monyet sebagai hewan kesembilan, dan ayam sebagai hewan kesepuluh.
Hewan kesebelas yang datang adalah anjing.
Meski pelari dan perenang yang baik, anjing menghabiskan waktunya untuk bermain di air.
Babi tiba di urutan kedua belas yang sebelumnya dia makan terlebih dahulu dan jatuh tertidur di tengah perjalanan.
Kucing yang sudah tenggelam tidak dimasukkan menjadi anggota dua belas shio, dan dikatakan ini menjadi alasan kucing selalu memburu tikus.
Sebuah legenda lain mengisahkan bahwa pada suatu hari, dewa mengumumkan akan mengadakan jamuan yang dilangsungkan esok hari.
Namun tikus membohongi kucing dan mengatakan bahwa jamuan dilangsungkan lusa.
Pada hari yang ditetapkan, dua belas hewan mendatangi jamuan dewa, tidak termasuk kucing yang mengira bahwa jamuan masih dilangsungkan besok.
Dalam Buddha, dikisahkan bahwa Gautama Buddha mengundang semua hewan di dunia untuk menemuinya sebelum dia pergi dari bumi, tetapi hanya dua belas binatang yang mendatangi undangannya.
Untuk menghargai kedatangan mereka, Buddha menamakan tahun dengan nama mereka sesuai urutan kedatangan dua belas binatang tadi.
Dalam Berbagai Budaya
Shio digunakan tidak hanya terbatas di kalangan Tionghoa.
Shio biasanya muncul di kartu Tahun Baru Korea dan Tahun Baru Jepang.
Shio juga digunakan di negara-negara Asia yang terpengaruh dengan kebudayaan Tionghoa, meski terdapat perbedaan sebagian binatang dalam shio.
Shio Korea pada dasarnya serupa dengan shio Tionghoa.
Namun huruf Hanja-eo 양 (yang) biasanya secara khusus mengacu pada domba dalam bahasa Korea, sedangkan untuk kambing adalah 염소 (yeomso).
Dalam shio Jepang, domba (hitsuji) digunakan menggantikan kambing (yagi) dan celeng (inoshishi, i) menggantikan babi (buta).
Sejak 1873, Jepang merayakan tahun baru pada 1 Januari mengikuti penanggalan masehi Gregorius.
Dalam shio Vietnam, hewan keempat dalam shio bukanlah kelinci, tetapi kucing.
Dalam shio Cham, penyu (disebut kra dalam bahasa setempat) menggantikan monyet.
Di Shio Melayu, hewan kancil menggantikan kelinci dan kura-kura menggantikan babi.
Naga terkadang disebut juga ular besar, sedangkan hewan keenam disebut "ular kedua" atau "ular sani".
Dalam shio Thailand, awal tahun dimulai pada hari pertama bulan kelima penanggalan lunar Thailand atau pada perayaan Songkran.
Di Kazakhstan, siklus binatang tahunan yang mirip digunakan oleh bangsa Tionghoa juga digunakan, tetapi mengganti naga dengan siput.
• Ramalan Zodiak Besok Kamis 10 September 2020, Zodiak Ini Miliki Hari yang Baik
Berikut peruntungan ramalan shio Kamis 10 September 2020
Simak kalender peruntungan ramalan shio Kamis 10 September 2020 dari pakar Fengshui Semarang, Tjeng Sindhu Berlian, bagi yang memerlukannya.
Dalam penanggalan kalender lunar, kalender bulan Desember termasuk Tahun Tikus Logam.
Penghitungan almanak ini didasarkan pada filosofi Tiongkok bahwa nasib seseorang ditentukan tiga faktor, yakni langit, bumi, dan manusia.
Kamis Wage, 10 September 2020
Tahun: Tikus Logam
Bulan: Ayam Kayu
Hari: Naga Api
Shio Beruntung: Naga, Monyet, Tikus, dan Ayam
Shio Kurang Beruntung: Anjing, Kelinci, Kerbau dan Kambing
Jam Baik: 07.00-11.00, 15.00-19.00, dan 23.00-01.00
Jam Kurang Baik: 05.00-07.00, 01.00-03.00, 19.00-21.00 dan 13.00-15.00
Jam Lain: Netral
Arah baik: Tenggara,Utara,Barat,dan Barat Daya
Arah Kurang Baik: Barat Laut dan Timur
Warna Baik: Hijau, Merah, Pink, dan Ungu
Warna Kurang Baik: Putih, Silver. (*)
Artikel ini sebelumnya telah terbit di tribunjateng.com dengan judul Peruntungan Shio Besok Kamis 10 September 2020. https://www.google.com.sg/amp/s/jateng.tribunnews.com/amp/2020/09/09/peruntungan-shio-besok-kamis-10-september-2020.