Membangun Keterikatan yang Kuat di Lingkungan Kerja
Bagaimana cara untuk mencoba struktur kelompok sosial agar bisa meningkatkan diri untuk saling menjaga kebersamaan.
Penulis: Maudy Asri Gita Utami | Editor: Zulkifli
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID,PONTIANAK - Struktur Organisasi di tempat kerja terkadang membuat kita harus optimis untuk menjadi produktif.
Banyaknya kendala dari lingkungan sekitar seperti hujatan dan cacian yang kita dengar dari rekan lainnya, jangan sampai menggangu produktivitas kita untuk semangat dalam bekerja.
Berikut ungkapan sang Motivator asal Pontianak Chairul Fuad
Pertanyaan:
Dari Fandy (32)
Bagaimana cara untuk mencoba struktur kelompok sosial agar bisa meningkatkan diri untuk saling menjaga kebersamaan.
Dimana banyak orang mengganggap diri kita sepele, walupun kadang itu hanya firasat dan diluar kendali kita?
• MENGENAL Institut Virologi Wuhan China, Tempat yang Disebut Trump Jadi Sumber Awal Virus Corona
Jawaban:
Selamat pagi semangat pagi
Terima kasih Sdr. Fandy atas pertanyaannya
Berbicara tentang kelompok sosial tidak terlepas dari hakekat manusia sebagai mahluk sosial yang mengharuskan mereka untuk berinteraksi.
Interaksi sendiri merupakan aktifitas hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain atau sekelompok individu yang satu dengan sekelompok individu yang lain, dimana perilaku individu yang satu atau sekelompok individu yang satu akan mempengaruhi, merubah ataupun memperbaiki perilaku individu yang lain atau sekelompok individu yang lain.
Keterhubungan ini bisa terjadi sangat erat sehingga menjadi interrelationship (keterikatan/keterhubungan) yang kuat.
Kondisi seperti inilah yang dapat meningkatkan diri inividu yang berada dalam suatu interaksi tersebut sehingga struktur kelompok sosialnya menjadi solid. Adanya satu visi dan misi, adanya satu kesatuan kebutuhan, tekad dan gerak.
Modal yang kuat untuk mencapai hal di atas adalah kesadaran akan pentingnya kehadiran orang lain dalam kehidupan seseorang.
Seorang manusia harus sadar betul bahwa mereka dijadikan oleh Tuhan menjadi mahluk yang sangat luar biasa, dibekali dengan potensi dahsyat, Tetapi kehebatan itu tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya orang lain yang mengakui ataupun memanfaatkan potensi tersebut.
Kita memnbutuhkan orang lain untuk menjadi berharga, menjadi ada, perlu pengakuan eksistensi. “Adanya aku karena adanya aku yang lain yang menghargai diriku sebagai aku”.
Di sinilah esensi manusia selaku makhluk sosial. Jika sikap ini dimiliki semua orang/manusia maka tidak akan terjadi kesombongan, keangkuhan, merasa diri paling hebat, dan sebagainya. Keberadaan seseorang perlu bagi keberadaan orang lain.
Semua berkepribadian “humble”, saling isi, dan saling imbang. Kesadaran ini menjadi sangat penting. Jika semua pikiran, perasaan, dan hati nurani tertata secara baik maka tidak akan terjadi sifat “menyepelekan” orang lain, tidak ada lagi persepsi negative kepada orang lain.
Apabila masih ditemukan orang lain yang menyepelakan, kiranya perlu diluruskan dengan rendah hati bahwa sebenarnya persepsi mereka itu keliru.
Kita bisa menunjukkan bahwa kita juga punya kemampuan, sampai akhirnya “semoga” mereka mau mengakui keberadaan kita (walau diperlukan waktu untuk merubah persepsi orang lain).
Akhirnya kelompok sosialnya akan “mesra” dan “harmonis”. Akhirnya, jadiah berinteraksi secara cerdas.
Semoga bermanfaat. Salam optimis selalu. (*)
Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wTribunPontianak_10091838
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak
--