Ramadhan 2020
Niat Puasa Ramadhan Apakah Dibaca Setiap Malam atau Sebulan Cukup Sekali? Ini Pandangan 4 Mazhab
Ustadz M Mubasysyarum Bih menyatakan, ulama mazhab empat memang sepakat bahwa puasa Ramadhan wajib dimulai dengan niat
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan harus diawali dengan niat.
Niat yang dimaksud adalah yang ada di dalam hati.
Namun, sebagian melafadzkannya agar tidak muncul was-was.
Bahkan, ada yang melafadzkan niat puasa sebulan penuh.
• Jadwal Imsakiyah Puasa Ramadhan 2020 untuk Kota Pontianak Kalbar dan Sekitarnya
Ustadz M Mubasysyarum Bih, dilansir dalam NU Online menyampaikan, dalam kitab Sabil al-Huda, Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri KH A Idris Marzuqi mencontohkan bacaan niat puasa sebulan penuh.
Niat Puasa Ramadhan Sebulan Penuh
نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
NAWAYTU SHOUMA JAMI'I SYAHRI RAMADHANI HADZIHI SANATI TAQLIDAN LIL IMAM MALIKI, FARDHAN LILLAHI TAALA
“Aku niat berpuasa di sepanjang bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik, fardhu karena Allah” (terjemahan dari penulis).
Ustadz M Mubasysyarum Bih menyatakan, ulama mazhab empat memang sepakat bahwa puasa Ramadhan wajib dimulai dengan niat.
Hanya saja mereka berbeda pendapat mengenai teknis niatnya.
Menurut tiga mazhab selain Malikiyyah, wajib mengulangi niat di setiap kali puasa.
Sedangkan menurut pendapat Malikiyyah cukup untuk menjamak (mengumpulkan) niat puasa sebulan di malam pertama bulan Ramadhan.
Mereka tidak mewajibkan mengulangi niat di hari berikutnya.
Pendapat Malikiyyah ini juga lazim dipakai di Indonesia.
Meski penduduknya mayoritas penganut mazhab Syafi’i, tetapi dalam kasus niat puasa sebulan ini mereka dibimbing oleh para kiai dan masyayikh untuk mengadopsi teorinya mazhab Maliki dalam praktik niat di awal Ramadhan.
Banyak di beberapa masjid dan mushala saat malam pertama Ramadhan masyarakat dibimbing oleh para tokohnya untuk bersama-sama melaksanakan niat puasa sebulan versi mazhab Malikiyyah.
Namun demikian, tuntunan tersebut bukan berarti menyimpulkan tidak perlu niat di hari-hari berikutnya.
Masyarakat tetap dibimbing untuk rutin melaksanakan niat puasa setiap hari.
Hal tersebut dilakukan sebagai langkah antisipasi bila mana di kemudian hari lupa niat, puasanya tetap sah dan bisa diteruskan, sebab dicukupkan dengan niat puasa sebulan penuh di awal Ramadhan.
Problem muncul ketika di awal Ramadhan tidak dapat menjalankan puasa, semisal wanita yang tengah mengalami menstruasi.
Pertanyaannya adalah bisakah seseorang yang baru bisa berpuasa setelah hari pertama Ramadhan berniat puasa versi pendapat Imam Malik di atas?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut silakan baca selengkapnya di laman NU Online pada link berikut: KLIK DI SINI.
(*)