Idul Adha 2020
Contoh Khutbah Idul Adha 2020 yang Bisa Dibacakan seusai Sholat Idul Adha 1441 Hijriyah
Berikut contoh khotbah Idul Adha dikutip Tribunpontianak.co.id dari bengkulu.kemenag.go.id (link download lengkap di akhir artikel ini)
Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Jimmi Abraham
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Pemerintah menetapkan Hari Raya Idul Adha 10 Zulhijah 1441 Hijriah jatuh pada Jumat (31/7/2020) mendatang.
Hal ini disampaikan Menteri Agama Fachrul Razi setelah memimpin sidang isbat penetapan awal bulan Zulhijah 1441 Hijriah/20120 Masehi di Kementerian Agama, Jakarta, Selasa (21/7/2020).
• Panduan Sholat Idul Adha Berjamaah di Masjid atau Lapangan sesuai Protokol Covid-19 SE Kemenag
• AMALAN 10 Hari Pertama di Bulan Dzulhijjah Sambut Idul Adha, Melebihi Jihad di Jalan Allah
Berikut contoh khotbah Idul Adha dikutip Tribunpontianak.co.id dari bengkulu.kemenag.go.id (link download lengkap di akhir artikel ini) :
Kaum muslimin jamaah sholat Idul Adha Rahimakumullah.....
Dalam suasana gembira saat ini, kita merayakan hari raya „Idul Adha, berkumpul di tempat ini melantunkan takbir, tahmid dan tahlil sebagai ungkapan rasa syukur serta terima kasih kita kehadirat Allah Swt, Kita agungkan asma Allah, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Hari ini adalah hari Raya Haji atau hari Raya Qurban yang penuh keistimewaan. Karena pada saat ini, jutaan umat Islam berasal dari seluruh penjuru
dunia sedang melaksanakan ibadah haji dengan mengumandangkan takbir dan talbiyah silih berganti.
Hari ini juga, kita mengenang sejarah qurban yang diawali oleh dua hamba Allah yang sholeh melaksanakan perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim a.s.
ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengurbankan putra kesayangannya. Ismail, a.s. lewat mimpi yang benar.
Tidak dapat kita bayangkan, bagaimana kegembiraan hati orang tua yang telah lama mendambakan generasi pengganti dirinya dari sekian tahun lamanya, dan bagaimana tingkat kecintaannya terhadap putra tunggal, anak kandung sibiran tulang cahaya mata, pelepas rindu, tiba-tiba harus dijadikan
qurban, merenggut nyawa anaknya oleh tangan ayahnya sendiri.
Namun, cintanya kepada Allah jauh lebih besar dan jauh lebih di atas segala galanya daripada cintanaya kepada anak, isteri, harta benda dan
materi keduniaan lainnya.
Oleh karena itu, Nabi Ibrahim a.s, dalam dialognya seperti yang dilukiskan dalam bahasa yang sangat indah dan menyejukkan di dalam al-Qur‟an surat Ash-Shafaat : 102 yang artinya
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!"
:ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".
Dalam suasana yang sangat mengharukan itu, dan detik-detik yang amat menegangkan, saat Ismail sudah dibaringkan untuk dilakukan penyembelihan
seperti yang dikisahkan, bahwa bukanlah Ismail yang tersembelih, melainkan atas kekuasaan dan kebesaranNya, tiba-tiba Allah SWT mengganti dengan
seekor kibas besar yang dibawa oleh malaikat jibril.
Hadirin dan hadirat jama‟ah id rahimakumullah.
Inilah dasar sejarah disyariatkannya berqurban bagi ummat islam yang punya kemampuan untuk melaksanakan qurban satu tahun sekali pada hari raya
Idul Adha.
Berqurban memiliki makna mulia jika hakikat berqurban itu dapat kita pahami dengan baik. Berqurban bukanlah sekadar ritual tanpa makna, atau
teradisi tanpa arti. Berqurban, harus mampu menggugah perasaan pelakunya untuk menghayati apa yang tersirat dan tersurat dari pelaksanaan ritual
tersebut.
Jamaah sholat Idul Adha yang dimuliakan Allah SWT.
Rasa suka cita yang dialami oleh keluarga Nabi Ibrahim as. untuk berkorban dilandasi atas pemahaman yang benar tentang nilai-nilai kehidupan. Mereka
menyadari sepenuhnya bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini: anak, isteri, harta, pangkat dan jabatan semuanya datang dari Allah dan pasti akan kembali
kepada Allah. Oleh sebab itu, bagaimana pun modelnya perintah Allah harus dilaksanakan sebaikbaiknya tanpa melihat untung dan rugi, enak tidak
enak, mudah dan sulit, maupun berat dan ringannya.
Sikap seperti inilah yang menunjukkan jati diri Nabi Ibrahim as. sehingga dianugerahi oleh Allah sebagai imam, sebagai pemimpin, sebagai teladan dan idola buat semua ummat. Kehormatan tersebut tidak mungkin akan dapat diraih oleh Nabi Ibrahim as. tanpa didampingi oleh isteri yang salihah dan anak yang
saleh, seperti dilukiskan dalam QS. Al-Baqarah (2): 124 :
“Perhatikanlah ketika Allah menguji Ibrahim, dengan berbagai kalimat perintah dan harapan, maka semuanya dapat diselesaikan dengan sempurna. Maka Allah berfirman: Sesunggunya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia, Ibrahim berkata: dan saya mohon juga buat keturunanku. Allah berfirman: Janjiku ini tidak mengenai orang-orang yang zalim”
Selengkapnya Download Khutbah Idul Adha Disini : https://bengkulu.kemenag.go.id/file/khutbah/memaknai-arti-qurban-khutbah-idul-adha-1439-h.pdf
(*)