Gubernur Sutarmidji Sebut Stok Rapid Test Covid-19 di Kalbar Masih Tersedia 13 Ribuan

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Gubernur Kalimantan Barat, H Sutarmidji mengatakan bahwa stok rapid Test yang saat ini dimiliki Pemprov Kalbar sekitar 13 ribuan, termasuk yang sudah dikirim ke daerah kabupaten kota di Kalbar

“Jadi untuk rapid test masih ada 10 ribuan dan mungkin ada 13 ribuan ditambah di daerah- daerah,” ujarnya, Jumat (15/5/2020).

Ia mengatakan Pemrpov Kalbar selalu mengirimkan rapid test ke daerah kabupaten kota.

Untuk Kabupaten Landak dan Kota Pontianak ada penambahan karena melakukan pembelian secara pribadi, namun demikian tetap di supply. 

• Dinkes Sebut Sudah 13 Tenaga Kesehatan di Sekadau Reaktif Hasil Rapid Test

Ia mengatakan sampai hari ini rapid test yang sudah digunakan yakni sebanyak 33 ribuan rapid test.

Dengan hasil 20 ribuan hasil dinyatakan non reaktif dan 1.188 hasil rapid test dinyatakan reaktif .

“Tapi sebagian yang sudah dinyatakan reaktif saat diperiksa kembali hasilnya banyak yang sudah non reaktif,” ujarnya.

Ia mengatakan bahwa tidak semua daerah kabupaten kota yang masif dalam penggunaan rapid test.

“Ada daerah yang kurang dalam penggunaan rapid test sebab daerah tersebut tidak mau menyediakan dengan APBD. Akhirnya hanya tergantung pada provinsi,” ujarnya.

Dalam hal ini provinsi juga terbatas karena sulit juga mendapatkan alat rapid test.

Apabila alat yang sudah ada tidak digunakan dengan masif.

Ia mengkhawatirkan ketika ada kasus dan untuk melakukan tracing akan lebih kerepotan.

“Bagus kita temukan banyak orang yang mungkin terpapar untuk cepat diobati dari pada sudah parah baru diketahui."

"Kalau OTG masih mudah untuk menanganinya tapi kalau sudah parah apalagi ada penyakit bawaan itu yang harus dirawat,” jelasnya.

Ia berharap mulai bupati, kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kota dan kepala rumah sakit harus betul-betul memperhatikan hal ini.

“Rumah sakit harus pakai APD lengkap. Saya rasa tidak ada alasan mengatakan APD tidak ada dan kita sudah supply secukupnya."

"Di Sudarso gudangnya saja sudah penuh untuk penyimpanan cadangan APD,” ujarnya.

Demikian pula dengan di daerah sebab pihak Pemerintah pusat juga selalu mengirimkan hantuan berupa alat kesehatan yang dibutuhkan untuk penanganan Covid-19.

“Kalau masih ada Nakes yang terpapar harusnya mereka paham apa yang harus dilakukan."

'Saat ini yang perlu dijaga adalah dokter dan perawat karena mereka adalah garda terdepan,” ujarnya.

Ia mengevaluasi dalam kasus ini pasien yang terkonfirmasi Covid-19 adalah 80 persennya orang yang terpapar yang mana mereka seharusnya tidak terpapar.

“Sebab dia paham tentang ini dari sisi intelektual bagus dan dia mengerti tentang penyakit ini,” ucapnya.

Ia mengatakan bahwa tenaga kesehatan sudah 24 orang yang dinyatakan kasus konfirmasi Covid-19.

Dimana seharusnya hal ini tidak terjadi kalau APD sudah ada.

Namun kebanyak yang terpapar adalah Nakes yang membuka praktek swasta yang tidak menggunakan APD.

Kemudian menangani IGD tidak menggunakan standar covid-19.

“Belum lagi pasien yang berbohong. Padahal sudah kontak dengan pasien reaktif, tapi syukurnya kondisi di Kalbar yang reaktif sebagian besar adalah OTG , dan PDP."

"Saat ini rata- rata sudah segar dan kasus konfirmasi Covid-19 yang sudah di tes swab pertamanya dengan hasil swab negatif ada 15 orang,” jelasnya.

Jadi total kasus konfirmasi Covid-19 di Kalbar sampai hari ini yakni 129 kasus konfirmasi dan 3 orang telah meninggal dunia, 22 orang dinyatakan sembuh, serta 104 orang kemudian hasil swabnya sebanyak 15 orang hasilnya negatif dari hasil swab pertama dan masih menunggu hasil swab selanjutnya. (*)

Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wTribunPontianak_10091838

Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak