BPBD Sambas Petakan Kecamatan Rawan Karhutla

Namun demikian, sosialisasi tetap mereka lakukan kepada masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar.

Penulis: Muhammad Luthfi | Editor: Zulkifli
zoom-inlihat foto BPBD Sambas Petakan Kecamatan Rawan Karhutla
greenpeace.org.id
Ilustrasi warga berusaha memadamkan lahan yang terbakar

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sambas, Yudi, M.Si mengatakan berdasarkan data dua tahun terakhir untuk kejadian bencana kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Sambas mengalami penurunan luasan lahan terbakar.

Disampaikan dia, untuk 2018 luas lahan yang terbakar mencapai kisaran 2.500 hektar dan pada 2019, ada 1.456 hektar.

"Data sementara untuk tahun 2020, lahan terbakar seluas 40 hektar. Karena, kita harus selalu bersyukur dan berdoa, agar luasan di tahun 2020 ini tidak meluas atau bertambah," ujarnya, Senin (10/8/2020).

Dijelaskan dia, untuk data hari ini di Kabupaten Sambas nihil titik api.

Namun demikian, sosialisasi tetap mereka lakukan kepada masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar.

BPBD Kalbar Sampaikan Kondisi Terkini Banjir Disejumlah Wilayah di Kalbar

"Untuk hari ini titik hot spot di Kabupaten Sambas kondisinya sampai dengan siang hari ini masih nihil," katanya.

"Namun untuk sosialisasi dan patroli tetap dilakukan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara mebakar," tuturnya.

Selanjutnya kata dia, mereka juga tetap melakukan pemetaan terhadap Kecamatan-kecamatan yang dianggap rawan terjadi Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

"Wilayah yang potensi Karhutla-nya tinggi itu ada di beberapa Kecamatan seperti Kecamatan Jawai, Teluk Keramat, Tangaran Paloh, Galing, Sajingan Besar, Subah, Tebas dan Selakau Timur," ungkapnya.

"Karenanya kami mengajak masyarakat, agar mari kita budayakan membuka lahan yang ramah lingkungan dengan cara tidak membakar, untuk menghindari kerusakan lingkungan," tuturnya.

Hal itu ungkap Yudi, untuk menghindari dampak-dampak yang tidak di inginkan. Salah satunya adalah dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh Karhutla.

"Timbulnya penyakit ISPA dan timbulnya kabut asap, akan menggangu aktifitas pendidikan dan ekonomi masyarakat. Karenanya, kami mengajak untuk mari kita jaga alam, dengan begitu alam akan menjaga kita," tutupnya. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved