Ular Sanca Kerap Kali Makan Manusia, Bagaimana Cara Ular Menelan Manusia Hingga Tewas?

Jika mereka tidak mendapat mangsa yang benar-benar cocok, mereka bisa menyantap yang kecil-kecil untuk sementara sampai akhirnya mereka menemukan mang

TRIBUN FILE/IST
ILUSTRASI - Ular Sanca. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Ular Sanca atau Piton dengan ukuran besar kerap kali diberitakan menelan manusia.

Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa bisa ditelan ular.

Padahal ukuran tubuh orang dewasa lebih besar daripada mulut seekor ular.

Hal itu terjadi karena rusaknya habitat ular akibat pembukaan lahan baru.

Tempat tinggal ular menjadi semakin sempit.

Daerah jelajah atau mencari makanan bagi ular berganti menjadi lahan atau permukiman.

Sejauh ini ular yang menelan manusia di Indonesia, jenisnya sama, ular sanca kembang (Python reticulatus).

Jenis ular ini ada dihampir seluruh wilayah Indonesia, kecuali di Papua.

Itu karena dulunya daratan Papua terhubung dengan Australia, karenanya flora dan faunanya lebih mirip dengan yang ada di Australia.

“Mereka memangsa mamalia ukuran besar, yang bisa 10 kali lebih besar dari ukuran mulut mereka,” kata Herna Hadi Prasetyo, dari lembaga penanganan ular, Sioux Indonesia dikutip dari kompas.com, Senin (13/7/2020).

ULAR Sanca Sebesar Tiang Listrik Lilit Bocah Hingga Tewas, Warga Melihat tapi Takut Dililit

Ular pada dasarnya tidak bisa membeda-bedakan sasaran, melainkan menyergap mangsanya dengan sensor panas.

Habitat hewan mulai dirambah, mamalia kecil maupun besar tersingkir atau jadi lebih terbatas untuk jadi makanan ular.

"Nah, ketika hewan mangsa mereka entah di mana, yang muncul adalah manusia, mereka menyerang," tuturnya.

Mangsa Manusia

Ular Piton atau Sanca melumpuhkan lawan atau mangsa dengan melilitnya.

Kemudian menghancurkan dan membunuhnya sampai mati lemas atau menderita serangan jantung.

Namun memakan mangsanya adalah masalah lain.

Ular tidak mengunyah makanannya.

Ular harus menelan utuh mangsanya.

Ular bisa menelan mangsa bulat-bulat karena rahangnya dihubungkan oleh berbagai ligamen yang sangat fleksibel.

Ini membuat rahangnya mampu meregang jika memakan mangsa dalam ukuran besar.

"Faktor yang membatasi adalah tulang belikat manusia karena mereka tidak bisa dilipat," ujar Mary-Ruth Low, staf konservasi & riset dari lembaga Wildlife Reserves Singapore sekaligus pakar ular piton.

Menurut Herna, ular sanca biasanya menanti di atas pohon.

Ketika mangsanya lewat, ia akan menjatuhkan diri lalu membelitnya.

Namun sesekali mereka bisa bernasib nahas.

Orang yang diserangnya bisa melawan.

Akhirnya, ular sanca itu terbunuh dan jadi santapan warga.

Mangsa Hewan Besar

"Ular piton hanya menyantap mamalia," kata Low menggaris bawahi, meskipun mereka kadang-kadang memangsa reptil, termasuk buaya.

Awalnya mereka memangsa tikus dan hewan-hewan kecil lainnya.

"Tapi setelah mencapai ukuran tertentu, mereka hampir tidak menghiraukan tikus dan hewan-hewan sejenisnya lagi, karena asupan kalori yang akan didapat sudah tidak mencukupi," ujar Low.

"Intinya mereka bisa memakan mangsa sebesar mungkin seperti babi atau sapi," imbuhnya.

Salah Perhitungan

Kadang-kadang mereka salah perhitungan juga dalam memilih santapannya.

Pada tahun 2005 seekor ular Sanca Burma berusaha menelan bulat-bulat seekor buaya.

Alhasil, kedua hewan itu mati. Itu karena buaya bisa ditelan sebagian, namun mengakibatkan perut ular itu pecah saat memamahnya.

Bangkai keduanya ditemukan oleh para penjaga hutan di Florida.

Tapi pemburu oportunistik ini bisa memilih-milih mangsa juga.

Jika mereka tidak mendapat mangsa yang benar-benar cocok, mereka bisa menyantap yang kecil-kecil untuk sementara sampai akhirnya mereka menemukan mangsa yang cukup besar.

Tapi manusia tetap tak masuk dalam menu utama mereka.

UPDATE DAFTAR Serangan Ular Paling Mengerikan di Indonesia! Membunuh Balita, Remaja hingga Orang Tua

13 Jenis Ular Piton

Peneliti ular dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, menguraikan bahwa setidaknya ada 13 jenis Ular Piton yang hidup di Indonesia.

Apa saja dan bagaimana ciri-cirinya?

Berikut uraian singkat berdasarkan data yang dihimpun Kompas.com dari Reptile Database dan International Union for Conservation of Nature (IUCN).

1. Sanca Batik (Python reticulatus)

Sanca Batik (Phyton reticulatus) (Reptarium).
Sanca Batik (Phyton reticulatus) (Reptarium). (TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA)

Sanca Batik punya pola warna menyerupai batik.

Penyebarannya di seluruh Asia Tenggara.

Di Indonesia, bisa dijumpai dari Sumatera hingga Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku.

Jenis ini terdaftar sebagai reptil terpanjang di dunia.

Panjangnya bisa mencapai 8 meter.

2. Sanca Bodo atau Python Burma (Python bivittatus)

Sanca Bodo (Python bivittatus) (Wikipedia).
Sanca Bodo (Python bivittatus) (Wikipedia). (TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA)

Piton ini merupakan jenis yang paling fenomenal.

Tersebar di Sumatera, Jawa, hingga Bali.

Piton ini makin sulit ditemui di hutan yang jadi habitat aslinya, tetapi justru jadi spesies invasif di Amerika Serikat.

Jenis piton ini banyak diperdagangkan sehingga statusnya menurut IUCN pun "Rentan".

3. Sanca Darah (Python brongersmai)

Jenis piton ini ditemukan di Sumatera.

Tubuhnya pendek, maksimal 3 meter, dan cenderung gemuk.

Ciri utamanya adalah warna tubuh yang kemerahan, menyerupai darah.

Ular ini juga kerap disebut sebagai ular sawah darah atau ular tepek.

4. Sanca Darah Hitam (Python curtus)

Sanca Darah Hitam (Phyton curtus) (Wikipedia).
Sanca Darah Hitam (Phyton curtus) (Wikipedia). (TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA)

Spesies ini juga ditemukan di Sumatera dan memiliki tubuh pendek seperti P brongersmai.

Bedanya, warnanya cenderung lebih gelap.

Sanca darah hitam juga jadi salah satu incaran pedagang kulit hewan sebab pola warnanya yang menarik untuk bahan dasar tas, sepatu, atau aksesori lainnya.

5. Puraca (Python breitensteini)

Jenis ini sebelumnya dianggap satu spesies dengan Phyton curtus, namun akhirnya dipisahkan.

Ular ini endemik Borneo dan punya warna dominan coklat.

Oleh warga lokal, ular yang tak akan lebih dari 3 meter ini kerap disebut ripung atau lipung.

6. Sanca Bulan (Simalia boeleni)

Sanca Bulan (Simalia boeleni) (Reptile Talk).
Sanca Bulan (Simalia boeleni) (Reptile Talk). (TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA)

Jenis piton ini hidup di pegunungan Papua pada ketinggian lebih dari 1.750 meter di atas permukaan laut.

Warnanya cenderung kehitaman.

Panjang tubuh dewasanya hanya sekitar 3 meter sehingga mangsanya pun hewan-hewan kecil.

7. Sanca Hijau (Morelia viridis)

Sanca Hijau (Morelia viridis) (Wikipedia).
Sanca Hijau (Morelia viridis) (Wikipedia). (TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA)

Di Indonesia, jenis ini ditemukan di Papua.

Bila jenis sanca lainnya berwarna gelap, jenis ini berwarna hijau terang.

Berukuran tak terlalu panjang, ular ini banyak ditemukan di pepohonan.

Ular berwarna hijau agar bisa menyamarkan diri sebagai dedaunan.

VIDEO ULAR Sanca yang Lilit Bocah Hingga Tewas, Lihat Penampakannya Setelah Berhasil Ditangkap

8. Sanca Permata (Morelia amethistina)

Sanca Permata (Morelia amethistina) (Wikipedia).
Sanca Permata (Morelia amethistina) (Wikipedia). (TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA)

Piton ini juga dijumpai di Papua.

Karakteristik utamanya adalah warna sisik yang terang menyerupai permata.

Sanca permata terpanjang yang pernah ditemukan mencapai 8,5 meter.

Tapi, itu langka. Biasanya, ukuran 5 meter pun sudah tergolong besar untuk jenis ini.

9. Piton Halmahera (Morelia tracyae)

Piton Halmahera (Morelia tracyae) (Wikipedia).
Piton Halmahera (Morelia tracyae) (Wikipedia). (TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA)

Jenis piton ini mirip dengan sanca permata tetapi tersebar di wilayah berbeda.

Morelia tracyae tersebar hanya di wilayah Halmahera, mencakup Ternate, Tidore, hingga Tanimbar.

10. Piton Maluku (Morelia clastolepis)

Jenis ini tersebar di wilayah Maluku.

Karakteristik utamanya adalah warna tubuh yang coklat terang.

11. Sanca Pelangi (Liasis fuscus)

Sanca Pelangi (Liasis fuscus) (Wild Herps).
Sanca Pelangi (Liasis fuscus) (Wild Herps). (TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA)

Jenis piton ini ditemukan di Papua.

Warna tubuhnya sebenarnya coklat, tetapi akan menyerupai pelangi bila terkena cahaya.

Ular ini aktif pada malam hari.

Saat siang, ular ini biasanya bersembunyi di vegetasi atau di dekat sungai.

12. Sanca Mata Putih (Liasis savuensis)

Sanca Mata Putih (Liasis savuensis) (Pythonidae.nl).
Sanca Mata Putih (Liasis savuensis) (Pythonidae.nl). (TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA)

Jenis ini juga tersebar di Papua.

Panjangnya hanya sekitar 1,5 meter sehingga kadang disebut piton terkecil di dunia.

Karakteristik utamanya adalah bagian mata yang berwarna putih.

Ular ini biasanya memangsa tikus dan hewan berukuran sedang.

13. Sanca Coklat (Leiophyton albertisii)

Sanca Coklat (Leiophyton albertisii) (Pythonidae.nl).
Sanca Coklat (Leiophyton albertisii) (Pythonidae.nl). (TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA)

Piton berwarna ini biasa ditemukan di Papua.

Warnanya sebenarnya coklat, tetapi akan tampak mengkilau bila terkena cahaya.

Panjangnya tak lebih dari 2,5 meter. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Jasad Perempuan di Perut Ular, Bagaimana Sanca Menelan Utuh Manusia?

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved